Minggu, 04 Desember 2016

FEELINGS (PART 3): MEMORY OF REINCARNATION AND LOVE

Hari demi hari dilalui oleh Karin. Ia masih bingung terhadap perkataan yang dikeluarkan oleh hantu Harada. Harada bilang, dirinya bereinkarnasi menjadi Karin. Dan soal Yuichi…
Karin sama sekali tak pernah mengenali Yuichi, apalagi bertemu dengannya. Tapi kata Yuichi, ia sempat mengenal Karin dan bertemu dengannya. Tidak hanya sekedar kenal, melainkan kenal lebih dekat. Apa yang dikatakan Yuichi, Karin tidak tahu. Harada tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Bicara saja juga tidak. Itulah, Karin menyimpan pertanyaan besar dalam dirinya.
Entah kapan itu akan terjawab.
Pada suatu hari, Karin tidur diatas ranjangnya saat malam hari. Ia mengingat sesuatu, seperti yang diingatnya semasa kecil.
Kehidupannya.
Orang tuanya tidak tahu darimana Karin tahu asal-usul tentang kehidupannya. Karin selalu menceritakan hal-hal tentang kehidupannya dan perasaannya kepada orang tuanya dengan bahasa yang cadel. Mana mungkin anak usia 3 tahun bisa menceritakan hal itu secara rinci?
Ini tidak seperti pengalaman. Jauh lebih seperti memorinya. Tapi semua memori itu hilang ketika Karin menaiki sepeda roda tiga.
“Sepeda loda tiga, sepeda kesayaganku. Sepeda loda tiga, sepeda kesayaganku. Aku suka, aku suka. Aku suka naik sepeda loda tiga. Kalau sudah jago sepeti ini, aku akan coba utuk cepat!”
Sepeda itu melesat dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba, sebuah batu koral membuatnya oleng, dan… BRUAK! Karin kecil dan sepedanya jatuh. Dan lebih parah lagi, kepala Karin terbentur batu cukup besar. Kepalanya bocor, dan sebagian ingatannya hilang. Amnesia.
Sebagian memorinya sudah menghilang, tapi ia mencoba untuk mengingatnya kembali.
Tidur Karin sangat nyenyak, dan ia bermimpi.

Memory
All alone in the moon light

Suara lagu itu mengalun, tapi tiba-tiba berhenti. Karin berada di suatu tempat. Sekolahnya. Ia bertemu dengan seorang wanita cantik berambut merah dan bermata merah darah. Kulitnya juga putih, dan senyumannya manis. Cantik sekali. Di sampingnya, ada seorang lelaki tampan berambut hitam dan bermata kelabu.
Dua orang yang tak ia kenal itu bercakap-cakap. Karin melihat seorang lelaki berambut cokelat dan mata yang tertutup poni berhenti di depannya.
“Kau cantik…” puji lelaki itu.
“Terima kasih…” sahut Karin.

Beautiful girl… wherever you are
I knew when I saw you, you had opened the door

Suara lagu itu mengalun, dan berhenti juga seketika. Kedua lelaki itu masing-masing bicara pada kedua gadis di hadapan mereka.
“Boleh aku memilikimu? Apakah aku bisa berteman atau berpacaran denganmu?” kata mereka berdua. Kedua gadis cantik itu bengong. Mereka tak mengerti apa yang dimaksud.
Doegopa neoui oppa
Neoui sarangi nan neomu gopa
Doegopa neoui oppa
Neol gatgo mal geoya dugo bwa

Lagu itu juga mengalun, lalu berhenti.
“Ya, tentu saja boleh,” sahut mereka berdua bersamaan. Karin tersenyum kepada pria berambut cokelat itu. Matanya tidak kelihatan.

Kkwak jaba nal deopchigi jeone
Nae mami neol nochigi jeone
Say what you want
Say what you want
Niga jinjjaro wonhaneun ge mwoya

Lagu itu kembali mengalun, tapi hanya menampilkan refrain-nya saja. Lelaki itu memeluk tubuh Karin. Karin menutup matanya, dan begitu membuka matanya…
Ia berada di dalam sel.
“Hanya mimpi? Apa arti mimpi itu yang sesungguhnya?” gumam Karin. Ia perlahan-lahan mengingat kejadian dalam hidupnya. “Berapa lama lagi aku akan dikurung di sini?”
“Paling sebentar lagi,” suara seorang lelaki memecah kesunyian malam.
“Yuichi? Hai, apa kabar. Kenapa kau mampir ke selku tengah malam begini?” tanya Karin.
“Oh, tidak. Hanya mampir. Aku barusan ketiduran dan bermimpi aneh,” sahut Yuichi.
“Aku juga,” kata Karin. Ia melihat Yuichi di depannya yang seolah tak pernah berhenti tersenyum, namun tidak menyeringai. Kepala Yuichi tersangkut di jeruji besi.
“Perlu bantuanku? Sepertinya kau amat kesulitan,” tawar Karin. Yuichi mengangguk. Karin akhirnya bisa mengeluarkan kepala Yuichi.
“Terima kasih, Karin,” kata Yuichi.
“Ya, sama-sama,” sahut Karin. CKLEK… GREEKK… jeruji besi dibuka oleh Yuichi.
“Ayo, kau harus keluar melihat bulan purnama malam ini. Bulan diluar sangat indah,” kata Yuichi.
“Oh, ya. Tentu saja,” sahut Karin. Ia pun melangkah keluar dari dalam sel. Semua tahanan tidur. Para penjaga lenyap dari pandangan. Tidak ada lampu karena mati lampu. Hanya ada cahaya purnama yang begitu indah melesat masuk ke dalam jendela tanpa gorden itu.
Karin berjalan keluar menuju lapangan. Cahaya bulan tampak terhalang oleh pagar besi. Karin menengok ke belakang. Gedung penjara itu memiliki sebuah tangga yang menempel di temboknya. Karin dan Yuichi memanjat tangga itu dan duduk diatas penjara sambil menikmati indahnya bulan purnama. Karin tersenyum lebar, sementara Yuichi tersenyum kecil. Mata biru Yuichi yang indah diterpa cahaya purnama. Tampak sangat jernih, bagaikan sebuah kaca.
KRIK…
Lalu, mata Karin mengkilat.
“Aku tak pernah melihat ini bersama seseorang. Seumur hidupku, aku hanya pernah menikmati bulan purnama dulu, saat aku masih memiliki rambut merah,” ujar Karin.
“Kau telah mengalami Déjà vu sekarang. Aku juga mengalami hal yang sama sepertimu. Kejadian ini sama persis seperti aku pernah mengajak seorang remaja SMA saat kemping pramuka,” sahut Yuichi. Karin mengangguk. Bulan itu benar-benar indah, membuatnya kembali mengantuk.
“Oh… ya… tentu saja… hooaahhmm…” kata Karin. DUG… Tubuh Karin terhuyung dan menabrak sesuatu di sisi kanannya. Sesuatu yang empuk. Mata Karin tertutup, namun ia masih setengah sadar. Ia menghirup wangi yang terkesan begitu gentleman.
“Parfum pria. Oh, benar-benar macho dan gentleman…” gumam Karin pelan. POK-POK…
“Hehehe… tak apa, Karin. Tidurlah,”
ooo0ooo
Gadis itu tertidur pulas. Tampak wajah cantiknya kaku dan membeku. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Ia tengah digendong oleh seseorang. Sesekali, orang yang menggendongnya membelai rambut cokelatnya yang indah.
Yang menggendongnya seorang lelaki. Rambut cokelatnya berkibar perlahan diterpa angin malam. Gadis itu dibawa ke “kamar” tidurnya. Sampai di kamarnya yang hangat, lelaki tampan itu meletakan sang gadis diatas ranjangnya.
“Kuharap, kau segera bebas dari sini,” kata lelaki itu seraya mengunci kamarnya.
ooo0ooo
“Kau sudah bertemu Shiro?”
“Kau sudah bertemu Shiro?”
“Kau sudah bertemu Shiro?”
Suara halus Harada masuk ke dalam mimpi Karin. Harada dalam mimpinya membuka gorden.
“Bangun, Rin. Saatnya kau bertemu Shiro,” kata Harada. SRING! Sinar matahari menerpa wajah Karin. Karin terbangun.
“Apa-apaan kau, Harada? Bukankah sudah kubilang, aku belum bertemu Shiro?” kata Karin. “Tapi rasanya, aku sudah menemuinya, deh. Mungkin dia akan datang sebentar lagi,”
“Karin… kau sudah bangun, kan?” terdengar suara Yuichi di belakang Karin.

BERSAMBUNG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...