Sabtu, 26 November 2016

DIXA'S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 8)

Dixa, Jason, dan Yuri benar-benar tidak bersemangat melihat lawan tandingnya tengah bersenang-senang dan bergelimang kemewahan. Mencoba Lamborghini barunya, sementara uang sebanyak itu akan diantarkan ke rumahnya. Menggandeng tangan seekor monster wanita dengan dress pendek. Rupanya sungguh cantik dan menawan. Dan anehnya, wanita secantik itu mau saja digandeng oleh seekor naga paling bengis sedunia, Perdana Menteri paling biadab, dan sipir paling sadis sejagat.
“Dasar Draganold. Sudah kubilang dia itu naga yang keparat dan tidak berguna. Errgghh… jika membicarakannya darahku langsung memanas. Aku ingin menghajarnya lagi! Hei, naga bengis! Kutantang kau bertanding sekali lagi!” teriak Dixa. Jason dan Yuri menahan tubuhnya.
“Maaf, sayang! Aku sedang menikmati semua kemenangan ini! Lain kali, jika kita bertanding, pastikan kau mati, ya!” ledek Draganold. Dixa pun langsung keluar dan menemui Dargon.
“Huh, kalian lama sekali. Aku sudah mengantuk berat sekarang!” kata Dargon.
“Ayo, kita ke Darkness Kingdom! Tak lama kemudian, Draganold akan segera sampai di sana. Kita tidak boleh telat sedetik pun. Ayo, Dargon!” kata Dixa. Mereka bertiga pun langsung naik ke punggung Dargon dan terbang.
“Apakah kau bisa secepat Draganold?” tanya Yuri.
“Tidak, Yuri. Aku tidak secepat Draganold. Entah kenapa dia begitu cepat. Bahkan, spesiesnya saja tidak bisa menandingi kecepatannya,” sahut Dargon.
“Oh, ya? Apa nama spesiesnya?”
“Nuclear Dragons. Naga ini memang cepat dan amat langka. Mereka hidup di bawah tanah yang belum terjamah oleh siapapun,” sahut Dargon. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di Darkness Kingdom. Gerbang depannya benar-benar besar. CTAARR! Petir menyambar. Tidak ada seberkas cahaya pun. Di belakang mereka hanya ada Metropolis City yang sudah rata dengan tanah. Sementara istana ini…
Benar-benar seseram namanya.
“Uuhh… sebesar Gedung Putih. Tapi, ini benar benar… seram. Hitam. Dan tentunya gelap,” kata Jason ketakutan. Dargon pun membawa mereka terbang melewati gerbang. Di dalamnya… semuanya benar-benar gelap. Jangan mengharapkan cahaya di sini. Karena di sini, semuanya serba malam.
“Aku takut…” kata Yuri.
“Tenanglah. Tetap bersamaku, oke?” kata Dargon. Yuri mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju istana terkutuk tersebut. Mereka sampai di pintu masuknya.
“Tenanglah, biar coba kubuka,” kata Dixa. Ia mencoba membuka pintu itu. Namun, sepertinya pintu besi metalik itu memiliki kode rahasia misterius.
“FIRE BLAST!” kata Dargon. Dixa merunduk. Seketika, pintu di depannya itu hangus dan bolong. Dixa dan lainnya melangkah masuk. Dixa merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Ia menelpon Sebas.
“Halo, Sebas! Kau dimana?” tanya Dixa di teleponnya.
“Oh, hei Dixa. Kau sudah sampai di sini? Cepat, aku ingin mendengar ceritamu, kenapa kau begitu lama?” sahut Sebas.
“Begini, sob. Jadi, tadi aku sudah sampai di Metropolis City. Karena lapar, aku dan Jason mampir sebentar ke kedai makanan Jepang. Aku kaget karena mendengar siaran berita tentang sebuah kantor yang terbakar karena serangan nuklir. Aku langsung datang ke lokasi kebakaran tersebut,”
“Jadi kau sudah tahu siapa pelaku serangan itu?”
“Ya, aku tahu. Draganold. Dia pelakunya. Tak hanya itu. Aku juga dibawa pergi dan dia meledakkan seluruh Metropolis City. Dan karena dendam, aku bertanding dengannya di stadion, tapi kalah. Aku di sini sekarang,”
“Naga itu sudah keterlaluan. Baiklah, nanti akan kita urus dia. Kau harus kemari. Dengar, sob, aku ada di balik singgasana Raja. Oh, hai. Apa yang kau lakukkan? Hah, tunggu dulu! Jangan! Kau mau bawa aku kemana, dan mau kau apakan aku? Jangan!” teriak Sebas. Dixa curiga.
“Teman-teman, sepertinya Sebas dalam masalah. Aku harus menolongnya. Kalian berdua, berpencarlah. Dargon, cari kakakku. Kau, Yuri, cari Rill bagaimanapun caranya. Cepat, cepat! Aku akan menolong Sebas!” kata Dixa. Mereka bertiga berpencar. Sepertinya, SNB mendengar percakapan Sebas di balik singgasananya. Dan mungkin karena ketahuan, robot itu menangkapnya. Dixa berlari di dalam lorong istana, mengikuti jejak kegelapan yang jauh lebih pekat.
Jejak yang jauh lebih pekat berarti adalah SNB. Jejaknya. Ia melihat sekilas mata kelabu di dalam kegelapan. Mata Sebas.
“Sebas!” jerit Dixa.
“Dixa!” jerit Sebas. Lalu, langkah Dixa terhenti karena lampu-lampu dim berwarna ungu di atas terhalang oleh kepakan sayap sekilas. Kelelawar, mungkin? Tapi, warnanya terlalu mencolok untuk seekor kelelawar. Makhluk itu menatap tajam Dixa dengan mata bioluminesensi-nya. Matanya yang berwarna merah terang menyala dalam kegelapan. Lalu, ia mendarat di hadapan Dixa.
“Kau berniat ingin menyelamatkan temanmu?” kata makhluk itu.
“Ya, memang. Jangan halangi jalanku!” sahut Dixa. Tapi, sesaat kemudian, Dixa membisu ketakutan. Ternyata, itu adalah Draganold.
“Dixaaa! Tidaaakkk! Dia ingin membawaku ke penjaraaa!” suara Sebas terdengar samar-samar di depan sana.
“Draganold! Ikut aku!” suara SNB memanggil Draganold juga terdengar. Naga itu langsung terbang mengikuti SNB. Dixa menoleh ke belakang. Tampak Yuri dan Dargon sudah kembali. Yuri menggandeng tangan Rill, Sementara Dargon membawa Miyako diatas punggungnya.
“Lho, kemana si Jason?” tanya Dixa.
“Kau tidak lihat dia dari tadi?” sahut Yuri. Dixa menggeleng. “Lihat, siapa yang ada duduk di belakang Kak Miyako?”
“Ah, Jassy! Kukira kau kemana tadi!” kata Dixa. “Oh, ya. Aku melupakan Sebas!” kata Dixa. Mereka semua berlari menyusul Dixa yang sudah berlari terlebih dahulu di depan.
“SNB akan membawa Sebas ke penjara! Dan Draganold juga mengikutinya!” kata Dixa. “Tidak… aku kehilangan jejak mereka!”
“Tenanglah, aku bisa menyusulnya,” kata Dargon. Ia langsung memberi tumpangan pada Dixa dan Yuri. Menyusul SNB dan Draganold. Mereka melihat Sebas yang sedang dibopong oleh SNB. Mereka berhasil menyusulnya, sementara Dixa berusaha meraih tangan Sebas. Tapi, SNB melesat lebih cepat ke depan.
“Kau takkan bisa meraih temanmu!” sambung Draganold. Ia mengeluarkan semburannya, tapi Dixa menarik telinganya dan mengarahkannya ke atas. Atap istana itu jebol. Draganold berusaha menyerang dan menggigit Dixa.
“Kejar saja SNB! Akan kucoba mengecoh si naga bengis ini!” kata Dixa.
“Bagaimana caranya? Kau tak akan bisa mengecohnya!” sambung Miyako.
“Aku bisa,” sahut Dixa. Tanpa ragu, Dixa melompat keatas punggung Draganold. Kini, ia menungganginya. “Akan kucoba mengendalikannya! Melajulah terus, Dargon!”
“Tidak!” bantah Draganold. Naga itu terbang tak tentu arah. Dixa mengarahkan kepalanya keatas, dan Draganold terbang keluar dari lubang bekas semburannya. Dixa berusaha mengendalikan Draganold. Ia terbang bersamanya, walaupun sangat berbahaya. Dixa melihat Dargon mengejar SNB dan melompati tembok pembatas. Tak jauh dari istana, terdapat sebuah penjara bernama D’ Prison.
“Ah! Aku harus menyelamatkan Sebas!” kata Dixa. Ia berjuang untuk mengendalikan naga itu. Dixa menerbangkan Draganold menuju penjara itu. Ia melihat Sebas dilemparkan oleh SNB di lapangan tahanan. Draganold berusaha mengeluarkan semburannya kepada Dixa, tapi, Dixa membelokkan kepalanya dan alhasil, semburan mendarat di atas lapangan tahanan dan mengenai SNB. Penjaga penjara melongok ke atas.
“Hei, lihat! Itu pak sipir! Apa yang dia lakukkan?” kata salah satu penjaga.
“Anak remaja itu menunggangi sipir! Hei, pak sipir! Tadi, Kenny berbuat ulah lagi! Kami tak berani berbuat macam-macam, karena dia berontak!” kata temannya.
“Ah! Biar kuurus Kenny! Sebelumnya, biar kuurus dulu putranya!” sahut Draganold. Dixa mendaratkan Draganold dengan terpaksa karena Draganold berusaha menggigitnya terus-terusan.
“Waah! Crash landing!” jerit Dixa. Draganold mendarat di atas lapangan tahanan. Dixa turun dari punggungnya. Dan pengalaman mengejutkan yang ia lihat adalah: melihat orang tuanya yang menjadi tahanan dan menemuinya.
“Ibu! Ayah!” kata Dixa. Miyako juga menyusul. Keluarga Blue, keluarga Kuzenkov, keluarga Sania, dan keluarga Ray saling berpelukan menemui anak-anak mereka.
“Hahaha! Adegan yang menjijikan. Aku muak melihat kalian berpelukan! Bahkan, aku tidak suka memeluk sama sekali! Pelukan itu menjijikan, tapi penyiksaan itu indah!” kata Draganold.
“Nak, ayah berusaha memberontak dari Draganold, tapi dia terus-terusan menyiksa ayah. Sakit, tapi ayah baik-baik saja. Dia pernah membuat ayah masuk ICU dan hampir terbunuh. Tapi, ayah meminum cairan penyembuh dan sembuh kembali,” kata Kenny. Dixa terbelalak mendengar penjelasan ayahnya. Ia melirik Draganold.
“Drag! Kau sudah benar-benar keterlaluan!” kata Dixa. Lalu, Draganold membawa Dixa, Miyako, dan Sebas di tangannya. Sementara para orang tua itu dibawa oleh SNB dalam perangkap bayangannya. Dargon membawa Jason, Yuri, dan Rill di punggungnya untuk mengejar mereka. Mereka terbang menuju istana. Di sanalah pertarungan dimulai. Di ruang takhta.
“THUNDER BALL!” kata Dixa. Ia mengarahkan serangan itu kepada Draganold.
“SHADOW LASER!” SNB membela Draganold dan membalas Dixa.
“Dixa! Kau baik-baik saja?” tanya Rill. Dixa mengangguk.
“Aku baik-baik saja, Rill,” sahut Dixa. Ia pun segera bangkit.
“SHADOW BULLET!”
“NUCLEAR BLOWS!” SNB dan Draganold menyerang mereka semua. DUAARR! Seluruh atap istana jebol. Sangat gelap.
“Hehehe… mereka pasti mati,” kata SNB. Namun…
“Hah! Kata siapa kami mati?” kata Dixa. Ia melindungi dirinya dan mereka semua dengan Thunder Shield, perisai petir.
“Ini pasti karena seranganmu kurang kuat!” omel SNB kepada Draganold. “Kau pasti gugup! Aku selalu tahu, kekuatanmu selalu melemah ketika kau gugup!”
“Ya, aku memang gugup,” sahut Draganold memelas. SNB dan Draganold menoleh. Dixa dan teman-temannya sudah memakai kostum keren.
“Aku Thundboy!” kata Dixa.
“Aku Light-Girl!” kata Miyako.
“Aku Frozbyte!” kata Jason.
“Aku Fireboy!” kata Yuri.
“Aku Hypno Girl!” kata Rill.
“Dan aku… Greyman,” kata Sebas. Mereka semua memegang pedang. Sebas punya kekuatan, semuanya baru tahu sekarang. Mereka pun menyerang SNB habis-habisan.
“Teman-teman, ayo kita kombinasikan kekuatan kita!” kata Dixa.
“THUNDER BALL!”
“FLASH LIGHT!”
“ICE NEEDLE!”
“FIRE LASER!”
“HYPNOTISM ATTACK!”
“GREYMAN PUNCH!”
“COMBO SUPERPOWER!” kata mereka semua. BWOOSSHH… jantung SNB langsung terlubangi.
“Hanya satu kata terakhirku… Draganold… kau dicabut jabatan…” kata SNB. Ia pun langsung ambruk. Draganold sakit hati.
“Hanya itu kata terakhirmu? Sial!” gerutu Draganold. Ia terbang keluar jendela. Mereka semua langsung menjadi anak normal lagi. Tiba-tiba, di depan mereka ada portal dimendi.
“Ayo, kita pulang!” ajak Dixa. Mereka pun memasuki portal tersebut.
ooo0ooo
“Awas saja jika aku bertemu anak-anak itu lagi. Akan kuhabisi mereka!” kata Draganold. Muncullah portal dimensi di hadapannya.
“Ah, portal. Aku akan ke Bumi dan memburu anak-anak itu!” katanya lagi. Draganold memasuki portal dan tembus ke Machine City. Tapi… ini hutan yang tak jauh dari Machine City.
“Lho? Kok, hutan, sih? Kenapa aku ada di hutan? Dimana si Dixa dan teman-temannya?” kata Draganold kebingungan.
“PRIAAKK!” seekor elang melintas di depannya dan menabrak tubuhnya sehingga terjatuh.
“Tidaakk!” jerit Draganold. Ia jatuh ke dasar hutan dan kepalanya terantuk batu.
ooo0ooo
CKLEK… pintu rumah Dixa dibuka.
“Akhirnya… rumah kita tersayang,” kata Kenny. Dixa mengangguk.
“Kita akan tinggal di sini seperti dulu,” sambung Dina, ibunya Dixa. Miyako tersenyum kecil. Satu keluarga bahagia kembali ke rumah mereka. Begitupun dengan teman-temannya yang lain. Mereka sudah pulang.


TAMAT

Jumat, 25 November 2016

DIXA'S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 7)

“Jason! Jason!” suara teriakan Dixa menggema di seluruh Mini City. Kota itu memang sangat jarang dihuni. Dixa yakin, jika Jason ada di suatu tempat. Sementara dirinya sendiri tak berani pergi jauh-jauh dari Dargon yang pingsan di tengah jalan. Dari kejauhan, kobaran api masih terlihat.
“Dixa… Dixa…” suara Jason terdengar dari kejauhan.
“Jason? Hei, Jason!” teriak Dixa. Tak lama kemudian, Jason muncul dan langsung mendekati sahabatnya itu.
“Syukurlah kau selamat, Jassy. Bagaimana rencana penyerangan kita?” tanya Dixa.
“Ah, lupakan. Kita sudah gagal di tengah jalan. Lebih baik kita kembali saja. Kau setuju?” sahut Jason.
“Ya, baiklah. Terserah kau saja,” kata Dixa. Sementara Dargon baru siuman sekarang. Ia pun bangkit kembali dan memberi mereka tumpangan. Dixa begitu girang menunggangi naga dan melihat keindahan dari balik awan.
“Yuhu… seru sekali!” kata Dixa.
“Uh, Dixa. Aku… aku tidak akan suka ini… ini mengerikan, aku takut pada ketinggian,” kata Jason.
“Santai saja. Dargon, bisakah kau melaju lebih cepat?”
“Tentu saja bisa! Pegangan erat-erat, guys, aku akan melaju dengan kecepatan 100 knot!” kata Dargon. Wush… ia melesat secepat angin. Mereka melihat Metropolis City yang telah ditelan oleh api. Semuanya ulah Draganold, naga nuklir tak bertanggung jawab itu.
“Aku kesal kepada Draganold! Dasar, naga itu benar-benar keparat! Aku membencinya! Semua warga akan mati kalau begini! Aku benci Draganold!” gerutu Dixa.
Tak lama kemudian, Dargon mendarat di dekat laboratorium tersebut.
“Pastikan buaya putih itu tidak menguntit kita lagi, oke?” kata Dargon.
“Ah, tentu tidak, Darg. Aku sudah membunuh robot kejam itu,” sahut Dixa. “Bola matanya sudah diganti oleh peluru,”
“Iya, Dixa jauh lebih kejam daripada buaya itu,” kata Jason. Mereka pun masuk ke dalam laboratorium. Di sana, hanya ada Yuri.
“Hei, Yuri. Kemana yang lainnya?” tanya Dixa.
“Mereka bilang, mereka pergi ke Darkness Kingdom. Menurut mereka, kau terlalu lama dan juga kau tak menjawab telepon dari Sebas. Sehingga ia mengajak yang lainnya pergi dan meninggalkan pesan di meja itu,” kata Yuri sambil menunjuk secarik kertas yang ada di sebuah meja percobaan. Dixa langsung mendekati meja tersebut dan mengambil kertasnya untuk dibaca.
“Dixa… maafkan aku, aku sudah meninggalkanmu. Itu karena kau terlalu lama diluar sana tanpa memberi kabar sama sekali. Dan akhirnya, aku pun pergi diam-diam ke istana itu bersama Kak Miyako dan Rill. Oh, ya. Aku juga mengajak Orca dan Rattlesnake. Tapi, Dargon bersikeras untuk mencarimu. Kuharap, kau sudah pulang saat membaca pesan ini. Aku ingin kau menjelaskan apa yang terjadi padamu dan Jason diluar sana,”
-From Sebastian Ray-
“Sebas meninggalkanku tanpa bilang-bilang? Ah, baiklah Dargon! Antarkan kami ke Darkness Kingdom! Yuri, kau juga harus ikut!” tegas Dixa. Ia melihat sekelilingnya. “Sebas pasti sudah menyuruh yang lainnya untuk mengepaki barangnya,”
“Mengepaki barang? Kurasa, barang yang dibawa mereka hanyalah travel bag, dan isinya juga tidak merepotkan,” kata Yuri. Dixa mengangguk. Ia langsung menuntun Dargon keluar dan terbang bersama Jason dan Yuri.
“Oh, my God! Kita terbang lagi? Aku takut ketinggian, Dixa! Kenapa perjalanan menuju istana harus dengan terbang, sih?” teriak Jason.
“Tenang, kau harus menghilangkan acrophobia-mu, oke?” kata Dixa menenangkan. Mereka terbang menuju Mini City.
“Hey, bukankah Darkness Kingdom ada di Metropolis City?” tanya Yuri.
“Belum. Aku ingin balas dendam terlebih dahulu. Draganold sudah keterlaluan. Aku tahu, stadion itu adalah sebuah tempat untuk bertanding antara rakyat jelata dan pembesar kerajaan. Pastinya, Perdana Menteri juga ada di sana!” kata Dixa. “Darg, mendaratlah di stadion itu!”
“Baiklah!” sahut Dargon. Ia pun mendarat di depan stadion itu.
“Kutunggu sampai selesai, ya!” kata Dargon. Mereka pun masuk ke loket pendaftaran. Tapi, hanya Dixa dan Jason saja yang mendaftar. Mereka masuk ke lapangan pertandingan.
“Yuri, saksikan kami, oke? Kau duduk saja di tribun. Pokoknya, jangan histeris. Aku khawatir penyakit epilepsi-mu kambuh,” kata Dixa.
“Ya, ya, ya. Akan kudukung kalian sebisaku. Jangan mau kalah. Lawan kalian adalah Draganold. Jika saja aku melawannya, aku pasti akan kalah,” sahut Yuri. Dixa pun berbalik bersama Jason. Mereka berjalan menuju lapangan.
“Kita sambut penantang baru kita… Ishida Dixa dan Jason Blue! Mereka adalah manusia yang berasal dari Bumi. Bagaimanakah kemampuannya? Kita lihat saja kedua remaja keren ini beraksi!” kata komentator. “Dan kita sambut juga lawannya… Perdana Menteri tampan kita yang berasal dari planet Monsters… Tn. Draganold Bruno!” katanya lagi. Sorak-sorai dari penonton terdengar riuh.
“Dixa! Jason! Jangan mau kalah! Ayooo!” teriak Yuri menyemangati. Namun, suaranya teredam oleh teriakan ribuan penonton yang menyoraki jagoannya masing-masing. Dixa dan Jason sudah bersiap.
“Kau tahu, Dixa, Jason? Aku akan mengalahkan kalian di malam ini! Mana supporter-ku? Ayo! Berikan aku semangat, supporters!” teriak Draganold.
“Hah, mana mungkin kau bisa menang? Lagipula… hei, pak komentator! Apakah anda tidak salah menyebut naga sialan ini dengan sebutan tampan? Kurasa, jika dia menjadi manusia, aku yakin dia benar-benar jelek! Sejelek-jeleknya manusia, lebih jelek Draganold daripada manusia terjelek sedunia!” teriak Dixa. Para penonton menyorakinya.
            “Baiklah, kita mulai saja pertandingan ini, semuanya. 3, 2, 1… MULAI!” kata komentatornya. Suara sirine membuat penonton bersorak lebih keras. Kaca pelindung mencuat dari pinggiran lapangan. Setelah menutup sempurna… GOONGG! Suara gong dibunyikan dengan keras. Draganold menyerang terlebih dahulu.
“NUCLEAR ATTACK!” Draganold mengeluarkan semburannya yang membuat Dixa terpental jauh.
“ICE NEEDLE!” Jason membalas Draganold dengan serangan jarum-jarum esnya yang super tajam.
“NUCLEAR SHIELD!” Draganold berusaha bertahan dengan perisai nuklirnya. Tapi, perisai itu tak menutupi seluruh tubuhnya. Sebagian jarum-jarum es Jason berhasil mengenai tubuh Draganold. Luka gores memenuhi tubuhnya.
“Ah, persetan dengan luka-luka ini! Ini sama sekali tidak menyakitkan!” kata Draganold.
“THUNDER FLASH!” kata Dixa. Serangan itu membuat Draganold tersetrum dan terluka lebih parah.
“Tidak akan kuampuni!” kata Jason. Mereka menghabisi Draganold.
“Hehehe… kalian memang anak-anak yang sangat payah. Kalian belum tahu aku sekuat apa. NUCLEAR BOOM!” kata Draganold. dari mulutnya, keluarlah semburan nuklir yang besar. Dixa dan Jason kalah.
“Ah… tidak! Aku tidak boleh kalah,” kata Dixa. Draganold melemparkan mereka keluar kaca pyrex itu.
“Yeah! Aku menang!” kata Draganold.
“Dan pemenangnya adalah… Draganold Bruno!” kata komentator. Kaca kembali ditutup.
“Hadiahnya adalah uang tunai 1 milyar rupiah, mobil Lamborghini, dan… pacar. Selamat untuk anda!” katanya lagi. Mereka kembali duduk di tribun, menyaksikan lawan yang sudah menang.
            “Kita akan pergi ke Darkness Kingdom setelah ini,” kata Dixa.

            BERSAMBUNG…

Rabu, 23 November 2016

DIXA'S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 6)

Dixa terus berjalan bersama Jason, sementara sebuah robot menguntitnya dari belakang sejak tadi. Srek… srek… langkah kaki robot itu terdengar nyaring ketika menginjak daun-daun besi metalik yang merontok dari pohonnya.
“Jason, kau dengar itu?” tanya Dixa. Jason mengangguk. Mereka menoleh kebelakang. WhiteCroco 1492. Robot itu terus mengikutinya.
“Robot buaya putih itu mengikuti kita!” jerit Jason. Dixa mengambil pistol dari kantongnya. DOR-DOR! Pupil mata buaya itu telah tergantikan oleh peluru. Ia meraung kesakitan. Timah panas telah menggantikan mata kameranya.
“GRAA… GRAA… apa yang kau lakukkan padaku?! GRAA…” teriak buaya itu. Sesaat kemudian, tubuhnya tergeletak tak bernyawa.
“Aku… aku membunuhnya? Aku hanya ingin mencegatnya, tapi, aku membunuhnya… aku belum pernah membunuh sebelumnya,” sesal Dixa.
“Ah, tenanglah. Dia kan, hanya mesin,” kata Jason. Lalu, mereka pun melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, terlihatlah sebuah gapura sebesar gerbang tol bertuliskan: WELCOME TO METROPOLIS CITY!
“Hei, bro. Kita sudah sampai di Metropolis City!” seru Dixa girang. Mereka berjalan kedalam.
“Ah, aku lapar sekali. Bisa kita makan dulu?” tanya Jason.
“Ayo, kita makan. Kau kan, selalu lapar setiap saat,” sahut Dixa. Ia dan Jason berjalan ke sebuah kedai makanan. Namanya kedai itu My Japanese Foodz. Dan pastinya menyediakan menu makanan Jepang. Dixa dan Jason langsung nongkrong di situ.
“Aku ingin pesan sushi,” kata Jason.
“Aku ingin… ah, aku ingin ramen saja,” kata Dixa. Tak lama kemudian, pesanan datang.
Sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba… SYAT… BLAARR! Terdengar suara ledakan yang sangat nyaring dari sebuah gedung. Beberapa saat kemudian, sebuah TV LCD yang terpampang di kedai itu menampilkan sebuah berita.
“Pemirsa, telah terjadi ledakan di sebuah kantor. Kebakaran diduga karena serangan nuklir mendadak. Sebelumnya, kami mendapat kabar jika Perdana Menteri dunia ini diserang oleh seorang teroris. Sekarang, gedung tempat penyerangan itu terbakar hebat dalam waktu singkat. Api berasal dari lantai 14, dan merembet ke seluruh gedung,” kata reporter itu. Dixa dan Jason langsung menghabiskan makanannya cepat-cepat, dan berlari menuju lokasi kebakaran tersebut. Beberapa meter ditempuh, mereka menemukan kantor tersebut.
Api sedang melalapnya. Sementara kantor yang terbakar itu dikelilingi oleh mobil patroli polisi dan mobil pemadam kebakaran. Entah sampai kapan api besar semacam itu bisa dipadamkan. Petugas pemadam kebakaran membawa beberapa tabung busa pemadam. Dan satu hal yang membahayakan: mungkin saja radiasi nuklir masih menghantui lokasi kebakaran tersebut. Mayat-mayat akan segera bergelimpangan jika tidak ada masker gas. Sementara diatas langit, sebuah bahaya mengintai.
Sekelebat bayangan melesat cepat bagaikan kilat. Dan ia menukik ke bawah. Mendarat di atas tanah. Berdiri tegak diatas kobaran api yang merembet ke atas aspal. Seekor naga dengan empat kaki dan sayap lebar, juga telinga seperti petir tengah menatap tajam seluruh warga yang berdiri di situ. Mengawasi gerakan mereka. Memamerkan gigi-giginya yang tajam. Dua taringnya yang mencuat keluar, sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Warga membisu ketakutan melihat seringainya dan taringnya itu.
Cakar kaki depannya sepanjang penggaris. Matanya merah. Ia menggeram, mendengus, meraung. Polisi menghalangi warga untuk mendekat. Naga itu seperti berjalan diatas karpet merah. Warga yang polos itu tentu mengenali siapa sang naga. Perdana Menteri negara Dangebots. Beribukota di Metropolis City. Perdana Menteri hasil kudeta, ia memimpin negara ini dengan kejam. Tidak satupun warga yang berani macam-macam dengannya. Kecuali satu remaja 14 tahun dari Bumi.
Ishida Dixa. Hanya ia yang berani kepadanya. Naga itu berjalan mendekati Dixa dan Jason di depan.
“Hai, Dixa. Kita bertemu lagi. Aku sudah bilang padamu jika aku akan memburumu dan menjadikanmu mangsaku. Hehehe…” kata naga itu.
“Aku tahu siapa kau. Draganold Bruno? Perdana Menteri Draganold, Sipir Draganold. Kau sudah ditawari kerja sambilan sebagai sipir penjara oleh Yang Mulia Shadow Ninja-Bot, dan beraninya kau menyiksa ayahku?” sahut Dixa sengit.
“Aku sudah menyiksa ayahmu sejak empat tahun yang lalu. Ternyata, kalau dipikir-pikir, menyiksa itu asyik juga, ya. Aku hanya tinggal tertawa diatas penderitaan orang lain. Hahaha! Aku adalah… Draganold The Torturer,” kata Draganold. BUG! Dixa memukul kepala Draganold. Naga bengis itu meraung. Jason tidak mau terlibat pertarungan, dan ia tidak tega melihat sahabatnya disiksa. Ia langsung pergi dari kota tersebut. Draganold menyeret Dixa, mengangkat tubuh Dixa ke udara. DUUAARR! Ledakan besar terjadi lagi. Namun kali ini bukan hanya gedung yang diledakkan.
Melainkan seantero kota telah tenggelam oleh ganasnya api dan radiasi nuklir. Machine City kini tak lagi bersisa. Hanya kota kecil di sebelahnya yang ada. Mini City. Jaraknya hanyalah 48 km persegi. Tapi disitu, ada sebuah stadion tempat pertandingan antara rakyat jelata dengan pembesar kerajaan. Ayah Dixa, Kenny, pernah bertanding dengan Draganold di stadion itu. Pemenangnya adalah Draganold, memperoleh hadiah uang tunai 1 milyar rupiah, satu mobil Lamborghini, dan satu pacar. Dan satu lagi yang tersisa dari kota itu.
Istana Darkness Kingdom. Draganold membawa terbang Dixa, sementara remaja itu menonton kobaran api yang menyala-nyala, menerangi wajahnya. Naga itu sepertinya akan memangsanya di suatu tempat. Setelah cukup jauh dari Metropolis City, Dixa mulai menjerit-jerit. Berontak.
“Lepaskan aku! Naga bengis! Lepaskan!” jerit Dixa. Namun, predator manakah yang mau melepaskan mangsanya? Dixa menoleh kebelakang. Sepasang mata sedang mengawasinya. Ia kembali menoleh kedepan dan berontak.
“SUPERIOR IMPACT!” teriak pemilik mata itu. Ia mengeluarkan serangannya. Dixa seperti pernah mendengar nama serangan itu di suatu tempat.
“Terimalah… SUPERIOR IMPACT!” Dargon mengeluarkan semburannya. Semburan yang secepat laser itu langsung melubangi gedung sekolah. Baju Dixa terbakar sedikit.
“Dargon?” gumam Dixa. Tubuh Draganold memanas.
“Lepaskan dia, bos pengkhianat!” katanya. Dixa kembali menoleh.
“Dargon! Kau datang!” pekik Dixa gembira. Dargon kini berwujud seperti naga asli. Draganold membalik badannya.
“NUCLEAR ATTACK!” semburan Draganold sekilas, tapi cepat. Dargon langsung lemas. Sekali lagi, Draganold menyembur Dargon. Dargon langsung K.O dan terjatuh dari ketinggian. Dixa berontak dan menggigit kaki depan Draganold. Naga itu kesakitan dan melepaskan cengkeramannya. Dixa terjatuh. Sementara Draganold pergi dengan tangan hampa.
“Dargooon!” jerit Dixa. Ia berusaha meraih tangan Dargon.
“Dixa… tidak…” kata Dargon. Kesakitan ia rasakan di sekujur tubuhnya yang agak menghitam karena gosong. Dan juga radiasi nuklir merasuk ke dalam tubuhnya. Dargon berusaha membalik badannya. Dixa terjatuh diatas tubuh Dargon dan menunggangi naga itu. Dengan sisa tenanganya, Dargon berusaha mengantarkan Dixa kembali ke laboratorium itu. Tapi, sesaat kemudian mereka terjun bebas. ZRUAK! Dargon merosot diatas aspal. Sedangkan Dixa terpental. Dixa mendekati Dargon.
“Dargon! Tidak! Aku akan mengobatimu, bro!” kata Dixa.
“Tidak… tidak, Dixa. Kau harus mencari… Jason… aahh…” katanya. Dargon pingsan. Dixa langsung berlari untuk mencari Jason.
“Jason! Jason!” panggil Dixa. Namun, tak kunjung terdengar jawaban dari Jason.

BERSAMBUNG…

Selasa, 22 November 2016

CARA MENGGAMBAR ANIME


Kali ini, aku mau kasih cara-cara menggambar anime. Kalau kemarin udah pernah nge-posting cara bikin cerita, sekarang soal gambar. Kebetulan, aku juga bisa gambar. Tapi gimana, ya, cara gambar dalam format anime? Berikut caranya.

1. Wajah
Wajah adalah langkah pertama dimana kita menggambar. Untuk pemula, kalian harus siapkan penggaris. Ini berguna untuk membuat garis bantu pada awal sketsa wajah.
Pertama, buatlah lingkaran sedang tipis dari pensil. Lalu, buatlah garis vertikal dan horizontal di kertas dengan penggaris. Untuk garis horizontal, pastikan kalian meletakkannya pada bagian mata (anggap saja wajah itu sudah jadi, letakkan agak di atas). Setelah itu, buatlah dua garis horizontal. Letakkan di tengah, dan di bawah. Di pinggiran luar lingkaran, buatlah bagian rahang sampai dagu ke bawah. Runcingkan bagian dagu. Lihat gambar diatas. Awal gambarmu sudah jadi.

2. Mata

Gambar diatas adalah contoh mata anime yang bisa kalian tiru. Pilih salah satu contoh mata. Eits, tapi tentukan dulu kalian ingin menggambar pria atau wanita. Mata mereka tentu berbeda. Jika mata wanita, biasanya jauh lebih besar, mencolok, dan ada bulu matanya. Bagaimana cara meletakkannya di awal gambar wajah? Pertama, buatlah garis bawah mata. Letakkan garis bawah matanya pada garis horizontal paling atas. Lalu, buatlah garis kelopak matanya. Letakkan agak keatas dari garisnya, jangan sampai mentok. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar wajah diatas. Lalu, buatlah pupil mata yang bisa kalian contoh dari gambar diatas. Jika kalian sudah mahir, silahkan buat mata anime versimu sendiri.

3. Hidung dan mulut
Hidung dan mulut jangan dilupakan. Melihat style contoh hidung dan mulut diatas, mungkin kalian akan tergiur untuk mencobanya. Bagi pemula, kalian juga bisa, kok, membuat mulut berekspresi seperti diatas. Tapi meletakkannya? Bagi hidung, letakkan hidung di garis horizontal bagian tengah. Kalau hidung anime itu biasanya hanya berbentuk segitiga lancip, seperti diatas. Untuk mulut, kalian harus meletakkannya di garis horizontal bagian bawah. Boleh saja mencontoh gambar diatas, tapi kalau memang punya referensi sendiri, silahkan membuat mulut dengan ekspresi kalian sendiri.

4. Rambut

Rambut jangan kalian lupakan. Jika kalian ingin menggambar karakter botak, sebaiknya langsung saja gambar badannya. Untuk penggambaran karakter berambut, lihat saja salah satu contoh gambar rambut pria dan wanita diatas. Pertama, buatlah garis tipis-tipis. Sebaiknya, pelan-pelan saja. Bentuklah sebuah bentuk runcing yang menggambarkan rambut. Lakukkan seterusnya sampai membentuk sebuah rambut. 
Satu lagi tambahan. Jangan lupa tambahkan telinga!

5. Tubuh
 
Selanjutnya setelah wajah adalah tubuh. Untuk menggambar tubuh, kalian perlu menggambar leher. Di bawah dagu, gunakan penggaris kalian untuk membuat garis vertikal dari ujung dagu sampai ke bawah. Lihat gambar diatas. Di atas, buatlah garis horizontal. Lalu, buatlah sebuah garis miring mirip segitiga sampai ke ujung garis vertikal. Garis horizontal untuk meletakkan punggung, sementara ujung ketiga garis untuk meletakkan kemaluan. Lalu, gambarlah anggota tubuh secara perlahan-lahan seperti gambar diatas.

6. Tangan

Untuk menggambar tangan, gunakan garis-garis bantu. Garis ini ada lima yang bisa kalian buat. Lalu, di kelima garis itu, buatlah "bola-bola" untuk menentukan ruas jari. Lalu, gambarlah garis untuk menutup bola tadi. Inilah awal gambar tangan yang telah kalian buat.

7. Kaki
Inilah contoh gambar kaki. Sama halnya seperti menggambar tangan, buatlah pola bola pada jari-jari kaki untuk menentukan ruas jari. Jika sudah jadi, silahkan lihat bagaimana kaki, seperti gambar diatas.
Nah, awal gambarmu sudah jadi! Silahkan hapus garis-garis bantu yang sudah tidak perlu. Kalau mau, tambahkanlah bajunya.

8. Baju
Nah, kalian sudah sampai pada bagian yang paling ditunggu-tunggu. Membuat baju. Sebetulnya, membuat baju itu mudah. Tidak perlu mencontoh, asal punya referensi sendiri juga bisa.



Gambar diatas adalah contoh-contoh baju yang bisa diikuti oleh kalian. Langkah dalam membuat baju sangatlah mudah. Kalian hanya perlu menggambar bajunya. Terserah mau mencontoh atau mau membuat sendiri. Letakkan itu di badan karakter gambaran kalian. Kemudian, bagian tubuhnya yang tadi kalian gambar, hapuslah dengan penghapus. Setelah itu, biarkanlah gambar itu menjadi sketsa, atau kalian bisa mewarnai gambarnya dengan menebalkan garis-garisnya dengan pulpen atau spidol gambar, kemudian warnailah sesuai selera kalian.
Oh, ya. Ada ciri-ciri yang perlu kalian ketahui dalam menggambar anime.

Karakter anime itu biasanya bermata besar, terutama kaum wanita.
Karakter anime biasanya memiliki rambut dengan warna mencolok, bukan hanya hitam, pirang, atau cokelat.
Karakter anime biasanya memiliki body yang bagus.

Nah, bagaimana? Sudah ngerti, kan, cara bikin gambar berformat anime? Semoga bermanfaat, yach...

sumber gambar: google.co.id
















DIXA’S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 5)

Dixa terjatuh ke dalam lubang dalam itu. Bagaikan lubang tanpa batas. Namun, ada batasnya. Dixa mendarat di atas genangan air.
“Aahh! Sakit sekali!” jerit Dixa. Suaranya menggema keras dalam lubang itu. Celananya basah kuyup karena terjatuh dalam genangan air.
“Kau baik-baik saja, Dix?!” teriak Rill dari atas sana. Dixa menengok ke atas. Tampak kepala gadis cantik itu menghalangi seberkas sinar matahari.
“Aku baik-baik saja, Rill!” sahut Dixa. Dengan tubuh sakit-sakitan, Dixa berusaha bangun. Ia penasaran dengan lubang itu. Di dalamnya seperti terowongan rahasia. Dixa berjalan menyusuri terowongan itu. Karena penasaran, Dixa tidak berpikir ingin keluar dari lubang tersebut. Di dalam terowongan yang gelap gulita itu, ia melihat seberkas cahaya.
“Cahaya?” gumam Dixa bingung. Ia langsung berlari dengan langkah tertatih-tatih menuju cahaya itu. Begitu dekat dengan cahaya, ia terkagum melihatnya. Sebuah laboratorium bawah tanah rahasia yang berwarna putih. Sangat besar. Ia kembali berlari keluar dari terowongan rahasia itu dan melongok ke atas mulut lubang. Rill masih menunggu di atas sana.
“Rill! Beritahu yang lain, aku menemukan sesuatu! Suruh mereka turun kemari!” teriak Dixa.
“Baiklah, Dixa! Tapi bagaimana caranya kita turun ke bawah?! Terjun bebas, begitu?!” sahut Rill dengan penuh pertanyaan.
“Tidak, bukan begitu! Ambil tali rafia di dalam tasku itu!”
“Kau gila, ya?! Tali rafia akan putus jika membawa beban telalu berat!”
“Coba saja! Hei, lihat! Di sini ada matras bekas mengambang! Aku bisa menggunakan benda ini jika kalian terjatuh!” kata Dixa. Rill menurut, kemudian lekas mengambil tali rafia dalam tas Dixa. Ia mengikatkannya pada sebuah pohon. Satu persatu, teman-temannya menuruni tali rafia. Untunglah, mereka mendarat dengan selamat… pada matras itu. Tali rafianya tidak cukup panjang untuk mencapai dasar. Dixa mengajak teman-temannya untuk menyusuri terowongan tersebut. Saking gelapnya, mereka hanya bisa berjalan sambil meraba-raba. Masih jauh untuk mencapai laboratorium itu. Tiba-tiba, sepasang mata menyala dalam kegelapan. Awalnya, Dixa senang melihatnya.
Ia mengira itu adalah manusia yang bisa menolongnya dalam kegelapan semacam ini. Namun, sesaat kemudian, Dixa memicingkan matanya.
“Itu bukan manusia! Itu bukan penolong!” jerit Dixa. Pemilik mata menyala itu mendekat. HAP-HAP-HAP! Rahang besarnya yang kuat terbuka dan tertutup. Tubuhnya mengkilat dalam kegelapan. Dixa dan lainnya terpaksa mundur menuju dasar lubang tadi karena “si aneh” itu terus mendekati mereka. Dan dalam tempat terang, terlihatlah jika sebenarnya itu adalah robot. Robot buaya putih. Buaya putih yang sering muncul dalam mitos dan legenda. Dixa sangat mengidolakan makhluk mitos “buaya putih” selain Pegasus. Dan kini, ia melihatnya secara langsung, dan tidak disangka harus berhadapan dengannya.
“Mundur, semuanya! Aku akan menyerangnya!” kata Dixa.
“Hei, sob. Kekuatan petirmu tidak akan berguna di sini. Kau malah akan menyalurkan listrikmu kepadanya, dan bisa jadi dia akan bertambah kuat,” kata Sebas. Dixa diam tak berkutik. Di sisi tubuh robot itu sebelah kiri, tertulis sesuatu. WhiteCroco 1492. Sepertinya itu adalah namanya.
“Kau tak akan bisa lepas dari sini!” buaya itu bicara. Dia bisa bicara rupanya. Sebas merogoh kantong celananya. Ia pun maju ke depan.
“Kau mau menyingkir, atau ingin merasakan ini?” tanya Sebas. Ia menodongkan pistol kepada buaya itu.
“Sebas? Kau bawa senjata?” tanya Rill heran.
“Ya, ini milik kakak sepupuku. Aku meminjamnya,” sahut Sebas. Buaya itu tidak menyingkir. Ia memamerkan gigi-gigi besinya yang tajam. DOR-DOR-DOR! Tiga buah peluru bersarang di kepala buaya itu. Namun, itu tidak menyurutkan niatnya untuk membunuh Dixa dan teman-temannya. Sebas menembak buaya itu lagi. Dan kali ini, upayanya berhasil. Buaya itu sepertinya pingsan.
“Cepatlah, selagi White Croco pingsan!” kata Sebas. Mereka langsung berlari ke dalam. Tak lama kemudian, mereka menemukan sebuah laboratorium besar.
“Jadi ini yang ingin kau tunjukkan?” tanya Miyako. Dixa mengangguk. Lalu, pintu otomatis laboratorium itu terbuka. Mereka masuk ke dalamnya.
“Wah… keren… segala macam yang kau butuhkan ada di sini,” kata Dixa. Laboratorium itu punya segalanya. Setelah lama bermain, mereka tertidur pulas.
ooo0ooo
“Hei, bangun, Dixa!” teriak Jason. Dixa membuka matanya. Ia langsung duduk di kasurnya, dan melihat teman-temannya. Seperti sedang menyusun sebuah rencana.
“Rencana apa itu?” tanya Dixa.
“Rencana ke Darkness Kingdom. Dixa, tak disangka, ternyata hutan ini langsung berhubungan dengan Metropolis City. 2 kilometer jika kau berhasil keluar dari sini, kau akan menemukan Metropolis City!” kata Yuri bersemangat.
“Dixa, dengarkan. Kau dan Jason, harus datang ke Metropolis City. Dan ketika kalian sudah di sana, kami akan datang ke Darkness Kingdom untuk menyerbu. Lalu, kami akan melaporkannya kepada kalian agar kalian datang,” kata Sebas.
“Siap, komandan!” sahut Dixa.
“Dengar, kau jangan gunakan kekuatanmu. Mungkin kau bisa menaklukkan seekor naga bertenaga nuklir. Tapi, kau mungkin akan sulit menaklukkan robot. Sebab secara tidak langsung, kau malah akan bunuh diri. Kau menyalurkan tenaga listrik kepada robot musuhmu,” kata Sebas. “Kecuali kau punya tenaga yang lebih besar agar mereka merasa tenaga itu terlalu berlebihan, sehingga kau bisa menaklukkannya,”
“Baik!” sahut Dixa lagi. Dixa langsung berangkat dengan persenjataan lengkap. Dan ternyata, lewat pintu belakang laboratorium itu,mereka bisa langsung keluar dari dalam sana. Menempuh perjalanan menuju Metropolis City. Dixa tidak menyangka, jika sebuah robot berbentuk buaya putih sedang mengintainya di belakang.

BERSAMBUNG…

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...