Sabtu, 26 November 2016

DIXA'S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 8)

Dixa, Jason, dan Yuri benar-benar tidak bersemangat melihat lawan tandingnya tengah bersenang-senang dan bergelimang kemewahan. Mencoba Lamborghini barunya, sementara uang sebanyak itu akan diantarkan ke rumahnya. Menggandeng tangan seekor monster wanita dengan dress pendek. Rupanya sungguh cantik dan menawan. Dan anehnya, wanita secantik itu mau saja digandeng oleh seekor naga paling bengis sedunia, Perdana Menteri paling biadab, dan sipir paling sadis sejagat.
“Dasar Draganold. Sudah kubilang dia itu naga yang keparat dan tidak berguna. Errgghh… jika membicarakannya darahku langsung memanas. Aku ingin menghajarnya lagi! Hei, naga bengis! Kutantang kau bertanding sekali lagi!” teriak Dixa. Jason dan Yuri menahan tubuhnya.
“Maaf, sayang! Aku sedang menikmati semua kemenangan ini! Lain kali, jika kita bertanding, pastikan kau mati, ya!” ledek Draganold. Dixa pun langsung keluar dan menemui Dargon.
“Huh, kalian lama sekali. Aku sudah mengantuk berat sekarang!” kata Dargon.
“Ayo, kita ke Darkness Kingdom! Tak lama kemudian, Draganold akan segera sampai di sana. Kita tidak boleh telat sedetik pun. Ayo, Dargon!” kata Dixa. Mereka bertiga pun langsung naik ke punggung Dargon dan terbang.
“Apakah kau bisa secepat Draganold?” tanya Yuri.
“Tidak, Yuri. Aku tidak secepat Draganold. Entah kenapa dia begitu cepat. Bahkan, spesiesnya saja tidak bisa menandingi kecepatannya,” sahut Dargon.
“Oh, ya? Apa nama spesiesnya?”
“Nuclear Dragons. Naga ini memang cepat dan amat langka. Mereka hidup di bawah tanah yang belum terjamah oleh siapapun,” sahut Dargon. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di Darkness Kingdom. Gerbang depannya benar-benar besar. CTAARR! Petir menyambar. Tidak ada seberkas cahaya pun. Di belakang mereka hanya ada Metropolis City yang sudah rata dengan tanah. Sementara istana ini…
Benar-benar seseram namanya.
“Uuhh… sebesar Gedung Putih. Tapi, ini benar benar… seram. Hitam. Dan tentunya gelap,” kata Jason ketakutan. Dargon pun membawa mereka terbang melewati gerbang. Di dalamnya… semuanya benar-benar gelap. Jangan mengharapkan cahaya di sini. Karena di sini, semuanya serba malam.
“Aku takut…” kata Yuri.
“Tenanglah. Tetap bersamaku, oke?” kata Dargon. Yuri mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju istana terkutuk tersebut. Mereka sampai di pintu masuknya.
“Tenanglah, biar coba kubuka,” kata Dixa. Ia mencoba membuka pintu itu. Namun, sepertinya pintu besi metalik itu memiliki kode rahasia misterius.
“FIRE BLAST!” kata Dargon. Dixa merunduk. Seketika, pintu di depannya itu hangus dan bolong. Dixa dan lainnya melangkah masuk. Dixa merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Ia menelpon Sebas.
“Halo, Sebas! Kau dimana?” tanya Dixa di teleponnya.
“Oh, hei Dixa. Kau sudah sampai di sini? Cepat, aku ingin mendengar ceritamu, kenapa kau begitu lama?” sahut Sebas.
“Begini, sob. Jadi, tadi aku sudah sampai di Metropolis City. Karena lapar, aku dan Jason mampir sebentar ke kedai makanan Jepang. Aku kaget karena mendengar siaran berita tentang sebuah kantor yang terbakar karena serangan nuklir. Aku langsung datang ke lokasi kebakaran tersebut,”
“Jadi kau sudah tahu siapa pelaku serangan itu?”
“Ya, aku tahu. Draganold. Dia pelakunya. Tak hanya itu. Aku juga dibawa pergi dan dia meledakkan seluruh Metropolis City. Dan karena dendam, aku bertanding dengannya di stadion, tapi kalah. Aku di sini sekarang,”
“Naga itu sudah keterlaluan. Baiklah, nanti akan kita urus dia. Kau harus kemari. Dengar, sob, aku ada di balik singgasana Raja. Oh, hai. Apa yang kau lakukkan? Hah, tunggu dulu! Jangan! Kau mau bawa aku kemana, dan mau kau apakan aku? Jangan!” teriak Sebas. Dixa curiga.
“Teman-teman, sepertinya Sebas dalam masalah. Aku harus menolongnya. Kalian berdua, berpencarlah. Dargon, cari kakakku. Kau, Yuri, cari Rill bagaimanapun caranya. Cepat, cepat! Aku akan menolong Sebas!” kata Dixa. Mereka bertiga berpencar. Sepertinya, SNB mendengar percakapan Sebas di balik singgasananya. Dan mungkin karena ketahuan, robot itu menangkapnya. Dixa berlari di dalam lorong istana, mengikuti jejak kegelapan yang jauh lebih pekat.
Jejak yang jauh lebih pekat berarti adalah SNB. Jejaknya. Ia melihat sekilas mata kelabu di dalam kegelapan. Mata Sebas.
“Sebas!” jerit Dixa.
“Dixa!” jerit Sebas. Lalu, langkah Dixa terhenti karena lampu-lampu dim berwarna ungu di atas terhalang oleh kepakan sayap sekilas. Kelelawar, mungkin? Tapi, warnanya terlalu mencolok untuk seekor kelelawar. Makhluk itu menatap tajam Dixa dengan mata bioluminesensi-nya. Matanya yang berwarna merah terang menyala dalam kegelapan. Lalu, ia mendarat di hadapan Dixa.
“Kau berniat ingin menyelamatkan temanmu?” kata makhluk itu.
“Ya, memang. Jangan halangi jalanku!” sahut Dixa. Tapi, sesaat kemudian, Dixa membisu ketakutan. Ternyata, itu adalah Draganold.
“Dixaaa! Tidaaakkk! Dia ingin membawaku ke penjaraaa!” suara Sebas terdengar samar-samar di depan sana.
“Draganold! Ikut aku!” suara SNB memanggil Draganold juga terdengar. Naga itu langsung terbang mengikuti SNB. Dixa menoleh ke belakang. Tampak Yuri dan Dargon sudah kembali. Yuri menggandeng tangan Rill, Sementara Dargon membawa Miyako diatas punggungnya.
“Lho, kemana si Jason?” tanya Dixa.
“Kau tidak lihat dia dari tadi?” sahut Yuri. Dixa menggeleng. “Lihat, siapa yang ada duduk di belakang Kak Miyako?”
“Ah, Jassy! Kukira kau kemana tadi!” kata Dixa. “Oh, ya. Aku melupakan Sebas!” kata Dixa. Mereka semua berlari menyusul Dixa yang sudah berlari terlebih dahulu di depan.
“SNB akan membawa Sebas ke penjara! Dan Draganold juga mengikutinya!” kata Dixa. “Tidak… aku kehilangan jejak mereka!”
“Tenanglah, aku bisa menyusulnya,” kata Dargon. Ia langsung memberi tumpangan pada Dixa dan Yuri. Menyusul SNB dan Draganold. Mereka melihat Sebas yang sedang dibopong oleh SNB. Mereka berhasil menyusulnya, sementara Dixa berusaha meraih tangan Sebas. Tapi, SNB melesat lebih cepat ke depan.
“Kau takkan bisa meraih temanmu!” sambung Draganold. Ia mengeluarkan semburannya, tapi Dixa menarik telinganya dan mengarahkannya ke atas. Atap istana itu jebol. Draganold berusaha menyerang dan menggigit Dixa.
“Kejar saja SNB! Akan kucoba mengecoh si naga bengis ini!” kata Dixa.
“Bagaimana caranya? Kau tak akan bisa mengecohnya!” sambung Miyako.
“Aku bisa,” sahut Dixa. Tanpa ragu, Dixa melompat keatas punggung Draganold. Kini, ia menungganginya. “Akan kucoba mengendalikannya! Melajulah terus, Dargon!”
“Tidak!” bantah Draganold. Naga itu terbang tak tentu arah. Dixa mengarahkan kepalanya keatas, dan Draganold terbang keluar dari lubang bekas semburannya. Dixa berusaha mengendalikan Draganold. Ia terbang bersamanya, walaupun sangat berbahaya. Dixa melihat Dargon mengejar SNB dan melompati tembok pembatas. Tak jauh dari istana, terdapat sebuah penjara bernama D’ Prison.
“Ah! Aku harus menyelamatkan Sebas!” kata Dixa. Ia berjuang untuk mengendalikan naga itu. Dixa menerbangkan Draganold menuju penjara itu. Ia melihat Sebas dilemparkan oleh SNB di lapangan tahanan. Draganold berusaha mengeluarkan semburannya kepada Dixa, tapi, Dixa membelokkan kepalanya dan alhasil, semburan mendarat di atas lapangan tahanan dan mengenai SNB. Penjaga penjara melongok ke atas.
“Hei, lihat! Itu pak sipir! Apa yang dia lakukkan?” kata salah satu penjaga.
“Anak remaja itu menunggangi sipir! Hei, pak sipir! Tadi, Kenny berbuat ulah lagi! Kami tak berani berbuat macam-macam, karena dia berontak!” kata temannya.
“Ah! Biar kuurus Kenny! Sebelumnya, biar kuurus dulu putranya!” sahut Draganold. Dixa mendaratkan Draganold dengan terpaksa karena Draganold berusaha menggigitnya terus-terusan.
“Waah! Crash landing!” jerit Dixa. Draganold mendarat di atas lapangan tahanan. Dixa turun dari punggungnya. Dan pengalaman mengejutkan yang ia lihat adalah: melihat orang tuanya yang menjadi tahanan dan menemuinya.
“Ibu! Ayah!” kata Dixa. Miyako juga menyusul. Keluarga Blue, keluarga Kuzenkov, keluarga Sania, dan keluarga Ray saling berpelukan menemui anak-anak mereka.
“Hahaha! Adegan yang menjijikan. Aku muak melihat kalian berpelukan! Bahkan, aku tidak suka memeluk sama sekali! Pelukan itu menjijikan, tapi penyiksaan itu indah!” kata Draganold.
“Nak, ayah berusaha memberontak dari Draganold, tapi dia terus-terusan menyiksa ayah. Sakit, tapi ayah baik-baik saja. Dia pernah membuat ayah masuk ICU dan hampir terbunuh. Tapi, ayah meminum cairan penyembuh dan sembuh kembali,” kata Kenny. Dixa terbelalak mendengar penjelasan ayahnya. Ia melirik Draganold.
“Drag! Kau sudah benar-benar keterlaluan!” kata Dixa. Lalu, Draganold membawa Dixa, Miyako, dan Sebas di tangannya. Sementara para orang tua itu dibawa oleh SNB dalam perangkap bayangannya. Dargon membawa Jason, Yuri, dan Rill di punggungnya untuk mengejar mereka. Mereka terbang menuju istana. Di sanalah pertarungan dimulai. Di ruang takhta.
“THUNDER BALL!” kata Dixa. Ia mengarahkan serangan itu kepada Draganold.
“SHADOW LASER!” SNB membela Draganold dan membalas Dixa.
“Dixa! Kau baik-baik saja?” tanya Rill. Dixa mengangguk.
“Aku baik-baik saja, Rill,” sahut Dixa. Ia pun segera bangkit.
“SHADOW BULLET!”
“NUCLEAR BLOWS!” SNB dan Draganold menyerang mereka semua. DUAARR! Seluruh atap istana jebol. Sangat gelap.
“Hehehe… mereka pasti mati,” kata SNB. Namun…
“Hah! Kata siapa kami mati?” kata Dixa. Ia melindungi dirinya dan mereka semua dengan Thunder Shield, perisai petir.
“Ini pasti karena seranganmu kurang kuat!” omel SNB kepada Draganold. “Kau pasti gugup! Aku selalu tahu, kekuatanmu selalu melemah ketika kau gugup!”
“Ya, aku memang gugup,” sahut Draganold memelas. SNB dan Draganold menoleh. Dixa dan teman-temannya sudah memakai kostum keren.
“Aku Thundboy!” kata Dixa.
“Aku Light-Girl!” kata Miyako.
“Aku Frozbyte!” kata Jason.
“Aku Fireboy!” kata Yuri.
“Aku Hypno Girl!” kata Rill.
“Dan aku… Greyman,” kata Sebas. Mereka semua memegang pedang. Sebas punya kekuatan, semuanya baru tahu sekarang. Mereka pun menyerang SNB habis-habisan.
“Teman-teman, ayo kita kombinasikan kekuatan kita!” kata Dixa.
“THUNDER BALL!”
“FLASH LIGHT!”
“ICE NEEDLE!”
“FIRE LASER!”
“HYPNOTISM ATTACK!”
“GREYMAN PUNCH!”
“COMBO SUPERPOWER!” kata mereka semua. BWOOSSHH… jantung SNB langsung terlubangi.
“Hanya satu kata terakhirku… Draganold… kau dicabut jabatan…” kata SNB. Ia pun langsung ambruk. Draganold sakit hati.
“Hanya itu kata terakhirmu? Sial!” gerutu Draganold. Ia terbang keluar jendela. Mereka semua langsung menjadi anak normal lagi. Tiba-tiba, di depan mereka ada portal dimendi.
“Ayo, kita pulang!” ajak Dixa. Mereka pun memasuki portal tersebut.
ooo0ooo
“Awas saja jika aku bertemu anak-anak itu lagi. Akan kuhabisi mereka!” kata Draganold. Muncullah portal dimensi di hadapannya.
“Ah, portal. Aku akan ke Bumi dan memburu anak-anak itu!” katanya lagi. Draganold memasuki portal dan tembus ke Machine City. Tapi… ini hutan yang tak jauh dari Machine City.
“Lho? Kok, hutan, sih? Kenapa aku ada di hutan? Dimana si Dixa dan teman-temannya?” kata Draganold kebingungan.
“PRIAAKK!” seekor elang melintas di depannya dan menabrak tubuhnya sehingga terjatuh.
“Tidaakk!” jerit Draganold. Ia jatuh ke dasar hutan dan kepalanya terantuk batu.
ooo0ooo
CKLEK… pintu rumah Dixa dibuka.
“Akhirnya… rumah kita tersayang,” kata Kenny. Dixa mengangguk.
“Kita akan tinggal di sini seperti dulu,” sambung Dina, ibunya Dixa. Miyako tersenyum kecil. Satu keluarga bahagia kembali ke rumah mereka. Begitupun dengan teman-temannya yang lain. Mereka sudah pulang.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...