Sabtu, 19 November 2016

DIXA'S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 4)

Petir keluar dari tangan Dixa. Ia begitu murka mendengar nama orang tuanya disebut. Mungkin naga itu akan menyiksanya habis-habisan. Dixa memandang benci Draganold. Lahar dari gunung berapi telah mencapai puncaknya. Gunung berapi akan mengeluarkan letusan terhebat sepanjang masa. Tapi, Dixa bukanlah gunung berapi. Petir. Badai dalam bintik merah besar di planet Jupiter sedang berkecamuk di dalam robot T-Rex.
“Aku… aku sudah benar-benar murka…” kata Dixa. Teman-temannya berlindung di pojokan.
“Dixa! Tenangkan dirimu!” jerit Rill. Dixa menggeleng. Nafasnya mendengus-dengus.
“RED N’ BLUE THUNDER!” Dixa menyerang Draganold dengan serangan petir merah-biru andalannya. Draganold terpental jauh.
“Mungkin petirku tidak akan mampu melawan nuklir sepertimu. Namun, aku masih bisa melumpuhkanmu…” kata Dixa. Petir-petir semakin mengganas terus menyerang naga itu tanpa ampun. Dixa bagai kerasukan setan jahat. Ia menyerangnya tanpa henti.
“SUPER THUNDER!” teriak Dixa. Petir itu kembali menyambar Draganold. Ia kembali bangkit.
“Huh… kau pikir hanya kau yang punya kekuatan super? Aku juga. Aku juga punya pedang nuklir yang tak kalah hebat darimu! Hahaha!” kata Draganold. Lalu…
“N’-U Clear!” Draganold mengeluarkan pedangnya. Pedang itu ada lambang nuklir di tengahnya. Warnanya kekuningan, dan sepertinya siap menghunus Dixa. BRUUSS… pedang itu menembus dinding ruang kendali. Dixa mengelak sebisanya, dan pedang itu tak mampu menyentuh tubuhnya sama sekali. Lama kelamaan, dindingnya berlubang semua.
“Rasakan itu, naga payah!” kata Dixa. Robot itu roboh seketika. Ruang kendalinya sudah berlubang terkena hunusan pedang.
“Sialan!” gerutu Draganold. Ia melemparkan bom nuklir berkekuatan lemah ke Grand Motel. Dixa dan lainnya tidak bisa ke sana lagi. Tempat itu sudah meledak. SNB mendekat.
“Sudahlah, Drag… kita pergi saja. Kalau kau mau, buru saja si Dixa lain waktu. Lalu, kau bisa memangsanya sesuka hatimu,” bisik SNB. Mereka kembali ke kerajaan.
“Ayo, kita harus ke istana itu!” ajak Dixa.
“Sudahlah, Dix… sudah malam. Lebih baik kita berkemah semalam saja di hutan. Besok, kita akan menembus kota-kota besar dan menemukan istana itu,” kata Rill.
“Omong-omong, apa nama istana itu, ya? Dan dimana kota tempat istana itu berada?”
“Aku tahu. Nama kerajaannya Darkness Kingdom. Kota tempatnya adalah Metropolis City. Namun, jaraknya sekitar 4 mil dari hutan ini,” kata Rill. Setelah itu, mereka tertidur.
ooo0ooo
Keesokan harinya…
“Baiklah! Kita akan berjalan ke Metropolis City. Kita perlu melewati 2 kota besar. Aku punya petanya. Kita harus melewati Forestpolis City, Desertpolis City, dan terakhir kita akan sampai di Metropolis City,” kata Dixa. ia menunjukkan peta yang dibawanya.
“Oke, Dix. Tapi, kita kan, harus berpencar untuk hal ini. Kau ada rencana?” tanya Sebas.
“Berpencarnya nanti saja. Kita harus berjalan bersama dulu,” sahut Dixa. Ia berjalan diiringi teman-temannya. Hutan itu ternyata begitu luas. Menjelajahinya perlu kesabaran.
“Ah, kapan sih, kita sampainya?” keluh Miyako.
“Aku tidak tahu. Paling sebentar lagi, Kak,” sahut Dixa. Akhirnya, mereka sampai di sebuah tempat terbuka. Tapi sayangnya, itu hanyalah sungai besar. Di depannya masih ada pepohonan rimbun.
“Ah, hutan lagi, hutan lagi!” teriak Miyako.
“Hei, lihat itu di langit!” tunjuk Yuri. Dixa melongok ke atas. Seekor naga menyemburkan apinya. Sekilas tapi akurat. Hutan di depannya terbakar hebat.
“Tunggu dulu, bukannya itu Draganold?” kata Dixa. Naga itu menoleh kepada Dixa.
“Halo, Dixa! Aku diutus oleh Yang Mulia Shadow Ninja-Bot untuk menangkapmu, dan kemudian kulahap kau hidup-hidup!” kata Draganold.
“Tak akan kubiarkan!” bentak Dixa. Draganold melesat cepat menuju Dixa dengan kecepatan 200 knot.
“Dia mendekat! Dia mendekaaat!” jerit Rill.
“Target Locked! Kau tak akan bisa kemana-mana, Dixa!” kata Draganold. Miyako maju ke depan.
“Biar kucoba mengecohnya. Kecepatan cahaya lebih cepat dari naga nuklir itu! QUICK LIGHT!” kata Miyako. Ia mengeluarkan cahaya dari tangannya. Cahaya itu hanya sekedip mata. Berhasil, Draganold terkecoh. Ia terjatuh.
“Ah, aku masih ada kesempatan lain kali untuk menghabisimu, Dixa!” kata Draganold. Ia pun terbang pergi. Dixa mengajak teman-temannya untuk kembali berjalan. Dedaunan menutupi lubang besar di hadapannya. Dixa terjeblos ke dalam. BRUAK!
“Dixaaa…” panggil Rill. Temannya itu jatuh ke dalam lubang yang sangat dalam.

BERSAMBUNG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...