Kamis, 10 November 2016

DIXA’S JOURNEY: BATTLE IN PLANET MONSTERS (PART 4)

“Aku masih hidup…” kata Dixa.
“RED N’ BLUE THUNDER!” serangan petir Dixa berhasil menyetrum Orca. Ia bangkit kembali, sedangkan Dargon masuk ke dalam kapalnya. Di ruang kendali, ia menekan sebuah tombol dan membuat Dixa, Miyako, Jason, Yuri, dan Rill lenyap.
Paus orca dan ular derik itu langsung masuk ke dalam kapal. Dixa dan lainnya terkurung di dalam sebuah ruangan yang pengap, dan hanya sedikit udara masuk. Dargon rupanya menekan tombol teleportasi barusan. Ia memandang Dixa dari layarnya.
“Hehehe… Bagaimana rasanya dikurung?”
“Pengap. Di sini pengap! Kau kejam!” sahut Dixa.
“Jangan sewot dulu. Ini belum seberapa. Bosku lebih kejam lagi!”
“Aku tidak peduli dengan semua ini! Keluarkan aku!”
“Santai saja, bro. Perjalanan ke planet Monsters hanya dua menit. Setelah itu, kau boleh turun, dan hiruplah gas nitrogen bercampur ammonia sebanyak-banyaknya!” kata Dargon.
“Tidaaaakkkk! Lepaskan aku! Aku mau pulang!” Dixa berontak. Dargon mengendalikan kapal itu. Mesin menderu keras, dan kapal itu mulai melayang meninggalkan Bumi.
“Tenang saja… Kau akan segera mati di planetku,” kata si kopilot, Orca. Pilotnya sedang sibuk tertawa. Sementara itu…
ooo0ooo
Seekor naga merah dengan cakar sepanjang penggaris dan telinga berbentuk petir sedang berbicara di laptop dengan naga bertelinga panah.
“Hai, Dargon. Kau sudah ambil jam itu?” tanyanya.
“Tentu saja sudah. Aku juga sudah membawa anak ini. Ia telah mengembalikannya atas keinginannya sendiri, tapi, aku sudah tidak bisa menahan diri untuk menculiknya bersama kakaknya dan teman-temannya,” sahut lawan bicaranya yang wajahnya terpampang di layar laptop.
“Oh, bagus. Akan kubunuh anak itu ketika sudah sampai di sini,” ia pun bicara, dan menutup laptopnya.
“Hehehe… Anak itu tidak akan menyangka, jika dia harus kehilangan nyawanya sekarang juga. Satu menit dari sekarang, dia akan pergi ke alam Baka,”
ooo0ooo
“Semenit dari sekarang, kita akan mendarat di sektor satu, Galactic Home, kota Technotry bagian Timur di padang Eufhal Field…” suara rekaman wanita dari dalam ruang kendali terdengar nyaring. Semenit kemudian, deru mesin terdengar di Eufhal Field.
Draganold, yang tadi bicara di laptop telah menunggu. Dixa dan lainnya sudah bersiap dengan helm oksigen. Pintu kapal terbuka lebar.
“Hai, bos! Kali ini, kami bawa tawanan yang ingin liburan kematian di sini!” kata Dargon sambil menenteng Dixa. Draganold mendekatinya.
“Oh, jadi, ini dia anak yang mengambil jamku?” kata Draganold.
“Maafkan aku…” kata Dixa.
“Baiklah. Kalau kau memang menyukai jam tanganku itu, tidak apa-apa, kok. Tapi, segala sesuatu ada resikonya, Nak. Termasuk memakai jam itu! OMEGA CLAWS!” Draganold segera mencakar tangan Dixa.
“Aarrgghh! Sakit! Apa yang kau lakukkan?!” kata Dixa sambil mengerang.
“Tuh, kan. Lihat, bosku itu lebih kejam dan bengis,” kata Orca.
“Aku akan membunuhmu. Sekarang juga…” kata Draganold. Dixa menitikkan sedikit air mata.
“Kumohon… Jangan… Hiks-hiks…” Dixa tak bisa berkutik. Tangannya sudah benar-benar sakit. Mata Draganold menyiratkan kemarahan. Seringainya begitu bengis, dan posisinya mengancam. Setelah itu… Aaaahhhh!

BERSAMBUNG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...