Jumat, 11 November 2016

DIXA’S JOURNEY: BATTLE IN PLANET MONSTERS (PART 6)

“Aarrgghh! Kau menginginkan apa dariku?” tanya Draganold.
“Aku ingin kau kalah,” sahut Dixa. Baju bagian belakang Draganold telah sobek oleh pisau. Dan jika baju itu sobek, maka tidak ada lagi kekebalan.
“ICE BLOCK!” kata Jason. Serangannya… Es dingin itu mengurung tubuh Draganold. Tapi, ekornya tidak membeku dalam es. Dengan tenaga yang lebih kuat dari ekor buaya, Draganold menggoyangkan ekornya ke atas dan menghancurkan bongkahan esnya. BRAAKK! Draganold bebas.
“Inilah pertarungan yang selalu aku nantikan,” kata Dixa. Petir-petir bercabang itu berusaha menjangkau tubuh Draganold. Tapi, ia begitu lincah. Dan dengan gesitnya ia menghindari petir-petir dengan kecepatan sekedip mata itu. Tak disangka, ternyata Draganold jauh lebih cepat dari mobil balap Formula 1.
Petir dari tangan Dixa berusaha menjangkau tubuh Draganold. Dan setelah itu… Sebuah petir menyetrum dirinya.
“Aahh! Kau belum puas menyiksaku?!” kata Draganold sambil berusaha bangun. Tubuhnya kejang-kejang dan sesekali keluar kilatan listrik.
“Kau jangan mengganguku lagi,” kata Dixa. Setelah bicara begitu, api yang hanya secepat kedipan mata itu meledak di hadapan Dixa. Energi nuklir lemah meledakkan tanah itu.
“Ah! Beraninya kau!” kata Dixa. Lalu… dari tubuhnya keluar kilatan petir yang menyambar-nyambar.
“RED N’ BLUE THUNDER…” jurus itu kembali dikeluarkannya. Petir merah-biru yang sifatnya berlawanan itu disatukan dan membentuk petir berwarna ungu yang sangat kuat.
Lalu, petir ungu itu terbelah dua, kemudian keluarlah sebuah pedang.
“Thundord!” kata Dixa. Pedang bernama Thundord itu terus mengeluarkan petir.
“Thundboy Evolution!” badan Dixa terbungkus oleh petir. Petir itu pun sirna, dan Dixa menjelma menjadi Thundboy, bocah berkostum keren dengan logo petir di dadanya.
“THUNDER BALL!”
“THUNDER ATTACK!”
“THUNDER IMPACT!”
Serangan petir bertubi-tubi terus menghujam tubuh Draganold. Ia hanya bisa meringkuk sambil menunggu ajal menjemputnya. Apakah Dixa akan membunuhnya? Sreett… Petir itu berhenti. Dixa berhenti menyerang.
“Aku masih memberi kesempatanmu untuk hidup dan bertobat, Drag. Aku tahu, jika kau sebenarnya sudah mengkhianati anak-anak buahmu. Kau punya geng kejahatan bernama Triple Murder,” kata Dixa.
“Darimana kau tahu, nak?” tanya Draganold.
“Karena di dalam jam tanganmu ada rahasia yang kau tulis. Jam itu bisa dipakai menjadi diary! Walaupun aku tak paham siapa yang menulisnya, aku telah membongkar seluruh rahasiamu. Dargon, Orca, Rattlesnake… Jangan percaya pada bos kalian, karena bos kalian ini sudah menjadi pengkhianat! Dia adalah ketua Triple Murder dengan nama samaran Daren Brown!”
“Itu tidak benar, Dargon! Jangan percayai Dixa! Dia sudah kehilangan akalnya!” Draganold berusaha membela dirinya. Anak-anak buahnya percaya pada kebohongan Draganold, tapi itu hanya sementara. Setelah itu…
“Dasar bos pengkhianat! Aku benci padamu! Aakkhh! Aku tidak bisa memaafkanmu!” kata Dargon.
“FIRE HAND!” serangan tangan api Dargon menyerang Draganold bertubi-tubi. Ia pun terkulai lemas. Dixa pun maju membela Dargon. CTAARR! Petir menyambar. Langit dipenuhi oleh awan hitam. Lalu, petir menyambar ke bawah.
“Thunderbird!” teriak Dixa. Setelah itu, dari petir, keluarlah sesosok burung dengan petir yang keluar dari cakarnya.
“Thunderbird-ku tidak pernah bisa memaafkan musuh kejam sepertimu. Ayo, Thundey!” kata Dixa seraya menaiki tubuh Thunderbird. Ia memegang Thundord di tangannya. Kemudian, ia menyambar Draganold.
“Aarrgghh!” Draganold mengerang kesakitan. Dixa masih belum puas. Ia kembali menyerang Draganold bertubi-tubi tanpa ampun, tanpa henti, tanpa belas kasihan.
“INVISIBLE THUNDBOY!” kata Dixa. Kali ini bukan serangan. Tubuhnya memang kelihatan oleh mata, tapi, tubuhnya dan tubuh Thunderbird jadi bisa menembus benda padat termasuk tubuh orang lain.
“SUPERIOR THUNDER ATTACK!” Dixa menyerang untuk terakhir kalinya. Semua serangan petirnya yang terkuat dikerahkan dalam satu kali serangan. Daaan… ZLEEBB… Tubuh Dixa dan tubuh Thunderbird langsung menembus jantung Draganold. Mata naga itu mendelik. Ia langsung terkulai lemas. Dixa kembali ke bentuk tubuhnya yang nyata dan turun dari Thunderbird. Lalu, kostum itu dan Thunderbird lenyap seketika.
Dixa kembali menjadi anak normal. Draganold masih bernafas.
“Kau… Kau anak yang… Errh… Anak payah…” bisik Draganold dengan nafas terengah-engah. Kemudian, matanya tertutup.
“Maaf, naga bengis. Aku mengembalikan jam tangan itu. Aku harus meninggalkanmu disini,” kata Dixa sambil berlalu pergi. Teman-temannya bersorak gembira. Ia pun berjalan menuju teman-temannya. Teman-temannya menepuk-nepuk punggung Dixa.
“Kau berhasil!” kata Rill.
“Aku bangga padamu, Dixa!” seru Miyako. Dixa hanya tersenyum kecil. Dargon pun mendekati Dixa.
“Dixa… Ah… Aku minta maaf atas kelakuanku tadi. Tapi ternyata, kau menyelamatkan Triple Spare,” kata Dargon. Orca dan Rattlesnake membungkukkan badannya.
“Baiklah… Tidak masalah, aku bukanlah pendendam,” kata Dixa.
“Oke, bro. Sebagai imbalannya, akan kuantar kalian pulang dengan kapalku,” kata Dargon.
“Yeey…” kata mereka serentak. Lalu, semuanya naik ke kapal Dargon. Kapal itu pun melesat dengan kecepatan tinggi, dan menuju Bumi dalam waktu 2 menit. Kapal itu mendarat di sekolah Dixa yang apinya sudah padam. Ternyata, hari sudah malam. Mereka semua keluar dan Dargon langsung kembali ke planet Monsters. Kapalnya pun berangkat.
“Terima kasih… Daahh…” kata Dixa dan teman-temannya serentak. Lalu, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan tenang. Namun, sesuatu akan terjadi empat sampai lima tahun kemudian yang membuat mereka tidak tenang.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...