Senin, 07 November 2016

DIXA’S JOURNEY: BATTLE IN PLANET MONSTERS (PART 2)

DRRRR… Baling-baling helikopter terdengar nyaring menembus deru angina badai salju. Helikopter itu terbang menuju pantai tempat kapal pemecah es itu berlabuh. Helikopter itu mendarat di lapangan helipad yang ada di atas kapal tersebut. Dixa dan Miyako turun. Pilot helikopter itu keheranan.
“Hei. Kemana saja kalian berdua? Untunglah kalian segera menghubungi kami. Entah kenapa di tempat seperti ini ada sinyal yang bagus. Motor salju itu juga menghilang, pantas saja kalian tersesat,” katanya. Miyako hanya mengangguk. Lalu, kapal itu memutar balik arahnya dan berjalan. Mereka pun berlabuh di kota metropolitan yang bernama Machine City.
Di sebelah Machine City, ada kota bernama Scoop City. Biasanya, para kaum urban akan berpindah ke antara dua kota tersebut. Kota ini adalah sebuah pulau yang dijadikan kota, dan merupakan kota tempat tinggal Dixa dan Miyako. Setelah turun, Dixa dan Miyako menaiki taksi dan menuju rumah mereka yang berada di Komplek Orchid.
Begitu membuka pintunya, Dixa begitu senang.
“Ah… Home Sweet Home…” katanya lirih. Orang tua Dixa sudah lama tidak ada karena sewaktu Dixa berusia empat tahun, orang tuanya diculik sebuah robot jahat dan dibawa menuju dunia lain yang katanya portalnya ada di dunia manusia, namun tersembunyi. Meninggalkan kedua kakak-beradik yang tinggal dua kilometer dari pusat kota.
Pusat kota Machine City ditandai dengan gedung pencakar langit yang sebenarnya markas Non-Evil Company dengan tinggi 627 meter.
“Jika saja Ibu dan Ayah di sini,” kata Miyako.
“Padahal, Ayah kita adalah manajer dari perusahaan Non-Evil Company yang membasmi kejahatan,”
“Ya, kita hidup di sini… Sendirian,” kata Dixa.
“Tapi yang penting, aku punya jam tangan canggih ini. Jam tangan yang jadi trending topic di medsos maupun acara TV. Nanti aku pamer, ah, ke teman-temanku,”
“Jangan terlalu pamer begitu. Nanti kamu malah jadi sombong, Dixie,” ucap Miyako.
“Hehehe… Asyik! Jam baru, jam baru. Jam canggih, jam canggih! Asyik!” kata Dixa seraya bernyanyi riang.
ooo0ooo
Sebuah planet eksotis di luar tata surya yang bahkan belum terjamah oleh manusia sedang menyimpan empat ekor makhluk hidup yang marah. Seekor naga-alien duduk di depan layar transparan sambil melihat Dixa yang ada di Bumi.
“Jam tanganku… Sebulan yang lalu, aku datang untuk menjelajahi planet Bumi. Karena kehilangan GPS, aku tersesat di sebuah tempat bernama Antartika. Jauh di ujung selatan Bumi. Aku memakai jam tangan rakitanku yang canggih itu. Tapi, aku tidak sadar jika jamku jatuh dan tertimbun salju,” kata naga itu.
“Bos Draganold, sepertinya anak kecil itu senang sekali memakai jam tangan milik bos. Apakah bos akan membiarkan anak itu memakainya?” anak buahnya berkata.
“Tentu saja aku tidak akan membiarkannya! Kalau perlu, aku akan mengutusmu dan teman-temanmu untuk merampasnya kembali dari anak itu. Kalau perlu secara paksa!”
“Siap, bos!”
“Aku mengutus kau, Dargon. Kau, Orca, dan Rattlesnake. Triple Spare akan berangkat besok,” katanya. Naga bernama Draganold itu mengutus anak buahnya yang juga seekor naga bernama Dargon. Dargon memiliki teman bernama Orca dan Rattlesnake dengan tim bernama Triple Spare. Oh, rupanya, jam tangan yang dipakai Dixa adalah milik Draganold.
Kembali ke Dixa, Dixa sedang bersenang-senang dengan jam barunya. Keesokan harinya, ia harus berangkat ke sekolah. Dixa bersekolah di SD Rocky, yang berada tak jauh dari rumahnya. Dixa memamerkan jamnya itu kepada temannya, Jason Blue, anak pindahan dari Amerika.
“Hei, Jason. Lihatlah ini. Aku punya jam baru canggih. Jam yang jadi trending topic itu, lho,” kata Dixa.
“Wah… Keren, Dixa. Kudengar, jam itu bisa melakukkan apa saja. Ya, termasuk membuat bon hasil belanja,” sahut Jason. Lalu, ia berpindah pada Yuri Kuzenkov, anak berambut marun pindahan dari Rusia.
“Yuri… Lihat ini,” kata Dixa sambil mengacungkan tangan kirinya.
“Jam yang ada di medsos! Keren! Ini jam serba bisa itu, kan? Kudengar, kau bisa mengendalikan hewan buas dengan jam ini!” sahut Yuri antusias.
“Tentu saja,” kata Dixa. Dixa menuju kepada anak perempuan bernama Mirna Rill, anak asli dari Machine City yang tinggal bertetangga dengan Dixa.
“Rill, lihat ini. Kau kenal jam ini?” tanya Dixa.
“Dixa… Aku sangat terkesan. Jam yang sedang hangat dibicarakan…” kata Rill. Saat pulang sekolah, Dixa dijemput oleh Miyako yang sudah SMP di SMP Hydra. Dixa sudah memamerkannya ke seluruh penjuru sekolah. Ia pulang diikuti dengan Jason, Yuri, dan Rill di belakangnya.
“Ayo, kita pulang,” ajak Miyako. Tiba-tiba, langit menjadi gelap. Tanah jadi bergetar, dan suara mesin turbo menderu keras. Anak-anak yang semula berhamburan keluar kelas, kini memilih bersembunyi dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada saksi yang berani melihatnya. Benda besar berwarna merah membuat langit tertutup. Lalu, benda itu mendarat di lapangan sekolah.
Ternyata, itu adalah sebuah kapal alien. Pintu kapal terbuka, dan keluarlah seekor naga, paus orca yang melayang, dan seekor ular derik yang sangat kurus.
“Hah? Sejak kapan ada ikan melayang?” komentar Yuri.
“Setahuku, ular derik itu tubuhnya berisi, tidak kurang gizi begini,” komentar Jason.
“Kapal yang keren, tapi, aku merasa terganggu dengan naga yang bertelinga panjang seperti panah itu,” komentar Rill. Lalu, naga itu turun. Ternyata, itu adalah Dargon dan Triple Spare.
“Halo, para penduduk Bumi. Aku kemari bukannya untuk menyerang planet indah kalian. Aku kemari bukannya untuk merenggut nyawa yang tidak berdosa. Bukan itu tujuanku. Aku kemari untuk mengambil benda kesayangan milik bos yang mengutusku kemari,” kata Dargon.
“Kalau kalian selalu mengikuti berita-berita hangat yang sering dibahas akhir-akhir ini, berarti kalian hebat. Kalian tidak ketinggalkan jaman. Jika kalian bukanlah manusia yang ketinggalan jaman, pastinya kalian tahu tentang jam tangan serba bisa yang tertimbun salju di Antartika,”
“Berita tentang jam tangan itu sudah merebak ke seluruh dunia. Jam tangan itu berteknologi canggih. Banyak keributan dan desas-desus muncul jika jam itu bukanlah berasal dari Bumi, dan terdapat tulisan: “MADE BY DRAGANOLD”. Kalian benar, jika jam itu adalah buatan alien. Bosku adalah pembuat jam itu,”
“Aku tinggal di sebuah planet yang berjarak 18 tahun cahaya dari sini, yaitu planet Monsters. Planet yang dihuni oleh alien berwujud monster. Katanya, jam itu sudah dipakai oleh salah seorang siswa di sekolah ini. Dan aku minta anak itu untuk mengembalikannya, atau…” perkataan Dargon terputus.
“Kau akan menyerang kami, begitu?” celetuk Dixa sambil menyembunyikan jam tangannya.
“Ya. Sebaiknya anak itu segera mengembalikannya, atau terpaksa aku akan menyerang kalian, ha ha ha!” katanya. Anak-anak langsung membisu ketakutan. Dixa menunjuk Dargon dengan tangan kirinya.
“Hei, kepala panah, telinga panah, pergilah dari sini! Aku tidak mau melihatmu lagi! Jangan ganggu kami!” suruh Dixa. Dargon melihat jam tangan itu di tangan kiri Dixa.
“Aha! Ini dia! Kau adalah anak yang menemukan jam tangan itu di Antartika, dan memakainya. Kembalikan jam tangan itu!” kata Dargon.
“Tidak mau! Aku tidak mau diancam dengan keras. Aku hanya mau diajak bicara halus, dan aku akan mengembalikan jam tangan ini,” kata Dixa.
“Baiklah, rasakan serangan dari kami, Triple Spare!”
“Dixa… Apa yang telah kau lakukkan?” tanya Jason ketakutan.

BERSAMBUNG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...