Selasa, 08 November 2016

DIXA’S JOURNEY: BATTLE IN PLANET MONSTERS (PART 3)

Suasana semakin memanas. Dargon mengancam dengan segala cara. Ia berbohong. Katanya, ia tidak ingin menyerang Bumi, tapi sebenarnya ya. Ia ingin agar anak-anak sekolah itu tahu kekuatan dari planet Monsters. Peradabannya lebih maju dari Bumi yang sekarang.
“Hei, jika kau tidak mau menyerahkannya, aku benar-benar akan membunuhmu dan seluruh temanmu! Aku sudah tidak tahan lagi denganmu!” kata Dargon.
“Dargon! Aku ingin jika kau pergi dari planet kami! Bilang pada bosmu, jika aku ingin meminjam jam tangan ini!” kata Dixa.
“Berapa lama akan kau pinjam? Selamanya? Tidak! Aku maunya kau mengembalikan itu sekarang! Paham, tidak?!”
“Terserah kau! Kau dan bosmu memang pelit!” bantah Dixa. Ia berlalu pergi.
“Orca, serang anak itu,” suruh Dargon.
“Baik, sobat!” sahutnya.
“Sepertinya, kau harus merasakan ini. Aku sudah tidak tahan lagi dengan bocah sialan sepertimu… WATER BULLET!” kata Orca. Ia mengeluarkan serangannya. Segera, peluru air yang berukuran sebesar tubuh manusia itu menghujam Dixa. Peluru itu tidak menembus tubuhnya, tapi, berhasil melumpuhkannya.
“Aarrgghh! Hah? Kau? Dasar kau paus orca melayang tidak tahu diri!” kata Dixa. Miyako maju menantang.
“Apa yang kau lakukkan padanya, hah?”
“Tidak ada. Hanya hukuman kecil untuk bocah sialan kecil. Rattlesnake, tunjukkan kemampuanmu!” kata Orca. Rattlesnake, si ular derik kerempeng itu maju.
“ZIG-ZAG SPEED!” ia mengeluarkan jurusnya. Gaya berjalan zig-zag ala ular derik itu dikeluarkannya. Tapi, kecepatannya mencapai 100 knot, membuat Miyako kesulitan membedakannya. Lama-lama, ular itu melompat ke hadapannya.
“Hiiyyaahh! POISONS BITE!” Rattlesnake melompat, dan hendak menggigit Miyako. BETT… Dixa menarik tubuh kakaknya secepat kilat, membuat gigi ular itu bertabrakan dengan tanah.
“Aakkhh… Kau membuat gigiku goyang! Hiiss… Lihat saja. Temanku akan menghabisimu! Dargon, serang diaaaa…” kata Rattlesnake. Dargon mengganguk, dan secepat kilat ia menuju Dixa. Miyako mati kutu. Ia tak bisa lagi melindungi adiknya, dan itu sudah pasti. Dixa akan mati.
“FIRE CLAWS!”
“Jangan harap kau bisa menghabisiku dengan mudah!” Dixa menghindar dengan gesit, dan menendang perut Dargon dengan keras. Tendangan keras itu berhasil. Dargon terlumpuhkan sementara. Tapi, ia belum menyerah.
“Huh! Kau pikir, tendanganmu itu bisa mempengaruhiku, ya? Jangan salah sangka…”
“Aku tentu bisa mengalahkanmu. Sebelum kau menyerah dan pergi dari Bumi, aku belum menyerah. Kalau kau mau, ambil jam tangan ini!” kata Dixa. Ia pun melemparkan jam itu kepada Dargon.
“Terima kasih. Kau sudah mengembalikan ini. Tapi, naga berenergi matahari sepertiku bukanlah naga yang mudah menyerah. Kau sudah berbuat kasar, maka, kau harus siap bertarung walaupun jam ini sudah kau kembalikan!”
“Terimalah… SUPERIOR IMPACT!” Dargon mengeluarkan semburannya. Semburan yang secepat laser itu langsung melubangi gedung sekolah. Baju Dixa terbakar sedikit.
“Aku belum puas sampai kau hangus. FLAME BLOWS!” pertarungan semakin sengit. Dargon menyemburkan api. Api itu berupa ledakan. Kebakaran melanda seluruh sekolah. Dargon merasa puas telah membunuh anak itu. Tubuh Dixa terlempar ke dalam teras sekolah, meringkuk lemas dikelilingi api. Sudah dipastikan ia mati.
“Hahaha… Rasakan itu!” kata Dargon. Sirine terdengar semakin dekat. Belasan unit mobil pemadam kebakaran dan empat unit mobil polisi tiba di lokasi. Mereka mengevakuasi seluruh orang yang ada di sekitar. Dargon bersembunyi di balik kapalnya.
Para pemadam kebakaran menemukan tubuh Dixa. Mereka meraba-raba tubuh Dixa. Tubuhnya hangat, dan tidak dingin, bahkan tidak kaku.
“Ayo, angkat dia!”
“Dia belum hangus. Sebaiknya cepat angkat,” kata salah seorang dari mereka. Mereka hendak mengangkat “jasad” Dixa. Akan tetapi…
“Jangan menganggapku enteng, Dargon!” suara Dixa terdengar. Tiba-tiba, anak itu bangun. Orang-orang yang hendak mengangkatnya menyingkir. Petir yang bercabang-cabang keluar dari tubuh Dixa. Wajahnya tampak benar-benar marah, dan sepertinya, akan keluar sesuatu yang luar biasa dari dirinya. Kekuatan super.
“Aku belum mati…”

BERSAMBUNG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...