Rabu, 23 November 2016

DIXA'S JOURNEY: GOES TO ROBO-WORLD (PART 6)

Dixa terus berjalan bersama Jason, sementara sebuah robot menguntitnya dari belakang sejak tadi. Srek… srek… langkah kaki robot itu terdengar nyaring ketika menginjak daun-daun besi metalik yang merontok dari pohonnya.
“Jason, kau dengar itu?” tanya Dixa. Jason mengangguk. Mereka menoleh kebelakang. WhiteCroco 1492. Robot itu terus mengikutinya.
“Robot buaya putih itu mengikuti kita!” jerit Jason. Dixa mengambil pistol dari kantongnya. DOR-DOR! Pupil mata buaya itu telah tergantikan oleh peluru. Ia meraung kesakitan. Timah panas telah menggantikan mata kameranya.
“GRAA… GRAA… apa yang kau lakukkan padaku?! GRAA…” teriak buaya itu. Sesaat kemudian, tubuhnya tergeletak tak bernyawa.
“Aku… aku membunuhnya? Aku hanya ingin mencegatnya, tapi, aku membunuhnya… aku belum pernah membunuh sebelumnya,” sesal Dixa.
“Ah, tenanglah. Dia kan, hanya mesin,” kata Jason. Lalu, mereka pun melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, terlihatlah sebuah gapura sebesar gerbang tol bertuliskan: WELCOME TO METROPOLIS CITY!
“Hei, bro. Kita sudah sampai di Metropolis City!” seru Dixa girang. Mereka berjalan kedalam.
“Ah, aku lapar sekali. Bisa kita makan dulu?” tanya Jason.
“Ayo, kita makan. Kau kan, selalu lapar setiap saat,” sahut Dixa. Ia dan Jason berjalan ke sebuah kedai makanan. Namanya kedai itu My Japanese Foodz. Dan pastinya menyediakan menu makanan Jepang. Dixa dan Jason langsung nongkrong di situ.
“Aku ingin pesan sushi,” kata Jason.
“Aku ingin… ah, aku ingin ramen saja,” kata Dixa. Tak lama kemudian, pesanan datang.
Sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba… SYAT… BLAARR! Terdengar suara ledakan yang sangat nyaring dari sebuah gedung. Beberapa saat kemudian, sebuah TV LCD yang terpampang di kedai itu menampilkan sebuah berita.
“Pemirsa, telah terjadi ledakan di sebuah kantor. Kebakaran diduga karena serangan nuklir mendadak. Sebelumnya, kami mendapat kabar jika Perdana Menteri dunia ini diserang oleh seorang teroris. Sekarang, gedung tempat penyerangan itu terbakar hebat dalam waktu singkat. Api berasal dari lantai 14, dan merembet ke seluruh gedung,” kata reporter itu. Dixa dan Jason langsung menghabiskan makanannya cepat-cepat, dan berlari menuju lokasi kebakaran tersebut. Beberapa meter ditempuh, mereka menemukan kantor tersebut.
Api sedang melalapnya. Sementara kantor yang terbakar itu dikelilingi oleh mobil patroli polisi dan mobil pemadam kebakaran. Entah sampai kapan api besar semacam itu bisa dipadamkan. Petugas pemadam kebakaran membawa beberapa tabung busa pemadam. Dan satu hal yang membahayakan: mungkin saja radiasi nuklir masih menghantui lokasi kebakaran tersebut. Mayat-mayat akan segera bergelimpangan jika tidak ada masker gas. Sementara diatas langit, sebuah bahaya mengintai.
Sekelebat bayangan melesat cepat bagaikan kilat. Dan ia menukik ke bawah. Mendarat di atas tanah. Berdiri tegak diatas kobaran api yang merembet ke atas aspal. Seekor naga dengan empat kaki dan sayap lebar, juga telinga seperti petir tengah menatap tajam seluruh warga yang berdiri di situ. Mengawasi gerakan mereka. Memamerkan gigi-giginya yang tajam. Dua taringnya yang mencuat keluar, sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Warga membisu ketakutan melihat seringainya dan taringnya itu.
Cakar kaki depannya sepanjang penggaris. Matanya merah. Ia menggeram, mendengus, meraung. Polisi menghalangi warga untuk mendekat. Naga itu seperti berjalan diatas karpet merah. Warga yang polos itu tentu mengenali siapa sang naga. Perdana Menteri negara Dangebots. Beribukota di Metropolis City. Perdana Menteri hasil kudeta, ia memimpin negara ini dengan kejam. Tidak satupun warga yang berani macam-macam dengannya. Kecuali satu remaja 14 tahun dari Bumi.
Ishida Dixa. Hanya ia yang berani kepadanya. Naga itu berjalan mendekati Dixa dan Jason di depan.
“Hai, Dixa. Kita bertemu lagi. Aku sudah bilang padamu jika aku akan memburumu dan menjadikanmu mangsaku. Hehehe…” kata naga itu.
“Aku tahu siapa kau. Draganold Bruno? Perdana Menteri Draganold, Sipir Draganold. Kau sudah ditawari kerja sambilan sebagai sipir penjara oleh Yang Mulia Shadow Ninja-Bot, dan beraninya kau menyiksa ayahku?” sahut Dixa sengit.
“Aku sudah menyiksa ayahmu sejak empat tahun yang lalu. Ternyata, kalau dipikir-pikir, menyiksa itu asyik juga, ya. Aku hanya tinggal tertawa diatas penderitaan orang lain. Hahaha! Aku adalah… Draganold The Torturer,” kata Draganold. BUG! Dixa memukul kepala Draganold. Naga bengis itu meraung. Jason tidak mau terlibat pertarungan, dan ia tidak tega melihat sahabatnya disiksa. Ia langsung pergi dari kota tersebut. Draganold menyeret Dixa, mengangkat tubuh Dixa ke udara. DUUAARR! Ledakan besar terjadi lagi. Namun kali ini bukan hanya gedung yang diledakkan.
Melainkan seantero kota telah tenggelam oleh ganasnya api dan radiasi nuklir. Machine City kini tak lagi bersisa. Hanya kota kecil di sebelahnya yang ada. Mini City. Jaraknya hanyalah 48 km persegi. Tapi disitu, ada sebuah stadion tempat pertandingan antara rakyat jelata dengan pembesar kerajaan. Ayah Dixa, Kenny, pernah bertanding dengan Draganold di stadion itu. Pemenangnya adalah Draganold, memperoleh hadiah uang tunai 1 milyar rupiah, satu mobil Lamborghini, dan satu pacar. Dan satu lagi yang tersisa dari kota itu.
Istana Darkness Kingdom. Draganold membawa terbang Dixa, sementara remaja itu menonton kobaran api yang menyala-nyala, menerangi wajahnya. Naga itu sepertinya akan memangsanya di suatu tempat. Setelah cukup jauh dari Metropolis City, Dixa mulai menjerit-jerit. Berontak.
“Lepaskan aku! Naga bengis! Lepaskan!” jerit Dixa. Namun, predator manakah yang mau melepaskan mangsanya? Dixa menoleh kebelakang. Sepasang mata sedang mengawasinya. Ia kembali menoleh kedepan dan berontak.
“SUPERIOR IMPACT!” teriak pemilik mata itu. Ia mengeluarkan serangannya. Dixa seperti pernah mendengar nama serangan itu di suatu tempat.
“Terimalah… SUPERIOR IMPACT!” Dargon mengeluarkan semburannya. Semburan yang secepat laser itu langsung melubangi gedung sekolah. Baju Dixa terbakar sedikit.
“Dargon?” gumam Dixa. Tubuh Draganold memanas.
“Lepaskan dia, bos pengkhianat!” katanya. Dixa kembali menoleh.
“Dargon! Kau datang!” pekik Dixa gembira. Dargon kini berwujud seperti naga asli. Draganold membalik badannya.
“NUCLEAR ATTACK!” semburan Draganold sekilas, tapi cepat. Dargon langsung lemas. Sekali lagi, Draganold menyembur Dargon. Dargon langsung K.O dan terjatuh dari ketinggian. Dixa berontak dan menggigit kaki depan Draganold. Naga itu kesakitan dan melepaskan cengkeramannya. Dixa terjatuh. Sementara Draganold pergi dengan tangan hampa.
“Dargooon!” jerit Dixa. Ia berusaha meraih tangan Dargon.
“Dixa… tidak…” kata Dargon. Kesakitan ia rasakan di sekujur tubuhnya yang agak menghitam karena gosong. Dan juga radiasi nuklir merasuk ke dalam tubuhnya. Dargon berusaha membalik badannya. Dixa terjatuh diatas tubuh Dargon dan menunggangi naga itu. Dengan sisa tenanganya, Dargon berusaha mengantarkan Dixa kembali ke laboratorium itu. Tapi, sesaat kemudian mereka terjun bebas. ZRUAK! Dargon merosot diatas aspal. Sedangkan Dixa terpental. Dixa mendekati Dargon.
“Dargon! Tidak! Aku akan mengobatimu, bro!” kata Dixa.
“Tidak… tidak, Dixa. Kau harus mencari… Jason… aahh…” katanya. Dargon pingsan. Dixa langsung berlari untuk mencari Jason.
“Jason! Jason!” panggil Dixa. Namun, tak kunjung terdengar jawaban dari Jason.

BERSAMBUNG…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...