Jumat, 31 Maret 2017

ETERNAL HOSTILITY (PART 4): FIREPROOF WOLF




Anak itu masih berusia 4 tahun. Well, walaupun masih berusia 4 tahun, ia terbilang sangat pintar. Dalam usianya itu, ia sudah paham betul cara kerja komputer. Perangkat lunak komputer telah ia kuasai. Apalagi perangkat kerasnya. Dan yang lebih menakjubkan lagi, anak itu berbakat menjadi hacker rupanya.


Sebagai percobaan, ia membuat akun Facebook fiktif, dan ia berhasil meng-hack-nya. Lalu, ia bisa mengalahkan virus komputer sekuat apapun. Tidak pernah ada komputer, laptop, ataupun ponselnya yang rusak gara-gara virus. Semua ini berkat anak itu. Tapi, tidak semua virus bisa ia kalahkan. Kecuali satu.

Virus paling berbahaya yang pernah dikenal umat manusia. Virus ini bisa merusak 20 super computer sekalipun. Yang lebih parah, virus ini bisa menyebabkan kebakaran hebat mulai dari komputer, area sekitarnya, sampai tempat dengan jarak 10 meter dari komputer tersebut.

Suatu hari, sang anak bermain komputer, dan ia bertemu dengan virus ini di komputernya. Ia tak bisa mengalahkannya, dan iapun memanggil orang tuanya. Anak itupun lari ke ruang tamu dan bermain bersama adiknya. Namun, dari kamarnya tempat komputer itu berada seperti ada cahaya oranye yang mencurigakan. Anak itu belum sempat ke kamarnya, namun api sudah menjalar.

“Tidak! Ibu! Ayah!” seru anak itu.

“Kami berdua baik-baik saja, Sayang!” suara ibunya terdengar menggema.

“Tenanglah! Aku akan menelpon pemadam kebakaran! Aku yakin mereka bisa menolong!” 

Anak itupun segera menelpon pemadam kebakaran. Namun, api sudah cepat menjalar ke seluruh rumahnya. Ada suara pekikan misterius. Terdengar seperti suara robotik komputer.

“KAAKK!”

Namun, ia tak peduli. Ia tetap menelpon.

“Ya, halo? Anda sedang bicara dengan pemadam kebakaran. Ada yang bisa kami bantu?”

“Tolong! Tolong aku! Rumahku terbakar! Orang tuaku dalam bahaya… tolong aku, Pak… tolong, aku butuh bantuan kalian. Hiks, hiks. Tolong orang tuaku. Aku terlalu kecil untuk menyelamatkan mereka. Hiks, hiks…” tangisnya sambil memegang erat gagang telepon.

“Hei, tenanglah, Nak. Kami akan berusaha untuk menyelamatkan orang tuamu dan memadamkan apinya.” Kata petugas tadi.

Kemudian, tak sampai lima menit, beberapa unit mobil pemadam kebakaran telah tiba di lokasi. Rumah anak itu sudah sepenuhnya terbakar. Anak itu menunggu diluar bersama adiknya.

“Tolong! Orang tuaku masih ada di dalam!” jerit anak itu sambil memeluk erat adiknya. Dua orang petugas pemadam kebakaran mendekatinya.

“Tenanglah, Nak. Kami akan menyelamatkan mereka.” Katanya. Mereka pun segera masuk ke dalam.

Dua menit kemudian…

“KAMI MENDAPATKAN ORANG TUA ANAK KECIL ITU!”

Mendengar seruan seorang petugas, anak itu melompat girang sambil tersenyum semringah. Namun, ia menaruh rasa curiga saat kedua petugas membawa kantong kuning. Mereka meletakkan kantong itu di atas kasur dorong. Anak itu penasaran dan hendak membuka resletingnya.

Seorang petugas mencegahnya, namun terlambat. Sang anak keburu membukanya. Raut wajahnya berubah.

“Ibu? Ayah? Nggh… Huwaaahhh! Huwaaahhh… Ibu… Ayah…” anak itu menangis sesenggukan melihat dua buah kantong yang berisi jasad kedua orang tuanya yang telah hangus terbakar.

“Maafkan kami, Nak. Kami terlambat menyelamatkan mereka. Yang kami dengar hanyalah suara jeritan mereka disertai pekikan keras. Hanya itu yang terakhir kali terlontar dari mulut orang tuamu. Maafkan kami. Kami menyesal tidak buru-buru masuk ke kamar dan mengetahui apa yang terjadi.” Sesal petugas itu.

Setelah kejadian, sang anak beserta adiknya datang ke pemakaman orang tuanya dan kabur ke kota metropolitan yang jauh di seberang laut. Orang tuanya dihabisi oleh virus misterius
***
“Uwwaahh! Hah… hah… hah…” Carlos terbangun dari tidurnya. Nelson juga ikut terbangun.

“Apa yang terjadi, Carl?” tanya Nelson.

“Tidak ada. Aku hanya bermimpi aneh barusan. Entahlah, itu bukan mimpi buruk. Namun, aku seperti pernah mengalami kejadian yang ada di mimpi itu.” Sahut Carlos sambil mengelap keringat di dahinya. Nelson berbinar.

“Ah! Aku paham! Mungkin saja itu memorimu!” seru Nelson. 

“Memoriku? Ah, kau pasti bercanda. Mana mungkin aku mengingatnya?” Carlos hanya tersenyum dengan raut wajah tidak percaya. 

“Yeah, kau mungkin tak mengingatnya. Namun, mimpimu pasti memberikanmu ingatan itu. Coba ingat-ingat lagi mimpi itu. Apa yang kau ingat?”

Carlos mendongak ke atas, berusaha mengingat-ngingat mimpinya barusan.

“Ah, aku ingat!” seru Carlos. “Mimpinya adalah…dua orang anak kecil yang kehilangan orang tuanya dalam suatu kebakaran yang disebabkan oleh virus komputer."

"Iya! Aku tahu! Itu adalah masa lalumu, Carl!" seru Nelson.

"Benarkah?"

"Tentu saja. Kau kan, sudah pernah bercerita padaku tentang masa lalumu. Aku masih ingat, kok. Huh, itu memang masa lalu yang sangat menyakitkan. Bukankah begitu, Carl?"

"Memang menyakitkan."

"Oh, ya. Satu hal lagi. Kau harus tidur, besok kau harus berangkat kerja." ujar Nelson sambil menepuk paha Carlos.

"Baiklah." sahut Carlos. Kemudian, ia kembali berbaring di kasur.
***
Pagi itu, sepiring nasi berisi omelet hangat telah disajikan Nelson untuk Carlos di atas meja makan. Carlos memakannya dengan lahap, dan kemudian berangkat bekerja. Nelson mengantarnya, karena ia tahu Carlos tidak ingat dengan pos pemadam kebakaran tempatnya bekerja.

Mereka berjalan kaki. Carlos tidak ingat juga cara menyetir mobil. Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Carlos disambut oleh pelatihnya, Finn, yang juga menjadi temannya selama ini.

"Halo, Carl! Sudah seminggu kau tak masuk. Darimana saja kau? Apakah liburan serigala-mu di hutan menyenangkan? Hahaha... jangan dimasukkan ke hati, aku hanya bercanda!" Finn mendekati Carlos. "Kau darimana saja?"

"Kau siapa?" Carlos bertanya dengan wajah curiga. "Kau musuh, ya?!"

"Hei, aku ini Finn, pelatihmu yang selalu menghormatimu. Aku tahu kau tidak mudah bersosialisasi, tapi aku akrab denganmu." sahut Finn. "Masuklah ke dalam."

Nelson pun mendongak ke atas dan berbicara kepada Finn.

"Carlos terkena amnesia karena kepalanya dipukul. Bisakah kau panggil terapis untuk hypnotherapy?" tanya Nelson.

"Oh, boleh saja." sahut Finn.
***
Tak lama kemudian, terapis datang dan menghipnotis Carlos. Carlos ditanyai berbagai macam hal, namun anehnya dia tidak menjawab. Hanya kata "entahlah" yang terlontar dari mulutnya. Selang dua menit, alarm kebakaran berbunyi keras. Anehnya, Carlos tidak terbangun.

Seluruh petugas pemadam kebakaran melompat dan mengambil perlengkapannya, lalu pergi ke lokasi kebakaran.

"Nah, Carlos. Kau jangan kemana-mana dulu, ya." kata terapis itu. Carlos hanya mengernyitkan dahinya.

"Tidak. Ada sesuatu dalam kebakaran itu. Ada sesuatu... ada sesuatu... MEREKA TAKKAN SELAMAT JIKA AKU TAK BERBUAT SESUATU..." kata Carlos. Lalu, ia bangun dari kursinya. Ia buru-buru mengambil jaket pemadam kebakarannya dan menaiki mobil pemadam terganas di kota ini.

Demon.

"Carl! Kau mau kemana?! Carlos!" seru Nelson. Namun, Carlos sudah keburu pergi. Ia menyetir dengan mata tertutup.
***
Carlos masih menyetir dibawah pengaruh hypnotherapy. Ia tidak sadar apapun. Ia bermimpi tentang ingatannya yang terpendam. Yang ia ingat hanyalah...

Ia pernah bertemu seorang pria. Kemudian, pria itu membakarnya tubuhnya. Carlos mengira ia akan segera mati, namun, seseorang menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk perawatan medis. Sementara pria itu lari tanpa jejak.
 ***
Mata merah penuh amarah itu menatap tajam ke arah Demon yang dikendarai Carlos. Ia mengulurkan tangan keluar jendela mobil yang dikendarainya. Ia mengacungkan pistol. Dan...

DOR!

Tangki bensin Demon bocor dan bensinnya tumpah ke jalanan. Pria itu mengambil alat dari masa depan yang dimilikinya.

Pemancar gelombang elektromagnetik. Ia memancarkan gelombang itu, dan...

DUAARR!

Demon meledak seketika. Bersama Carlos di dalamnya. Pria itu tersenyum puas. Namun, sesuatu mengejutkan yang tidak terpikirkan olehnya terjadi.

Seekor serigala muncul dari dalam kobaran api.

"AUUU..."

Segera serigala itu berkata.

"Puluhan kali kau menyakitiku. Puluhan kali juga aku bebas. Puluhan kali kau membakarku. Puluhan kali juga aku utuh. Puluhan kali kau coba membunuhku. PULUHAN KALI JUGA AKU SELAMAT! GRAARRHH!"
BERSAMBUNG...  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...