Kamis, 16 Maret 2017

ETERNAL HOSTILITY (PART 2): TRY TO REMEMBER



Carlos mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya. Pusing, sakit kepala, semuanya tercampur aduk. Otaknya sedang bekerja keras.

“Carlos!” pekik Nelson. Ia segera membantu sahabatnya yang sudah terbaring di lantai sambil memegangi kepalanya.

“Aarrgghh! Nelson! Tolong aku! Aakkhh!” erangan Carlos semakin keras. Ini rasa sakit yang luar biasa. Kemudian, Nelson merayap menuju kepala Carlos dan ia membuka mulutnya lebar-lebar. Setetes air berwarna biru terjatuh dari mulut Nelson.

“Itu adalah obat yang bisa menghilangkan rasa sakit dalam waktu lima detik,” ujar Nelson. Tak lama kemudian, Carlos menghela nafas lega. Rasa sakitnya sudah hilang.

“Haaah… syukurlah…” katanya. “Nelson… aku seperti mengingat sesuatu… sesuatu yang… sesuatu…” namun, belum selesai bicara, mata Carlos tertutup rapat. Ia pingsan karena terlalu banyak pikiran di kepalanya. Namun sepertinya, ada sesuatu yang ia ingat sebelum pingsan.

Sesuatu…
***
“Kenapa?! Kenapa kau berkhianat seperti ini?! Kenapa?!” pemuda itu menjerit. Ia meringkuk di sebuah gubuk kecil. Di hadapannya, seorang pria tinggi besar tengah menyorotkan tatapan tajam. Walaupun pria itu hanya terlihat seperti siluet, namun ia bisa melihat tatapan tajam penuh kejahatan dan kebenciannya.

Sedangkan pemuda itu…

Ia meringkuk di pojokan dengan tubuh berlumuran darah. Ia tak sekuat sekarang. Ia sudah menyerah. Kekuatan besarnya sudah tidak berguna lagi. Pria itu telah menghajarnya. 

“Kenapa kau berkhianat?” pemuda itu kembali bertanya. “Jawab aku! Jangan abaikan pertanyaanku!”

“Aku berkhianat karena… kau sudah bukan lagi anak normal yang kukenal dulu. Aku memang anak abnormal saat masih kecil, tapi sekarang kau juga abnormal, namun kau bukan lagi sahabatku…”

“Hanya karena aku adalah orang yang sangat dibenci oleh keluargamu, kau juga ikut-ikutan, begitu?!” 

“Bukan itu alasannya… AKU PUNYA ALASAN TERSENDIRI… KAU HANYALAH MAKHLUK RENDAHAN YANG PAYAH…”

Pemuda itu benar-benar merasa terpukul sekaligus terkejut.
***
“Ah… itu… hanya itu yang kuingat…” kata Carlos.

“Baguslah, kau bisa mengingat sedikit tentang hidupmu,” kata Nelson. Tiba-tiba, bel rumah Carlos berbunyi. Carlos turun ke bawah dan membukakan pagar rumahnya. Seorang gadis cantik dengan mata berwarna putih yang mencolok tersenyum kepada Carlos.

“Carlos… aku… aku… terima kasih!” seru gadis itu sambil memeluk erat Carlos. Walaupun Carlos tak mengerti, tapi setidaknya ia merasakan kehangatan dan cinta dari gadis itu. Carlos balas memeluknya. Selesai memeluk Carlos, gadis itu berkata. “Terima kasih bantuanmu. Jika aku tak dibantu olehmu, mungkin aku akan mati hari itu. Terima kasih, terima kasih banyak!” sang gadis tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Carlos.

Namun, pemuda tampan itu hanya menatapnya dengan bingung.

“Kenapa wajahmu terlihat bingung, sih, Carl?” gadis itu memegang pipi Carlos sambil menatapnya dengan bingung.

“Aku tidak tahu siapa kau dan apa alasanmu berterima kasih kepadaku,” sahut Carlos.

“Kenapa kau tidak tahu? Namaku adalah Ditani Miyuki. Aku tidak tahu kenapa kau bingung saat melihatku,” kata Ditani.

“Oh, hai, Ditani. Namaku Carlos Casena. Kau… kenapa rambutmu putih? Apakah kau mengecat rambutmu?” 

Ditani menatap Carlos dengan raut wajah bingung. 

“Apa yang kau katakan? Bukankah sudah kujelaskan kenapa aku memiliki rambut putih? Well, waktu masih bayi, tegangan listrik besar menyetrumku saat tiang listrik di samping rumahku roboh tersambar petir. Alhasil, rambut hitamku berubah menjadi putih begini,” ujar Ditani.
***
Nelson memanggil seorang dokter untuk memulihkan ingatan Carlos. Ia datang bersama dokter co-as yang mengikutinya.

“Nah, jadi keluhan apa yang kau rasakan?” tanya dokter itu. Sang co-as yang memakai masker itu hanya diam sambil memandangi Carlos dengan tatapan dingin.

“Aku… aku… amnesia…” sahut Carlos.

“Baiklah, kita akan menidurkanmu dan membuatmu berbicara di dalam alam bawah sadar. Siapa tahu ingatanmu masih terpendam dan alam bawah sadarmu akan berbicara kepada kami,” kata sang dokter. Ia pun menghipnotis Carlos. Mungkin, hypnotherapy akan berhasil.

Tak lama kemudian, Carlos mulai mengantuk. Matanya terasa berat. Namun, sebelum tertidur, ia melihat sesuatu. Dokter co-as itu membuka maskernya. Memperlihatkan seringai bengis dan mata merah yang tidak bisa hilang dari ingatannya. Juga wajahnya…

Wajah yang pernah ia lihat sebelumnya…
***
“Nah, bagus. Cobalah katakan sesuatu tentangmu,”

“Tidak… aku tidak tahu… aku tidak tahu apa yang terjadi. Sesuatu menghantamku,”

“Mungkin itu yang ingin kau katakan kepada kami. Teruskan, kami ingin mendengar ceritamu,”

“Tali itu telah putus… tali itu digantikan oleh tali hitam… tak akan pernah putus sampai kapanpun. Tali hitam itu tak akan pernah putus…”

“Apa maksudmu?”

“Tali hitam yang tak pernah putus..." setelah itu, suasana kembali hening seperti biasa. Namun, sesaat kemudian, keheningan itu disambut dengan tawa kejam yang mengerikan di dalam ruang tamu yang dingin itu. Lalu, tawa dari mulut seseorang itu berhenti. Seorang pria berdiam diri dengan wajah tanpa ekspresi. 

Suasana di sini jadi kembali hening. Sangat cocok dengan ruangan dingin ini. 

"Ruangan ini sangat dingin, seperti darahku. Aku memang berdarah dingin..." suara mengerikan itu menggelegar di dalam ruangan. Menggema, membuat gadis yang dikenal sebagai Ditani itu membisu ketakutan. Bibirnya bergetar pelan.

"Kenapa...?" hanya itu kata yang terlontar dari mulutnya ketika melihat sesuatu mengerikan di hadapannya.

"AARRGGHH!" dokter itu mengerang keras ketika sesuatu yang tajam menghujam lehernya dan menguras habis darahnya. Dokter itu pun terhuyung dan jatuh ke lantai tak bernyawa. 

"Well, tali hitam yang kau sebutkan itu memang tak pernah putus... HAHAHA..."

"Jadi kau sudah berani kepadaku, hah? Baiklah jika kau memang menantang aku," Carlos bangkit dari kursinya. Namun, matanya masih tertutup. Ia mengingat seluruh memori kehidupannya. Di bawah pengaruh hypnotherapy. Di bawah alam bawah sadar, ia mengingat semuanya. Ia berjalan bangun menantang sang co-as yang rupanya vampir itu.

"Kau belum bangun. Kalau kau mau menantangku, BANGUNLAH!" seru vampir kejam itu. 

DUAGH!
 ***
"Carlos... kau sudah sadar?" suara Ditani terdengar samar-samar di telinga Carlos. Mata Carlos berkedut perlahan. Ia pun membuka matanya.

"Apa yang terjadi?" tanya Carlos.

"Kau baru saja dipukul oleh dokter co-as sialan yang tadi. Kurasa, di bawah alam bawah sadar, kau mengingat seluruh hidupmu. Tapi kau mengingatnya dalam tidur," kata Nelson. "Kau ingat sesuatu sekarang?"

"Hmmh... sepertinya aku mengingat sesuatu,"

"Apa yang kau ingat?"

"Musuhku,"

 BERSAMBUNG... 

1 komentar:

  1. sorry tulisannya jadi item semua. ini gara2 aku sendiri. coba dibenerin deh

    BalasHapus

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...