Dixa terus berjalan bersama Jason,
sementara sebuah robot menguntitnya dari belakang sejak tadi. Srek… srek…
langkah kaki robot itu terdengar nyaring ketika menginjak daun-daun besi
metalik yang merontok dari pohonnya.
“Jason, kau dengar itu?” tanya
Dixa. Jason mengangguk. Mereka menoleh kebelakang. WhiteCroco 1492. Robot itu
terus mengikutinya.
“Robot buaya putih itu mengikuti
kita!” jerit Jason. Dixa mengambil pistol dari kantongnya. DOR-DOR! Pupil mata
buaya itu telah tergantikan oleh peluru. Ia meraung kesakitan. Timah panas
telah menggantikan mata kameranya.
“GRAA… GRAA… apa yang kau lakukkan
padaku?! GRAA…” teriak buaya itu. Sesaat kemudian, tubuhnya tergeletak tak
bernyawa.
“Aku… aku membunuhnya? Aku hanya
ingin mencegatnya, tapi, aku membunuhnya… aku belum pernah membunuh
sebelumnya,” sesal Dixa.
“Ah, tenanglah. Dia kan, hanya
mesin,” kata Jason. Lalu, mereka pun melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian,
terlihatlah sebuah gapura sebesar gerbang tol bertuliskan: WELCOME TO
METROPOLIS CITY!
“Hei, bro. Kita sudah sampai di
Metropolis City!” seru Dixa girang. Mereka berjalan kedalam.
“Ah, aku lapar sekali. Bisa kita
makan dulu?” tanya Jason.
“Ayo, kita makan. Kau kan, selalu
lapar setiap saat,” sahut Dixa. Ia dan Jason berjalan ke sebuah kedai makanan.
Namanya kedai itu My Japanese Foodz. Dan pastinya menyediakan menu makanan
Jepang. Dixa dan Jason langsung nongkrong di situ.
“Aku ingin pesan sushi,” kata
Jason.
“Aku ingin… ah, aku ingin ramen
saja,” kata Dixa. Tak lama kemudian, pesanan datang.
Sedang asyik-asyiknya makan,
tiba-tiba… SYAT… BLAARR! Terdengar suara ledakan yang sangat nyaring dari
sebuah gedung. Beberapa saat kemudian, sebuah TV LCD yang terpampang di kedai
itu menampilkan sebuah berita.
“Pemirsa,
telah terjadi ledakan di sebuah kantor. Kebakaran diduga karena serangan nuklir
mendadak. Sebelumnya, kami mendapat kabar jika Perdana Menteri dunia ini
diserang oleh seorang teroris. Sekarang, gedung tempat penyerangan itu terbakar
hebat dalam waktu singkat. Api berasal dari lantai 14, dan merembet ke seluruh
gedung,” kata reporter
itu. Dixa dan Jason langsung menghabiskan makanannya cepat-cepat, dan berlari
menuju lokasi kebakaran tersebut. Beberapa meter ditempuh, mereka menemukan
kantor tersebut.
Api sedang melalapnya. Sementara
kantor yang terbakar itu dikelilingi oleh mobil patroli polisi dan mobil
pemadam kebakaran. Entah sampai kapan api besar semacam itu bisa dipadamkan. Petugas
pemadam kebakaran membawa beberapa tabung busa pemadam. Dan satu hal yang
membahayakan: mungkin saja radiasi nuklir masih menghantui lokasi kebakaran
tersebut. Mayat-mayat akan segera bergelimpangan jika tidak ada masker gas.
Sementara diatas langit, sebuah bahaya mengintai.
Sekelebat bayangan melesat cepat
bagaikan kilat. Dan ia menukik ke bawah. Mendarat di atas tanah. Berdiri tegak
diatas kobaran api yang merembet ke atas aspal. Seekor naga dengan empat kaki
dan sayap lebar, juga telinga seperti petir tengah menatap tajam seluruh warga
yang berdiri di situ. Mengawasi gerakan mereka. Memamerkan gigi-giginya yang
tajam. Dua taringnya yang mencuat keluar, sudah tidak bisa dipungkiri lagi.
Warga membisu ketakutan melihat seringainya dan taringnya itu.
Cakar kaki depannya sepanjang
penggaris. Matanya merah. Ia menggeram, mendengus, meraung. Polisi menghalangi
warga untuk mendekat. Naga itu seperti berjalan diatas karpet merah. Warga yang
polos itu tentu mengenali siapa sang naga. Perdana Menteri negara Dangebots.
Beribukota di Metropolis City. Perdana Menteri hasil kudeta, ia memimpin negara
ini dengan kejam. Tidak satupun warga yang berani macam-macam dengannya.
Kecuali satu remaja 14 tahun dari Bumi.
Ishida Dixa. Hanya ia yang berani
kepadanya. Naga itu berjalan mendekati Dixa dan Jason di depan.
“Hai, Dixa. Kita bertemu lagi. Aku
sudah bilang padamu jika aku akan memburumu dan menjadikanmu mangsaku. Hehehe…”
kata naga itu.
“Aku tahu siapa kau. Draganold
Bruno? Perdana Menteri Draganold, Sipir Draganold. Kau sudah ditawari kerja
sambilan sebagai sipir penjara oleh Yang Mulia Shadow Ninja-Bot, dan beraninya
kau menyiksa ayahku?” sahut Dixa sengit.
“Aku sudah menyiksa ayahmu sejak
empat tahun yang lalu. Ternyata, kalau dipikir-pikir, menyiksa itu asyik juga,
ya. Aku hanya tinggal tertawa diatas penderitaan orang lain. Hahaha! Aku
adalah… Draganold The Torturer,” kata Draganold. BUG! Dixa memukul kepala
Draganold. Naga bengis itu meraung. Jason tidak mau terlibat pertarungan, dan
ia tidak tega melihat sahabatnya disiksa. Ia langsung pergi dari kota tersebut.
Draganold menyeret Dixa, mengangkat tubuh Dixa ke udara. DUUAARR! Ledakan besar
terjadi lagi. Namun kali ini bukan hanya gedung yang diledakkan.
Melainkan seantero kota telah
tenggelam oleh ganasnya api dan radiasi nuklir. Machine City kini tak lagi
bersisa. Hanya kota kecil di sebelahnya yang ada. Mini City. Jaraknya hanyalah
48 km persegi. Tapi disitu, ada sebuah stadion tempat pertandingan antara
rakyat jelata dengan pembesar kerajaan. Ayah Dixa, Kenny, pernah bertanding
dengan Draganold di stadion itu. Pemenangnya adalah Draganold, memperoleh
hadiah uang tunai 1 milyar rupiah, satu mobil Lamborghini, dan satu pacar. Dan
satu lagi yang tersisa dari kota itu.
Istana Darkness Kingdom. Draganold membawa
terbang Dixa, sementara remaja itu menonton kobaran api yang menyala-nyala,
menerangi wajahnya. Naga itu sepertinya akan memangsanya di suatu tempat. Setelah
cukup jauh dari Metropolis City, Dixa mulai menjerit-jerit. Berontak.
“Lepaskan aku! Naga bengis! Lepaskan!”
jerit Dixa. Namun, predator manakah yang mau melepaskan mangsanya? Dixa menoleh
kebelakang. Sepasang mata sedang mengawasinya. Ia kembali menoleh kedepan dan
berontak.
“SUPERIOR IMPACT!” teriak pemilik
mata itu. Ia mengeluarkan serangannya. Dixa seperti pernah mendengar nama
serangan itu di suatu tempat.
“Terimalah… SUPERIOR IMPACT!” Dargon
mengeluarkan semburannya. Semburan yang secepat laser itu langsung melubangi
gedung sekolah. Baju Dixa terbakar sedikit.
“Dargon?”
gumam Dixa. Tubuh Draganold memanas.
“Lepaskan
dia, bos pengkhianat!” katanya. Dixa kembali menoleh.
“Dargon!
Kau datang!” pekik Dixa gembira. Dargon kini berwujud seperti naga asli. Draganold
membalik badannya.
“NUCLEAR
ATTACK!” semburan Draganold sekilas, tapi cepat. Dargon langsung lemas. Sekali
lagi, Draganold menyembur Dargon. Dargon langsung K.O dan terjatuh dari
ketinggian. Dixa berontak dan menggigit kaki depan Draganold. Naga itu
kesakitan dan melepaskan cengkeramannya. Dixa terjatuh. Sementara Draganold
pergi dengan tangan hampa.
“Dargooon!”
jerit Dixa. Ia berusaha meraih tangan Dargon.
“Dixa…
tidak…” kata Dargon. Kesakitan ia rasakan di sekujur tubuhnya yang agak
menghitam karena gosong. Dan juga radiasi nuklir merasuk ke dalam tubuhnya. Dargon
berusaha membalik badannya. Dixa terjatuh diatas tubuh Dargon dan menunggangi
naga itu. Dengan sisa tenanganya, Dargon berusaha mengantarkan Dixa kembali ke
laboratorium itu. Tapi, sesaat kemudian mereka terjun bebas. ZRUAK! Dargon merosot
diatas aspal. Sedangkan Dixa terpental. Dixa mendekati Dargon.
“Dargon!
Tidak! Aku akan mengobatimu, bro!” kata Dixa.
“Tidak…
tidak, Dixa. Kau harus mencari… Jason… aahh…” katanya. Dargon pingsan. Dixa langsung
berlari untuk mencari Jason.
“Jason!
Jason!” panggil Dixa. Namun, tak kunjung terdengar jawaban dari Jason.
BERSAMBUNG…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar