Portal
itu menembus ke suatu tempat. Sebuah dunia yang teramat sangat aneh. Semuanya
terbuat dari… besi.
“Dimana
kita?” tanya Dixa.
“Entahlah.
Katamu, ini di Robo-World,” kata Miyako. Dixa kebingungan. Pohon-pohonnya
terbuat dari besi, tanahnya dari brutalium, dan semua bangunan terbuat dari
baja. Tapi, sungainya tetap air. Kecuali danau di bawah tanah yang terbuat
dari… air raksa. Di tempat ini, terdapat sebuah papan besi yang bertuliskan:
WELCOME TO ROBO-WORLD.
“Ini
Robo-World! Dunia robot! Akhirnya, kita akan bertemu dengan orang tua kita!”
kata Dixa kegirangan. “Ikuti aku. Siapa tahu, kita bisa menemukan orang tuaku.
Dan orang tua kalian juga,”
Mereka
pun berjalan beriringan mengikuti Dixa. Rupanya, itu adalah hutan. Setelah
sekian lama menembus hutan, akhirnya mereka melihat sekilas bangunan yang mirip
dengan observatorium.
“Sepertinya
itu bangunan yang bagus. Apa itu?” tanya Rill.
“Aku
juga tidak tahu. Kita lihat saja, yuk!” ajak Dixa. Ia kembali menembus hutan
bersama dengan teman-temannya. Dixa menerobos semak besi dan menemukan sebuah
hotel yang memiliki gerbang otomatis. Di papan namanya, ada tulisan: GRAND
HOTEL. Hotel. Mungkin, mereka bisa menginap di sana. Dixa berjalan dan memasuki
hotel yang berpintu otomatis itu. Mereka mengikuti Dixa di belakang.
“Huh,
sepertinya, hotel ini gratis,” kata Jason.
“Yeey…
hotel gratisan, bro. Jadi, aku juga tak perlu merogoh kocek dalam-dalam lagi,”
sahut Yuri mengiyakan. Hotel ini keren sekali. Ada air mancur indoor yang
terpajang di aula hotel. Sebas langsung bersantai di sofa yang ada di
sekeliling air mancur tersebut.
Dixa
dan lainnya juga ikut bersantai di situ. KRIUUKK… perut Jason berbunyi.
Keroncongan.
“Hei,
kau lapar, Jassy?” tanya Dixa. Jason mengangguk.
“Sepertinya,
kita bisa mencari makanan di luar sana,” usul Dixa. Enam sekawan itu langsung
berdiri dan mengikuti Dixa keluar. Di belakang hotel yang besar itu, terdapat
sebuah festival.
“Ah…
festival. Mungkin, kita bisa dapat makanan di sana, guys,” kata Jason. Ia
langsung berlari menyerbu ke festival bernama Dino Robotz Festival. Festival
itu mengajak para peserta memamerkan robot dinosaurus buatan mereka sendiri.
Dan di situ juga ada banyak makanan tusuk, daging panggang, salad, pizza, dan
lain-lain. Dixa mencari-cari keberadaan Jason dalam kerumunan peserta yang
menenteng robot dinosaurus mereka.
“Hei,
Dix. Itu Jason,” tunjuk Sebas. Rupanya, Jason sudah bertengger di sebuah stan
makanan yang menjual sate ayam. Jason memborong 10 tusuk sate untuk dimakannya
sendirian.
“Wah,
kau makan besar malam ini,” goda Dixa. Jason hanya tersenyum kecil. Tiba-tiba,
Yuri dan Rill menarik-narik tangan Dixa.
“Apa,
sih?” tanya Dixa. Mereka menunjuk ke atas. Rupanya, ada sebuah robot
Tyrannosaurus Rex raksasa yang dikendalikan dari dalam.
“Wow…
robot T-Rex,” puji Jason. Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang menggenggam
punggung Dixa dari belakang.
“Siapa
itu?! Kalau berani, lawan aku!” tantang Dixa. Ia menoleh.
“Hehehe…
hei, ini aku, bro,” katanya. Dixa memicingkan matanya. Berusaha
mengingat-ngingat siapa sosok yang memegangnya.
“Ah,
rupanya kau! Empat tahun tidak bertemu! Dari mana saja kau?” akhirnya, Dixa
mengingat siapa dia. Bill Dragon. Nama panggilannya? Dargon. Di belakangnya,
ada Orca dan Rattlesnake yang mengikutinya.
“Kau
sudah besar, Dix,” kata Orca. Dixa ingat saat ia dibawa ke planet Monsters dan
bertarung melawan Draganold. Dixa mungkin sudah membunuhnya. Tiba-tiba, mata
dari robot T-Rex itu menyala. Lalu, rahang besarnya menelan Dixa dan lainnya.
Mereka tidak terjatuh ke perut robot itu, melainkan ke ruang kendalinya. Yang
mengendalikan robot itu adalah seseorang yang misterius.
Dia
memakai mantel hitam panjang dan wajahnya tertutup.
“Halo…
kalian bertemu denganku lagi, ya? Hai, Dixa,” kata orang itu. Kenapa ia tahu
namanya? Orang itu pun berbalik. Ia membuka tudung yang menutupi wajahnya.
“Bos?
Kau masih hidup?” Dargon membelalakkan matanya.
“Ya,
aku memang masih hidup. Belum mati. Aku hanya mengalami sedikit koma selama
seminggu, dan kembali hidup,” katanya. Ternyata, itu adalah sosok yang sangat
dikenal oleh Dixa. Draganold Bruno. Ia membuka mantelnya.
“Slug!
Goat-Ty!” panggilnya. Anak-anak buahnya muncul. Yang bernama Slug berwujud
siput tanpa cangkang berwarna biru langit sebesar manusia. Yang bernama Goat-Ty
adalah kambing gunung raksasa.
“Seraaang!”
Draganold,
Slug, dan Goat-Ty langsung menyerbu mereka.
“SUPER
SHARP CLAWS!” Draganold menyerang Dixa, tapi ia menghindar. Lalu, sekelebat
bayangan muncul. Ia pun menengahi mereka. Seorang bocah berjubah mewah dengan
mahkota raja muncul.
“Tak
perlu ada keributan. Draganold, biar aku saja yang menyelesaikannya,” kata
bocah itu. Matanya tertutupi poni. Baju yang dipakainya ada simbol bayangan.
Seperti… Shadow Ninja-Bot.
“Namaku
adalah… Shadow Ninja-Bot. Panggil aku SNB,” katanya. “Hai, kalian kemari pasti
ingin mencari orang tua kalian, bukan?”
“SNB?
Itukah kau?” Dixa kaget. Dialah yang menculik kedua orang tuanya.
“Draganold
sekarang sudah memiliki jabatan tinggi di kerajaan yang menjadi pusat
pemerintahan di Robo-World. Aku melakukkan kudeta untuk menggulingkan kekuasaan
King-Bot, Raja di Robo-World dulu. Sekarang, akulah rajanya. Dan Draganold
adalah… Perdana Menteri,” kata SNB.
“Apa?
Kau Raja? Dan dia adalah Perdana Menteri-nya?” Dixa tak percaya.
“Hei,
Draganold. Aku khawatir kau akan bosan jika kau sedang tak ada kesibukan dengan
urusan politik. Jadi, bagaimana kalau kau kutawari untuk kerja sambilan?
Silahkan pilih kau mau menjadi apa,” tawar SNB.
“Okelah
kalau kerja sambilan. Aku ingin menjadi… sipir penjara. Itu lebih bagus. Biar
kuurusi orang tuamu, Dixa. Biar mereka tahu rasa. Aku mungkin akan lebih mirip
seperti penyiksa dan algojo di hadapan orang tuamu. Hahaha! Orang tuamu akan
kusiksa,” kata Draganold dengan suaranya yang mengerikan.
“Tidaaakkk!
Jangan!” jerit Dixa. Dari tangannya keluar petir yang menyambar-nyambar.
BERSAMBUNG…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar