BUAAKK!
Pukulan keras mendarat di perut Dixa. Ia mengerang kesakitan.
“Aahh…
Kau… Sialan kau!” jerit Dixa.
“Mantap
kan, pukulanku? Makannya, jangan suka menantang orang hebat, dong,” sahut
Sebas.
“Hei,
jangan sombong, Sebas!” terdengar suara wanita dari kejauhan. Dixa dan Sebas
menoleh. Seorang wanita dengan bando pink dan rambut cokelatnya tergerai
terlihat indah berkibar tertiup angin. Ia memakai dress longgar berwarna putih
dengan rompi hitam. Mata cokelatnya memandang Sebas dengan perasaan sedih.
“Jangan
sombong. Jangan sakiti Dixa-ku,” katanya. Ia mendekati Sebas.
“Siapa
kau? Oh-hoh… ternyata, ada bidadari cantik yang menenangkanku? Memangnya siapa
namamu, sis?” tanya Sebas.
“Siapa
aku? Namaku Mirna Rill. Aku adalah teman Dixa sedari kecil. Jadi, jangan sakiti
dia,” rayu Rill.
“Maaf
Dixa,” kata Sebas tertekan.
“Sebenarnya,
aku juga menyukaimu,” bisik Rill di telinga Sebas. Hati Sebas berbunga-bunga.
Ia serasa terbang. Rill berlalu pergi. Lalu, di belakangnya ada Jason dan Yuri.
“Hei,
bro. Kau sedang berurusan dengan Sebas, ya?” tanya Jason. Dixa hanya nyengir
kuda.
“Aku
pergi dulu, ya! Aku tak ingin mengganggu urusan kalian!” kata Yuri sambil
menyusul Jason. Sebas pun meninggalkan Dixa. Lalu, lewatlah seseorang yang
sangat dikenali oleh Dixa. Kakak sepupunya. Rambutnya berwarna pirang kehitaman
dengan warna mata turquoise.
“Hai,
Dixa. Kau sedang apa?” tanya kakak sepupunya itu.
“Oh,
hei, Carlos! Hehehe… Kau sedang apa?” tanya Dixa. Kakak sepupunya yang bernama
Carlos itu menjawab.
“Aku
sedang mencari snack di sana. Oh, ya. Omong-omong, kenapa kau tak pulang tengah
hari bolong begini? Kau malah bertengkar dengan anak baru di kelasmu,” kata
Carlos.
“Maaf,
Carl. Tadi, aku hanya iri melihat anak itu bisa menjawab pertanyaan dari
guruku. Jadi, aku malah mengajaknya bertengkar,” sahut Dixa.
“Hei,
kau tidak boleh begitu. Hanya gara-gara dia pintar, kau malah memusuhinya.
Sudahlah. Lebih baik kau pulang daripada kau terbakar matahari di sini,”
“Okelah.
Aku akan pulang. Daah…” kata Dixa sambil menaiki sepedanya. Carlos hanya
tersenyum mesem-mesem melihat Dixa. Lalu, Carlos melanjutkan perjalanannya.
ooo0ooo
Dixa
sudah sampai di rumahnya. Ia memasuki kamarnya dan bersantai di sana. Dixa
kembali mengingat-ngingat. Apa yang terjadi pada orang tuanya sekarang? Apa itu
Robo-World? Dunia robot? Itulah yang dikatakan SNB.
“Apa
itu Robo-World?” gumam Dixa. “Ah, daripada pusing memikirkan itu, lebih baik
aku ke taman saja bersama Jason,”
Dixa
mengikatkan jaketnya di pinggang dan keluar. Miyako mencurigai adiknya dan
mengikutinya keluar.
“Huh…
dia tidak membawa sepeda. Lalu, mau kemana anak itu?” gumam Miyako. Ia pun juga
ikut keluar. Di luar, Dixa bertemu dengan Jason, Yuri, Rill, dan Sebas. Lalu,
Miyako menampakkan dirinya.
“Ah!
Kakak! Kau mengikutiku…” kata Dixa. Ia begitu kaget melihat kakaknya
mengikutinya di belakang. “Sedang apa kau?”
“Seperti
kau tak tahu saja. Pekerjaan mata-mata. Aku kan, sedang memata-mataimu. Kau
ingin kemana, aku mata-matai saja,” sahut Miyako. Dixa mengangguk. Ia pun
berjalan bersama mereka menuju taman. Satu jam kemudian…
“Dixa…
aku bosan di taman. Aku bosan ke mall. Aku bosan ke pasar. Aku bosan menunggu
pelanggan setia untuk toko bungaku,” kata Rill dengan wajah memelas.
“Okelah.
Kita ke tempat lain saja. Mungkin kolam berenang akan membuatmu senang,” sahut
Dixa bersemangat.
“Aku
tidak mau ke kolam berenang. Aku tidak terlalu suka bermain air, kecuali saat
mandi,”
“Lalu?
Baiklah, akan kutanya teman yang lain,”
“Mereka
sependapat denganku. Bosan. Di rumah saja, apa gunanya?”
“Begini
saja, besok kita traveling, oke?”
“Tidak
mau,” tegas Rill sambil meninggalkan Dixa. Miyako menoleh ke arah Dixa.
“Aku
juga bosan. Aku bosan terhadap semuanya,” kata Miyako. Dixa mengangguk setuju,
kemudian meninggalkan taman itu. Mereka berjalan beriringan seperti bebek
menuju pusat kota. Dan ketika sampai di pusat kota, Dixa mendapat ide.
“Aha!
Kenapa kita tak berpetualang di dunia lain saja?” usul Dixa.
“Apa?
Dunia lain? Di mana? Dunia lain, maksudmu dunia hantu, begitu?” tanya Yuri.
“Bukan.
Kita ke Robo-World! Aku tak tahu tempat itu seperti apa. Tapi, robot yang
datang sepuluh tahun lalu ke rumahku mengatakan jika Robo-World adalah dunia
robot dari dimensi lain,”
“Baiklah,
kita cari saja,” sahut Yuri bersemangat. Dixa berpikir. Ia mengeluarkan
komat-kamit. Lalu, cara kedua, ia berputar-putar. Cara ketiga, ia bersalto.
Entah kenapa dia begitu. Kekesalannya memuncak dan ia bertindak aneh.
Robo-World tetap tidak dijumpainya.
“Aarrgghh!
Persetanlah! Pokoknya, aku mau masuk ke Robo-World! Robo-World, I’m coming!”
teriak Dixa. Kemudian, muncullah sebuah portal besar di depan matanya. Oh, jadi
caranya begitu untuk ke Robo-World. Entahlah, apakah itu portal menuju
Robo-World atau bukan.
“Ayo
kita masuk,” ajak Dixa. Teman-temannya mengangguk setuju, kemudian masuk
mengikuti Dixa kedalam portal. Setelah itu, portal tersebut menyusut dan
menghilang saat semuanya masuk ke dalam. Kemana mereka? Robo-World?
BERSAMBUNG…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar