perempuannya yang bernama Miyako Katanede. Mereka berdua sedang berjalan di tengah ganasnya badai salju. Kedua kakak beradik itu sama-sama ketakutan berada dalam amukan badai salju di Antartika.
“Kakak… Kalau ini bukan karena
idemu, aku pasti tidak akan berada di sini. Kau benar-benar menyusahkanku. Apa
niatmu yang sebenarnya? Membunuhku?” protes Dixa.
“Hey, dengarkan aku! Kita berada di
sini karena dirimu, bukan? Helikopter pemantau kehilangan kontak dengan kita,
kapal pemecah es terparkir di tepi pantai yang jaraknya ratusan kilometer dari
sini, dan kita kehilangan motor saljunya!” balas Miyako.
“Apa salahku?”
“Jelas ini gara-gara kau! Saat kita
turun dari kapal, kita naik helikopter. Lalu, tak lama kemudian, kau kelaparan
dan minta diturunkan di tengah es untuk membuat lubang dan memancing ikan.
Tiba-tiba, badai salju datang dan helikopter itu pergi. Ini gara-gara kau!”
“Apa?! Gara-gara aku?! Ulahmu lebih
parah lagi! Kau kabur karena melihat anjing laut yang muncul dari permukaan dan
meninggalkan motor salju kita! Padahal, itu adalah satu-satunya transportasi
untuk keluar dari sini!”
“Siapa peduli terhadap motor salju?
Lagipula, aku tidak bisa mengendarainya. Apa gunanya motor salju bagiku?”
“Tapi, itu berguna untukku, Kakak!
Aku kan, bisa mengendarai motor salju, dan bisa membebaskan kita dari sini!”
bantah Dixa. Ia pun berjalan meninggalkan kakaknya. Miyako hanya mengikuti
adiknya yang berjalan semakin ke arah selatan itu. Akan tetapi, Dixa tidak
tahu, jika ia telah sampai di tumpukan es permanen Antartika.
“Tuh, kan! Gara-gara kau, kita jadi
terjebak di es permanen!” kata Miyako. Dixa tak bisa berkata apa-apa lagi.
Sesungguhnya, yang dikatakan oleh Miyako itu kenyataan. Dixa hanya ingin
memancing ikan. Tapi, niat Dixa sebenarnya hanya ingin melihat keberadaan ikan
unik, bukannya untuk memakan ikan itu.
“Baiklah, Kak. Aku menyesali
perbuatanku. Aku minta maaf. Aku yang telah membawa kita kemari. Maafkan aku,
Kak. Kuharap, ada keajaiban yang bisa menyelamatkan kita dari sini,” kata Dixa.
Miyako memaafkan adiknya itu. PIP-PIP-PIP… Terdengarlah suara seperti antena
radar dari dalam tumpukan salju. Suara itu hanya terdengar samar-samar, karena
tertumpuk salju.
“Hei, Kak. Kau dengar itu? Suara
“PIP” itu sepertinya berasal dari bawah tumpukan salju ini. Mungkin saja itu
radar, atau radio pemancar yang terkubur di bawah sini. Siapa tahu itu masih
berfungsi!” kata Dixa bersemangat.
“Iya! Kau benar! Suara itu berasal
dari tumpukan salju di bawah kakimu. Gali saja! Siapa tahu, benda itu bisa
menolong kita!” sahut Miyako. Dixa pun langsung menggali tumpukan salju di
bawah kakinya. Ia menggali salju sampai sedalam satu meter dan menemukan sebuah
karet silikon berwarna hitam.
“Wah, aku menemukan silikon,” kata
Dixa. Ia menarik benda itu. Dan apa yang didapatkannya? Sebuah jam tangan
digital.
“Ah… Kau sudah capek-capek
menggali, ternyata hanya dapat jam tangan,” kata Miyako kecewa. Tapi, Dixa
merasa ada keberuntungan dari jam tangan tersebut.
“Kak, lihat jam ini! Ini adalah jam
tangan yang terkubur di bawah salju satu meter Antartika! Ini adalah jam tangan
digital yang sedang jadi trending topic.
Jam ini berteknologi canggih, dan dipastikan bukan dari Bumi,” katanya. Dixa
melihat sisi jam tersebut.
Di situ tertulis “MADE BY DRAGANOLD”.
Siapa itu Draganold? Dixa memeriksanya lagi. Ternyata, jam itu benar-benar
canggih. Ada radio pemancar, jaringan nirkabel 4G, bertenaga nuklir, radar,
sonar, penerjemah bahasa, detector,
dan juga penghipnotis. Benar-benar bukan dari Bumi. Di layar jam itu tertulis: LIFE
DETECTED. Kehidupan terdeteksi.
Itulah asal bunyi “PIP” tadi.
Sampai sekarang, bunyi “PIP” itu masih terdengar. Dixa menekan tombol ALARM
yang ada di sisi jam. Lalu, bunyi tersebut berhenti. Dixa kembali memeriksanya,
ternyata, ada GPS-nya juga. Dixa memakai jam itu, dan menyalakan GPS-nya. Lalu,
ia menyalakan radio pemancar. Dixa memakai radio pemancar itu dan memanggil
helikopternya.
Satu jam kemudian… DRRRR… Suara
baling-baling helikopter terdengar jelas. Dixa melongok ke atas. Ia dan Miyako
melambai-lambaikan tangannya.
“Hei! Hei! Hei! Kami di sini!” kata
mereka serempak.
BERSAMBUNG…
masukin gambar tokoh-tokohnya donk.
BalasHapusiya... rencananya sih gitu
BalasHapus