“Aarrgghh!
Kau menginginkan apa dariku?” tanya Draganold.
“Aku
ingin kau kalah,” sahut Dixa. Baju bagian belakang Draganold telah sobek oleh
pisau. Dan jika baju itu sobek, maka tidak ada lagi kekebalan.
“ICE
BLOCK!” kata Jason. Serangannya… Es dingin itu mengurung tubuh Draganold. Tapi,
ekornya tidak membeku dalam es. Dengan tenaga yang lebih kuat dari ekor buaya, Draganold menggoyangkan ekornya ke atas dan menghancurkan bongkahan esnya. BRAAKK! Draganold bebas.
“Inilah
pertarungan yang selalu aku nantikan,” kata Dixa. Petir-petir bercabang itu
berusaha menjangkau tubuh Draganold. Tapi, ia begitu lincah. Dan dengan
gesitnya ia menghindari petir-petir dengan kecepatan sekedip mata itu. Tak
disangka, ternyata Draganold jauh lebih cepat dari mobil balap Formula 1.
Petir
dari tangan Dixa berusaha menjangkau tubuh Draganold. Dan setelah itu… Sebuah
petir menyetrum dirinya.
“Aahh!
Kau belum puas menyiksaku?!” kata Draganold sambil berusaha bangun. Tubuhnya
kejang-kejang dan sesekali keluar kilatan listrik.
“Kau
jangan mengganguku lagi,” kata Dixa. Setelah bicara begitu, api yang hanya
secepat kedipan mata itu meledak di hadapan Dixa. Energi nuklir lemah
meledakkan tanah itu.
“Ah!
Beraninya kau!” kata Dixa. Lalu… dari tubuhnya keluar kilatan petir yang
menyambar-nyambar.
“RED
N’ BLUE THUNDER…” jurus itu kembali dikeluarkannya. Petir merah-biru yang
sifatnya berlawanan itu disatukan dan membentuk petir berwarna ungu yang sangat
kuat.
Lalu,
petir ungu itu terbelah dua, kemudian keluarlah sebuah pedang.
“Thundord!”
kata Dixa. Pedang bernama Thundord itu terus mengeluarkan petir.
“Thundboy
Evolution!” badan Dixa terbungkus oleh petir. Petir itu pun sirna, dan Dixa
menjelma menjadi Thundboy, bocah berkostum keren dengan logo petir di dadanya.
“THUNDER
BALL!”
“THUNDER
ATTACK!”
“THUNDER
IMPACT!”
Serangan
petir bertubi-tubi terus menghujam tubuh Draganold. Ia hanya bisa meringkuk
sambil menunggu ajal menjemputnya. Apakah Dixa akan membunuhnya? Sreett… Petir
itu berhenti. Dixa berhenti menyerang.
“Aku
masih memberi kesempatanmu untuk hidup dan bertobat, Drag. Aku tahu, jika kau
sebenarnya sudah mengkhianati anak-anak buahmu. Kau punya geng kejahatan
bernama Triple Murder,” kata Dixa.
“Darimana
kau tahu, nak?” tanya Draganold.
“Karena
di dalam jam tanganmu ada rahasia yang kau tulis. Jam itu bisa dipakai menjadi
diary! Walaupun aku tak paham siapa yang menulisnya, aku telah membongkar
seluruh rahasiamu. Dargon, Orca, Rattlesnake… Jangan percaya pada bos kalian,
karena bos kalian ini sudah menjadi pengkhianat! Dia adalah ketua Triple Murder
dengan nama samaran Daren Brown!”
“Itu
tidak benar, Dargon! Jangan percayai Dixa! Dia sudah kehilangan akalnya!”
Draganold berusaha membela dirinya. Anak-anak buahnya percaya pada kebohongan
Draganold, tapi itu hanya sementara. Setelah itu…
“Dasar
bos pengkhianat! Aku benci padamu! Aakkhh! Aku tidak bisa memaafkanmu!” kata
Dargon.
“FIRE
HAND!” serangan tangan api Dargon menyerang Draganold bertubi-tubi. Ia pun
terkulai lemas. Dixa pun maju membela Dargon. CTAARR! Petir menyambar. Langit
dipenuhi oleh awan hitam. Lalu, petir menyambar ke bawah.
“Thunderbird!”
teriak Dixa. Setelah itu, dari petir, keluarlah sesosok burung dengan petir
yang keluar dari cakarnya.
“Thunderbird-ku
tidak pernah bisa memaafkan musuh kejam sepertimu. Ayo, Thundey!” kata Dixa
seraya menaiki tubuh Thunderbird. Ia memegang Thundord di tangannya. Kemudian,
ia menyambar Draganold.
“Aarrgghh!”
Draganold mengerang kesakitan. Dixa masih belum puas. Ia kembali menyerang
Draganold bertubi-tubi tanpa ampun, tanpa henti, tanpa belas kasihan.
“INVISIBLE
THUNDBOY!” kata Dixa. Kali ini bukan serangan. Tubuhnya memang kelihatan oleh
mata, tapi, tubuhnya dan tubuh Thunderbird jadi bisa menembus benda padat
termasuk tubuh orang lain.
“SUPERIOR
THUNDER ATTACK!” Dixa menyerang untuk terakhir kalinya. Semua serangan petirnya
yang terkuat dikerahkan dalam satu kali serangan. Daaan… ZLEEBB… Tubuh Dixa dan
tubuh Thunderbird langsung menembus jantung Draganold. Mata naga itu mendelik.
Ia langsung terkulai lemas. Dixa kembali ke bentuk tubuhnya yang nyata dan
turun dari Thunderbird. Lalu, kostum itu dan Thunderbird lenyap seketika.
Dixa
kembali menjadi anak normal. Draganold masih bernafas.
“Kau…
Kau anak yang… Errh… Anak payah…” bisik Draganold dengan nafas terengah-engah.
Kemudian, matanya tertutup.
“Maaf,
naga bengis. Aku mengembalikan jam tangan itu. Aku harus meninggalkanmu disini,”
kata Dixa sambil berlalu pergi. Teman-temannya bersorak gembira. Ia pun
berjalan menuju teman-temannya. Teman-temannya menepuk-nepuk punggung Dixa.
“Kau
berhasil!” kata Rill.
“Aku
bangga padamu, Dixa!” seru Miyako. Dixa hanya tersenyum kecil. Dargon pun
mendekati Dixa.
“Dixa…
Ah… Aku minta maaf atas kelakuanku tadi. Tapi ternyata, kau menyelamatkan
Triple Spare,” kata Dargon. Orca dan Rattlesnake membungkukkan badannya.
“Baiklah…
Tidak masalah, aku bukanlah pendendam,” kata Dixa.
“Oke,
bro. Sebagai imbalannya, akan kuantar kalian pulang dengan kapalku,” kata
Dargon.
“Yeey…”
kata mereka serentak. Lalu, semuanya naik ke kapal Dargon. Kapal itu pun
melesat dengan kecepatan tinggi, dan menuju Bumi dalam waktu 2 menit. Kapal itu
mendarat di sekolah Dixa yang apinya sudah padam. Ternyata, hari sudah malam.
Mereka semua keluar dan Dargon langsung kembali ke planet Monsters. Kapalnya
pun berangkat.
“Terima
kasih… Daahh…” kata Dixa dan teman-temannya serentak. Lalu, mereka pulang ke
rumah masing-masing dengan tenang. Namun, sesuatu akan terjadi empat sampai
lima tahun kemudian yang membuat mereka tidak tenang.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar