Cakar
itu kembali diayunkan. Draganold menyerang anak itu tanpa rasa belas kasihan.
Tapi…
“ICE
SHIELD…” suara Jason terdengar dingin. Seketika, sebuah perisai es sekeras baja
terbentang di depan wajah Draganold. Cakar besarnya tersangkut di es itu. Dixa
pun selamat dari serangan cakar maut.
“Ja…
Jason? Kau punya… Kekuatan?” tanya Dixa tebata-bata.
“Tentu
saja aku punya. Sama sepertimu. Hanya saja, kau tidak mengetahui kekuatan apa
yang ada dalam dirimu itu. Aku memiliki kekuatan es, kau petir. Yuri memiliki
kekuatan api. Rill memiliki kekuatan hipnotis,” kata Jason. Draganold berusaha
menarik tangannya yang terperangkap di dalam es.
CTAASS!
PRAANNGG! Sebuah ekor terayun, dan es itu pecah berkeping-keping. Ujung ekor
Rattlesnake berhasil menebas es tersebut dengan mudah. Lalu, Orca menahan
anak-anak itu dalam gelembung. Dargon pun maju ke hadapan Draganold.
“Apa
yang kau mau?” tanya Draganold.
“Bos…
Boleh aku minta… Kenaikan gaji?” tanya Dargon.
“Apa?!
Kenaikan gaji?! Memangnya ini kantor, apa? Dasar anak monyet angkasa! Kau tidak
tahu diri! Memberikan gaji saja aku tidak pernah, dan sekarang kau malah minta
kenaikan gaji?!” sahut Draganold. Ia begitu marah. PLAAKK! Sebuah tamparan
mendarat di pipi Dargon.
Darah
menetes-netes.
“Kau
kejam,” kata Dargon.
“Apa
kau lupa, Dargon? Sebenarnya, nama Dargon itu adalah ejekan yang diberikan oleh
rekanku. Kata itu diambil dari kamus bahasa planet Monsters yang asli! Arti
Dargon sendiri adalah lugu. Kau hanyalah bocah lugu dan polos,”
“Aku
tidaklah selugu yang kau kira. Nama asliku adalah Bill Dragon!” teriak Dargon.
“Aku
Draganold Bruno. Apa kabar, Bill? Sepertinya, kau punya banyak tagihan, ya?”
Draganold meledek Dargon.
“Kalau
begitu… Rrrrgggghhhh… Raaaawwwwrrrr! BIG DRAGON MODE!” seketika, tubuh Dargon
berubah menjadi sebesar gajah jantan dewasa. Mode itu hanya bisa dipakai sekali
saja.
“Aku
akan menghajarmu!” Dargon menyemburkan apinya kepada Draganold.
“Ugh…
Seharusnya, dulu aku tidak pernah memungutmu! Kau adalah anak naga umur 16
tahun yang biadab! Aku membencimu!” teriaknya. Draganold pun mengeluarkan
semburannya. Hanya sekilas, dan akurat. Semburan nuklir itu membuat Dargon
kembali menjadi kecil.
“Aku
tidak akan membiarkanmu!” seru Dixa. Dixa langsung melompat dan mengeluarkan
serangannya.
“Hiiyyaahh…
RED N’ BLUE THUNDER!”
CTAARR!
Petir merah dan biru itu keluar dari tangan Dixa dan menyambar Draganold. Tapi
anehnya, naga itu seperti kebal terhadap serangan. Ia bangkit kembali.
“Huh!
Petirmu itu sama sekali tidak beguna untukku,” katanya.
“LIGHT LASER!” teriak Miyako. Dari
kedua tangannya, terpancarlah sebuah cahaya terang benderang mirip laser dan
menembus jantungnya.
“Aahh…
Hehehe, tetap saja, kalian semua lemah!” Draganold kembali bangkit. Setelah
itu…
“FIRE
ATTACK!” suara Yuri terdengar begitu keras. Api sepanas 500 derajat Celsius itu
sudah pasti akan menghanguskan Draganold. Api terus menyembur dari tangan Yuri.
“Tak
akan kuampuni! Kau telah menyakiti temanku!” kata Yuri sambil terus
mengeluarkan apinya. Lalu, Yuri berhenti. Apinya padam di tangannya. Draganold
menghilang entah kemana. Tapi, dari dalam cekungan tanah yang hangus
terlihatlah sepasang tangan bercakar panjang.
Lalu,
kepala bulat dengan kuping berbentuk petir itu keluar juga.
“Kau
pikir, seranganmu itu bisa menghanguskanku? Dasar anak payah! Kau tidak bisa
mengalahkanku! Hahaha!” ups, ternyata Draganold masih hidup. Tubuhnya hanya
memerah saja.
“Aku
bisa bertahan di dalam lahar panas selama lima menit!” katanya.
“HYPNOTISM…”
kata Rill. Lalu, mata Draganold mengarah kepada Rill.
“Pergilah
dari sini… Pergilah dari sini…”
“Hah!
Kekuatan hipnotismu itu tidak akan berguna bagiku, gadis kecil!” kata
Draganold. Ia benar-benar kebal terhadap serangan apapun, termasuk hipnotis.
“GIGA
MEGA OMEGA TSUNAMI!” Orca mengeluarkan serangannya. Segera, padang yang tadinya
gersang itu berubah menjadi basah. Sangat sangat basah. Berombak. Ombak raksasa
alias tsunami mulai mendekat ke Draganold. Dixa dan lainnya lari tunggang
langgang.
“Orca,
apa yang kau lakukkan?! Kau membunuh kami semua!” jerit Rattlesnake sambil
melata.
“Sebenarnya,
aku menyelamatkan kalian dari bos yang kejam ini! Cepat atau lambat, dia pasti
juga akan menyakiti kita! Jangan pikirkan anak-anak itu, pikirkan kita yang
akan segera dikhianati! Pergilah sebelum kalian tersapu ombak!” sahut Orca.
Tsunami semakin mengganas. Draganold sudah tersapu ombak. Kini, ia tenggelam di
air, dan berusaha untuk berenang.
Tapi,
usahanya sia-sia saja. Ombak itu memutar-mutar tubuhnya di dalam air.
“Kau
sudah menerima akibatnyaaaa!” suara Orca menggelegar.
“Aku
tidak akan mengampunimu, Orca! Uuhh… Uwaaaahhhh!” kata Draganold. Tapi, paus
pembunuh itu tidak menghiraukannya. Ia menyaksikan bosnya yang perlahan-lahan
kehabisan tenaga. Ia kembali tersapu oleh ombak. Sama seperti tadi, itu sia-sia
saja. Dan kini, tubuh Draganold terkulai lemas di dalam air. Sementara air itu
terus saja menyapunya.
“Haah…
Baiklah, kali ini kau kuampuni, bos pengkhianat…” kata Orca. Kemudian, ombak
ganas itu mengering seketika. Padang pasir itu kembali gersang, seperti sedia
kala. Terlihatlah Draganold dengan tubuh basah kuyup tergeletak di tengah
padang pasir.
“Bos,
apakah kau merasa nyaman dihajar oleh anak buah?” tanya Orca. Naga itu mungkin
sudah mati. Tapi, perlahan ia berkedip dan bangkit kembali.
“Aku
lebih kebal terhadap serangan karena baju yang kupakai ini. Baju ini
benar-benar membuatku kebal,” katanya. Dixa kembali. Di tangannya, ia memegang
sebilah pisau. Anak itu mendekat ke Draganold dengan tatapan penuh amarah. Dixa
mendekati Draganold dari belakang tanpa diketahuinya.
“Ini
adalah satu-satunya peluangku untuk… Menghabisimu… Heeaahh!” suara Dixa
terdengar lirih, namun agak parau. Seperti suara kakak sepupunya. Draganold
menoleh ke belakang. SREEKK… Pisau itu merobek sesuatu.
BERSAMBUNG…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar