Kebakaran
melanda hutan itu.Kebakaran yang sangat hebat dan melalap seluruh hutan hingga
tak bersisa. Dikabarkan api sangatlah panas bagaikan lahar.Diduga masih ada
tiga orang di dalamnya.
Seorang
pelajar SMA
Seorang
sipir penjara
Seorang
polisi
Mereka
masih berusaha melarikan diri dari hutan itu, berusaha menghindari pterodactyl
berselimut api dan Tyrannosaurus Rex berbulu serigala dan bersayap burung.
Menurut penuturan sebagian orang, itu hanyalah ilusi.Namun, kata mereka itu
kenyataan. Dan sepertinya, mereka tak akan bertahan hidup lebih lama lagi.
Atau…
“Huwaahh!”
suara teriakan Dixa menggema di seluruh kamar pagi itu.Draganold juga
terbangun.
“Ada
apa?” tanya Draganold.
“Ah,
tidak.Aku hanya… bermimpi aneh semalam.Aku bermimpi kau mengejarku, lalu
bertemu seorang polisi dan seekor monster aneh yang dipanggil Deino. Aku tak
tahu itu apa,”
“Aku
juga bermimpi seperti itu semalam.Sepertinya, aku pernah melihat Deino,
deh.Tapi, di sebuah super computer.Aku tidak mengingat pasti kejadiannya,”
sahut Draganold.Ia langsung turun dari kasurnya.Apa yang terjadi dengan
semuanya? Baru kali ini Dixa bermimpi aneh. Mungkin ia bisa berbicara pada
Carlos nanti siang.
TING-TONG…
Bel
rumah Dixa berbunyi.Dixa dan Draganold segera turun dan membukakan pagarnya.
GRADAK…
“Uh,
ada yang bisa kubantu, Tuan?” tanya Draganold. Sesaat kemudian, Draganold
mendelik melihat tamu itu datang dengan mobil polisi dan seragam polisi
lengkap.
“Apa
yang terjadi di sini?” tanya Dixa.
“Entahlah,
aku juga tak tahu.Sepertinya ada yang terjadi di rumah kita,” sahut Draganold.
“Bolehkah
aku masuk?” tanya polisi itu.
“Ngg…
oh, ya. Silahkan, Tuan,” sahut Draganold. Ia membawa polisi itu masuk ke dalam
rumah Dixa. “Silahkan duduk,”
“Terima
kasih, Nak,” sahut polisi itu.Ia duduk perlahan diatas sofa. Dixa bersembunyi
di dapur.Ia takut ada sesuatu terjadi di rumahnya, padahal orang tuanya belum
bangun sama sekali.
“Tuan,
bolehkah saya bertanya, ada apa di sini? Apa yang membuat anda datang kemari?”
tanya Draganold.
“Tidak,
aku hanya ingin memastikan mimpiku saja.Aku ketiduran di mobil polisiku, dan
aku bermimpi aneh.Aku sedang memburu seorang tersangka, sipir penjara berambut
merah yang terjerat kasus penyiksaan anak.Dan malahan tersangka itu
melindungiku saat baku tembak dengan monster mengerikan,” kata polisi itu.
“Mimpimu
sama denganku,” kata Draganold.“Kau… hah?Rifle?”
“Iya,
aku Rifle.Dan kau Draganold. Huh, seharusnya kau jadi tersangka hari ini. Tapi,
kubebaskan saja.Berhubung kau adalah agen rahasia.Jika aku menangkapmu karena
mimpi, aku pasti akan ditegur karena sembarangan menangkap warga sipil tanpa
bukti yang jelas,” sahut Rifle.
“Iya,
Rifle. Aku juga sedang mencari tahu kenapa mimpi itu bisa terjadi.Dixa…
kemari!” kata Draganold.Dixa memberanikan diri keluar dari dapur. “Tidak usah
takut,”
“Oke,
oke.Akan kupastikan tidak ada apapun yang terjadi di rumah ini. Jika saja ada…
apakah itu pembunuhan, pencurian, atau perampokan?” tanya Dixa memastikan.
“Hei,
hilangkan sugestimu itu.Duduklah di sini, tidak ada apapun,” kata
Draganold.Dixa pun duduk.
“Ada
apa ini sebenarnya?” tanya Dixa.
“Hanya
karena mimpi. Kau pasti bermimpi sama sepertiku semalam. Mimpi yang sama
seperti anak berambut merah itu,” kata Rifle.
“Baiklah,
untuk urusan ini, kita bisa tanya Carlos. Ayo, ikut aku ke rumah Carlos,
Rifle,” ajak Draganold.Dixa mengambil jaketnya.Draganold mengambil jumpernya
dan melangkah keluar.
“Ayo,
masuklah ke mobilku.Eits, jangan tembak kakiku, naga bengis,” kata Rifle.
“Tidaklah.Itu
kan, cuma mimpi,” sahut Draganold.Mereka bertiga masuk ke dalam mobil polisi.Dixa
mengarahkan jalannya.Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Carlos.Mereka
turun dari mobil.
“Memang
apa pekerjaan orang bernama Carlos ini?” tanya Rifle.
“Carlos
bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran,” sahut Dixa.
“Baiklah,”
sahut Rifle. TING-TONG… Rifle menekan bel rumah Carlos.GRADAK… seseorang
membukakan gerbang. Itu Carlos. Pemuda itu memiliki rambut cokelat dan mata
berwarna turquoise. Wajahnya… sepertinya ia keturunan Amerika. Spanyol. Indonesia.
Tampan nan mempesona, bisa membuat wanita manapun
tergila-gila padanya. Tubuhnya ideal, namun tidak begitu atletis.Matanya
menatap tajam kepada Rifle.
“Ada
yang bisa kubantu, pak polisi?Setahuku, tak ada masalah di rumahku.Jika tidak
ada masalah, anda dipersilahkan pergi,” kata Carlos.
“Jika
kau tak keberatan, bolehkah aku masuk?”tanya Rifle.
“Jika
kau memang sudah jauh-jauh datang ke TKP ini, kau boleh masuk,” sahut Carlos.Ia
mengajak masuk Rifle, Draganold, dan Dixa. “Duduklah.Kalian mungkin akan
membutuhkan air putih,” kata Carlos.Ia melangkah ke dapurnya.
“Sepertinya
Carlos itu adalah anak yang pantas untuk ditanyai.Dia begitu akurat dan
sepertinya… jenius,” kata Rifle.Tak lama kemudian, Carlos datang membawa baki
berisi 3 gelas air putih.
“Ada
yang bisa kubantu?Sepertinya masalah serius, namun tidak dianggap penting bagi
sebagian orang,” kata Carlos.
“Tentu
saja ini masalah serius. Aku, Dixa, dan Draganold, kami bermimpi sama semalam.
Kami bermimpi tentang Draganold menyiksa Dixa, lalu aku mengejar
Draganold.Kemudian, aku mendapati Dixa sedang ditenteng oleh monster mengerikan
mirip T-Rex dengan bulu serigala, sayap elang, dan tanduk naga,” jelas Rifle.
“Aku
bukan penafsir mimpi, maaf.Tapi sepertinya, ada alasan logis untuk mimpi
ini.Aku tahu siapa monster yang kau bicarakan.Deino-Virus.Dan Deino pernah
meneror komputerku, walaupun akhirnya aku berhasil mengalahkannya.Deino
bukanlah virus paling berbahaya. Dia adalah anak buah dari sebuah virus paling
berbahaya sejagat, yakni Firedactyl,”
“Firedactyl?Apa
itu?”
“Yup,
dia adalah sejenis virus yang berwujud pterodactyl raksasa dan berselimut api.
Efeknya sangat cepat ketika memasuki komputer. Pertama, komputer akan
mengeluarkan tulisan-tulisan aneh dan membuat semua anti-virus bertekuk lutut.
Kemudian, dari komputermu akan muncul percikan api. Setelah itu, komputermu
akan terbakar habis,”
“Mengerikan
sekali,”
“Ya,
ketika komputermu terbakar, Firedactyl baru mengeluarkan kedua sayapnya.
Setelah itu, area di sekitar komputermu akan terbakar. Tubuhnya sudah muncul.
Lalu, seluruh ruangan akan terbakar. Kepalanya telah muncul, dan kau tak lagi
punya kesempatan untuk hidup,” jelas Carlos.“Mereka akan segera beralih wujud
ke dunia nyata jika kita tidak cepat-cepat mengatasinya.Ikut aku.Rifle, kau tak
masalah, kan, jika aku pinjam mobilmu?”
“Tentu,”
sahut Rifle.Carlos pun memakai jaket kesayangannya dan melangkah keluar menuju
mobil Rifle.Ia masuk ke dalam dan menyetirnya. Dixa dan Draganold duduk di
belakang, sementara Carlos menyetir bersama Rifle.Carlos membawa mereka menuju
sebuah gedung tinggi yang terlihat megah.
Di
depannya, terpampang sebuah tulisan yang berwarna biru.
“COMPUTER
OFFICE”
Ini
adalah kantor yang mengurusi semua tentang komputer, termasuk virus. Tempat ini
juga mempekerjakan hacker untuk membantu peretasan sistem. Dan para pekerja di
kantor ini boleh siapa saja dan jam kerjanya tergantung. Anak-anak pun boleh
bekerja paruh waktu di sini.Carlos memasuki gedung tersebut diikuti tiga orang
di belakangnya.
“Kau
mau apa kemari?” bisik Rifle. Dixa, Carlos, dan Draganold tertawa.
“Kasihan
sekali kau tak tahu soal ini, Rif.Kami bekerja sebagai hacker di sini!” seru
Draganold.Rifle mengernyitkan keningnya.
“Hai,
semua!” sapa seseorang.Dixa menoleh.
“Sebastian!”
sahut Dixa.
“Kalian
harus ikut aku ke ruang hacker. Aku tahu permasalahan apa yang kalian hadapi.
Mimpi kalian yang dirasuki virus,”
“Ya,
kau memang tahu permasalahan kami,” kata Dixa. Mereka pun mengikuti Sebas,
menaiki lift sampai lantai teratas. Ruangan teratas…
HACKERS
ROOM
Pintu
lift terbuka lebar. Dixa, Carlos, Sebastian, dan Draganold masuk ke dalam.
Sedangkan Rifle berdiam di dalam lift.
“Masuklah,
Rif,” ajak Carlos.
“Oke,
aku akan segera masuk,” sahut Rifle.Ia melangkah masuk mengikuti Carlos.
Komputer di ruangan ini banyak sekali, dan ratusan hacker sedang bekerja.Meretas
sistem-sistem jahat yang mengganggu.Dixa dan lainnya langsung menaiki tangga
dan duduk di tempat teratas.Terdapat empat buah kursi yang memutar.
“Carl,
boleh aku bertanya? Kenapa empat kursi ini terpisah?” tanya Rifle.
“Karena
ini adalah tempat bagi hacker-hacker paling hebat yang pernah ada,” sahut
Carlos.Mereka berempat menduduki kursi tersebut.
“Masukan
virus itu ke komputer ini,” suruh Sebas.
“Darimana
kita mendapatkannya?” tanya Dixa.
“Dari
otak kalian berdua,” sahut Sebas.Kepala Dixa dan Draganold dipasangkan sebuah
topi dan dipasangkan kabel USB ke komputer. Penyaluran yang sama seperti
flashdisk, tapi ini bukan dari flashdisk, melainkan dari otak. Setidaknya ada
beberapa isi otak Dixa dan Draganold yang dimasukan ke komputer.Lalu, Sebas
melepaskan topi itu.
“Sekarang
kita harus meng-copy semuanya,” kata Carlos.Mereka meng-copy semuanya ke
komputer.Semuanya masuk ke dalam, termasuk virus itu.Lalu, giliran Carlos dan
Sebas yang disalurkan.Semuanya sudah selesai.Dan tanpa mereka sadari, puluhan
orang di belakang mereka tengah memperhatikan mereka.
“Kalian
memasang virus?” tanya seseorang. Sebas mengangguk.
“GRAARRHH…”
TET!
Dixa menoleh.Komputer itu mengeluarkan banyak peringatan.Anti-virus mendeteksi
adanya virus yang menyerang.Namun, anti-virus itu mendadak tak berfungsi dan
tak bisa membersihkannya.
“Oh,
tidak… semuanya lari! Virus-virus ini dan isi otak kami akan beralih ke dunia
nyata! Lari, semuanya harus lari!” teriak Carlos.Rifle meringkuk ketakutan di
ujung ruangan.
“Isi komputer anda akan beralih wujud ke
dunia nyata dalam lima hitungan.Lima… empat… tiga… dua… satu… isi komputer akan
segera beralih,” terdengar suara operator wanita dari komputer
itu.
BLAR!
Komputer
meledak sesaat, dan mengeluarkan isinya ke dunia nyata.Namun untungnya, tak ada
virus.Hanya ada isi mimpi Dixa dan kenangan Carlos dan Sebas saat
kecil.Keluarlah Carlos saat masih berusia empat tahun, dan keluarlah Sebas saat
masih berusia sepuluh tahun.
Keluar
juga Dixa dan Draganold dalam mimpi mereka berdua yang masih berkejar-kejaran.
“Apa-apaan
ini?”Dixa begitu kaget.
BERSAMBUNG…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar