Senin, 22 Mei 2017

ETERNAL HOSTILITY (PART 6): I KNOW YOU

Carlos dan sang pembunuh masih bertarung seru sampai-sampai tidak menghiraukan teriakan petugas polisi yang menyuruh mereka untuk berhenti. Lalu, setelah lama tersiksa, akhirnya Carlos pun mengunci kaki lawan bertarungnya dan menggigit kerah bajunya. Ia menahannya.


"Kau kejam... kau kejam... kau membuatku menderita..." kata Carlos dengan nafas yang mendengus-dengus. Orang yang disebut "pembunuh" itupun berdiri dan mengangkat tangannya.

"Baiklah, kalau kalian memang berniat untuk menangkapku. Silakan saja." katanya. 

"Kau tak akan bisa berkutik lagi. Kami adalah polisi." kata salah seorang petugas polisi sambil mengacungkan pistolnya.

"Diam di tempat. Di sini agen RSA. Jika kau bergerak selangkah lagi, aku tak akan segan untuk menelpon atasanku." kata Draganold. 

RSA adalah lembaga agen rahasia yang sangat dikenal di seantero Machine City. Mungkin kau pernah mendengar FBI (Federal Bureau of Investigation) atau CIA (Central Intellegence Agency), tapi ini RSA (Royal Special Agents). Mereka seperti halnya polisi, dan seluruh agen rahasia yang bekerja di tempat ini adalah orang pintar. Ini bukanlah plagiat dari CIA, namun, ini RSA.

Draganold berhasil menjadi salah satu dari 5 agen elit yang lulus pada tes pertamanya. Ia bahkan mengetahui semuanya, termasuk kau. Namun, satu-satunya yang tidak ia ketahui adalah identitas pembunuh tersebut.

"Menyerahlah. Kau akan dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa." kata Draganold. "Jangan bergerak sedikitpun!"

Pembunuh itu melirik sejenak, kemudian...

CROT!

"Aarrgghh!" erang Draganold kesakitan.
***
Satu tusukan di perut, pembunuh itu berhasil melumpuhkan Draganold. Para polisi berusaha menolong Draganold. Draganold mengerahkan segenap tenaga terakhirnya untuk menembak pembunuh itu.

DOR! DOR! DOR!

Tembakan itu meleset dan malah menyasar ke aspal. Satu peluru terakhir, semoga bisa mengenai kakinya. Draganold mengokang pistolnya.

DOR!

Satu peluru terakhir berhasil menembus kepalanya. Pembunuh itu jatuh seketika. Draganold terpaku pada tubuh pria itu. Ia memandangi pistolnya yang masih berasap. Apa yang telah dilakukannya? Bukankah ia sudah berjanji untuk tidak lagi membunuh? Sudah cukup ia menyesal karena telah membunuh Dixa. Apakah kejadian yang menyayat hatinya itu terulang kembali?

Rasa penyesalan menggerayangi dirinya. Ingin rasanya ia menangis, namun ia menggigit bibirnya untuk menahan air mata. Draganold berlari menghampiri pria itu untuk mengecek keadaannya. Ia memegang kepalanya yang berlumuran darah sambil berbisik.

"Maafkan aku..." kata Draganold. Kemudian, mata pria itu terbuka lebar. Ia mencengkeram kerah baju Draganold.

"Untuk apa minta maaf padaku? Maaf saja, ya, aku tidak menerima maaf darimu." kata pria itu. Disaat itulah Draganold dan Carlos menyadari siapa pria itu sebenarnya. Pria itu meninju kepala Draganold hingga bocor. Draganold jatuh ke tanah seketika. Bulan purnama yang tadinya samar-samar tertutup awan, kini kelihatan cemerlang karena awannya menjauh.

"AUUU..." terdengar suara Carlos melolong. Ia menjadi sedikit lebih besar dari ukurannya sekarang. Carlos telah menjadi serigala sungguhan di bawah naungan bulan purnama, dan ia menjadi semakin kuat. Satu-satunya yang bisa menandingi kekuatannya hanyalah vampir.

"Huh... baiklah, jika kalian memang memaksaku untuk menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya. Akan kutunjukkan..." kata pria itu sambil berdiri. Ia membuka hoodie-nya dan menjatuhkannya ke tanah. "Kalian ingat?"

Semua orang yang ada di situ menahan nafasnya. Carlos justru meraung dan berguling-guling di tanah. Kepalanya sakit sekali. Dalam penglihatan samar, ia seperti mengingat sesuatu.
***
"Kita tetap sahabat, bukan?" tanya seorang anak lelaki berambut cokelat muda.

"Ya, tentu saja kita tetap sahabat. Tapi, jika kita lulus dari SD, kita akan terpisah, bukan? Aku ingin selalu mengenangmu,” anak berambut hitam itu menepuk pundak sahabatnya.
***
Seorang anak perempuan berambut putih berusia 9 tahun melihat sahabatnya akan pergi. Sang anak lelaki berambut cokelat muda itu adalah juara sekolah. Ia bahkan terlalu pintar sehingga ia hanya menjalani SD selama 3 tahun saja. Ia duduk di kelas 6 dan lulus pada usia 9 tahun. Seluruh sekolah tidak ingin melepaskan sang juara begitu saja.
Air mata menggenang di mata anak perempuan itu. Ia tidak tega temannya harus pergi.
“Tolong, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku!” tangis anak itupun pecah. Anak lelaki berambut hitam yang juga sahabatnya berusaha menenangkannya. Namun, anak lelaki berambut cokelat muda itu beranjak meninggalkan mereka dengan perasaan sedih. Mereka bertiga adalah sahabat sejati.
***

Ia sudah berusia ratusan tahun sekarang, namun dahulu ia menahan nafsu haus darahnya terhadap Carlos. Ia malah senang berteman dengan Carlos yang baik hati. Akan tetapi, saat Jay tahu Carlos digigit oleh werewolf pada usia 20 tahun, ia jadi membencinya. Werewolf dikenal sebagai musuh abadi dari para vampir.



Sahabat yang membelot. Ya, peristiwa ini sangat miris. Tidak pernah bertemu selama belasan tahun, dan akhirnya malah begini.
 ***

“Tali itu telah putus… tali itu digantikan oleh tali hitam… tak akan pernah putus sampai kapanpun. Tali hitam itu tak akan pernah putus…”

"Tali hitam yang tak pernah putus..."

Tali persahabatan itu telah putus... tali itu digantikan oleh tali permusuhan... tak akan pernah putus sampai kapanpun. Tali permusuhan itu tak akan pernah putus. 

Tali hitam. Tali permusuhan. Tak akan pernah putus sampai kapanpun. 

Permusuhan abadi.

Eternal Hostility.
***
Carlos mengerti sekarang. Siapa pria keji yang selalu menyerangnya tanpa alasan. Siapa orang yang memukul kepalanya dan membuatnya menjadi amnesia. Dia... dialah polisi itu.

Polisi yang ada di awal cerita. Hanya karena petugas pemadam kebakaran itu membela wanita yang hampir digigitnya, polisi itu marah dan memukuli kepalanya hingga bocor. Dialah... dialah yang membuat dirinya amnesia. Carlos akhirnya mengingat seluruh ingatannya. Ia ingat siapa dirinya sekarang, semuanya, dan bahkan pria pembunuh berseragam polisi itu.

Jay Archie.

Teman masa kecilnya yang membelot.

"Huh, jadi ternyata itu kau, ya, Jay? Aku sudah benar-benar kesal padamu. Aku tak bisa menahannya lagi! GRAARRHH...!!! AUUU..." Carlos meraung dan melolong. Jay merangsek ke depan. Ia berusaha menyerang Carlos. Namun, seutas tangan mencengkeram kakinya dari bawah. Jay menoleh ke bawah.

"Kau pikir aku sudah mati, hah?" kata Draganold sambil tersenyum mengejek. Dengan sisa tenaganya, ia bangun dan menerjang tubuh Jay. Jay mengambil sesuatu di belakangnya.

"Heeaahh...!!! VAMPIRE BLADE!" Jay mengeluarkan samurainya.

DASH! SRING! CROT!

Ia menghajar Draganold dengan pedangnya tersebut. Draganold tidak punya tenaga lagi. Samar-samar, ia melihat Jay berjalan mendekati Carlos. Draganold melompat tiba-tiba dan menggigit punggung Jay dengan amat keras menggunakan taringnya yang tajam.

"Aarrgghh!" erang Jay. Ia berbalik dan melancarkan serangan pedang terakhirnya.

SRING!

Draganold terpental dan terguling dengan tubuh berlumuran darah.
***
"Lawan aku jika kau berani, Cablo!" seru Jay menantang.

"Aku Carlos, bukan Cablo!" Carlos menyahut sengit.

"Terserah kau saja..."

"Bersiaplah menerima kekuatanku yang terbesar, Jay! MIGHTY WOLF MODE!" seru Carlos. Sinar biru memancar terang. Seketika Carlos telah berubah menjadi manusia kembali, namun, ia memakai pakaian yang berbeda. Jubah bulu serigala, kemeja lengan panjang merah, sarung tangan dan sepatu telapak serigala, dan ikat pinggang dari rantai besi.

"WOLF BLADE!" Carlos mengeluarkan samurainya. Suasana hening sejenak, kemudian mereka melompat ke udara.

"OMEGA WOLF SPIRIT!" "WOLF BLADE SUPER POWER!" seru Carlos. Ia diikuti spirit serigala biru yang besar dan Wolf Blade-nya bersinar biru.

"OMEGA BAT SPIRIT!" "VAMPIRE BLADE SUPER POWER!" seru Jay. Ia diikuti spirit kelelawar merah besar dan Vampire Blade-nya bersinar merah. 

Sinar berwarna merah-biru memancar kemana-mana. Tidak ada yang bisa melihat dalam suasana yang benar-benar silau itu. Mereka berdua melancarkan jurus pamungkas terakhirnya.

"RASAKAN INI!" seru Carlos.

"RASAKAN INI!" seru Jay.

BLAARR!
BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU: HOLY MOTHER BY AKIYOSHI RIKAKO

Judul: Holy Mother Penulis: Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Genre: mystery, thriller, crime Rating: 4.9/5 Buku yang ...