Anak
itu masih berusia 4 tahun. Well, walaupun masih berusia 4 tahun, ia terbilang
sangat pintar. Dalam usianya itu, ia sudah paham betul cara kerja komputer.
Perangkat lunak komputer telah ia kuasai. Apalagi perangkat kerasnya. Dan yang
lebih menakjubkan lagi, anak itu berbakat menjadi hacker rupanya.
Sebagai
percobaan, ia membuat akun Facebook fiktif, dan ia berhasil meng-hack-nya.
Lalu, ia bisa mengalahkan virus komputer sekuat apapun. Tidak pernah ada komputer,
laptop, ataupun ponselnya yang rusak gara-gara virus. Semua ini berkat anak
itu. Tapi, tidak semua virus bisa ia kalahkan. Kecuali satu.
Virus
paling berbahaya yang pernah dikenal umat manusia. Virus ini bisa merusak 20
super computer sekalipun. Yang lebih parah, virus ini bisa menyebabkan
kebakaran hebat mulai dari komputer, area sekitarnya, sampai tempat dengan
jarak 10 meter dari komputer tersebut.
Suatu
hari, sang anak bermain komputer, dan ia bertemu dengan virus ini di
komputernya. Ia tak bisa mengalahkannya, dan iapun memanggil orang tuanya. Anak
itupun lari ke ruang tamu dan bermain bersama adiknya. Namun, dari kamarnya
tempat komputer itu berada seperti ada cahaya oranye yang mencurigakan. Anak
itu belum sempat ke kamarnya, namun api sudah menjalar.
“Tidak!
Ibu! Ayah!” seru anak itu.
“Kami
berdua baik-baik saja, Sayang!” suara ibunya terdengar menggema.
“Tenanglah!
Aku akan menelpon pemadam kebakaran! Aku yakin mereka bisa menolong!”
Anak
itupun segera menelpon pemadam kebakaran. Namun, api sudah cepat menjalar ke
seluruh rumahnya. Ada suara pekikan misterius. Terdengar seperti suara robotik
komputer.
“KAAKK!”
Namun,
ia tak peduli. Ia tetap menelpon.
“Ya,
halo? Anda sedang bicara dengan pemadam kebakaran. Ada yang bisa kami bantu?”
“Tolong!
Tolong aku! Rumahku terbakar! Orang tuaku dalam bahaya… tolong aku, Pak…
tolong, aku butuh bantuan kalian. Hiks, hiks. Tolong orang tuaku. Aku terlalu
kecil untuk menyelamatkan mereka. Hiks, hiks…” tangisnya sambil memegang erat
gagang telepon.
“Hei,
tenanglah, Nak. Kami akan berusaha untuk menyelamatkan orang tuamu dan
memadamkan apinya.” Kata petugas tadi.
Kemudian,
tak sampai lima menit, beberapa unit mobil pemadam kebakaran telah tiba di
lokasi. Rumah anak itu sudah sepenuhnya terbakar. Anak itu menunggu diluar
bersama adiknya.
“Tolong!
Orang tuaku masih ada di dalam!” jerit anak itu sambil memeluk erat adiknya.
Dua orang petugas pemadam kebakaran mendekatinya.
“Tenanglah,
Nak. Kami akan menyelamatkan mereka.” Katanya. Mereka pun segera masuk ke
dalam.
Dua
menit kemudian…
“KAMI
MENDAPATKAN ORANG TUA ANAK KECIL ITU!”
Mendengar
seruan seorang petugas, anak itu melompat girang sambil tersenyum semringah.
Namun, ia menaruh rasa curiga saat kedua petugas membawa kantong kuning. Mereka
meletakkan kantong itu di atas kasur dorong. Anak itu penasaran dan hendak
membuka resletingnya.
Seorang
petugas mencegahnya, namun terlambat. Sang anak keburu membukanya. Raut
wajahnya berubah.
“Ibu?
Ayah? Nggh… Huwaaahhh! Huwaaahhh… Ibu… Ayah…” anak itu menangis sesenggukan
melihat dua buah kantong yang berisi jasad kedua orang tuanya yang telah hangus
terbakar.
“Maafkan
kami, Nak. Kami terlambat menyelamatkan mereka. Yang kami dengar hanyalah suara
jeritan mereka disertai pekikan keras. Hanya itu yang terakhir kali terlontar
dari mulut orang tuamu. Maafkan kami. Kami menyesal tidak buru-buru masuk ke
kamar dan mengetahui apa yang terjadi.” Sesal petugas itu.
Setelah
kejadian, sang anak beserta adiknya datang ke pemakaman orang tuanya dan kabur
ke kota metropolitan yang jauh di seberang laut. Orang tuanya dihabisi oleh
virus misterius
***
“Uwwaahh!
Hah… hah… hah…” Carlos terbangun dari tidurnya. Nelson juga ikut terbangun.
“Apa
yang terjadi, Carl?” tanya Nelson.
“Tidak
ada. Aku hanya bermimpi aneh barusan. Entahlah, itu bukan mimpi buruk. Namun,
aku seperti pernah mengalami kejadian yang ada di mimpi itu.” Sahut Carlos
sambil mengelap keringat di dahinya. Nelson berbinar.
“Ah!
Aku paham! Mungkin saja itu memorimu!” seru Nelson.
“Memoriku?
Ah, kau pasti bercanda. Mana mungkin aku mengingatnya?” Carlos hanya tersenyum
dengan raut wajah tidak percaya.
“Yeah,
kau mungkin tak mengingatnya. Namun, mimpimu pasti memberikanmu ingatan itu.
Coba ingat-ingat lagi mimpi itu. Apa yang kau ingat?”
Carlos
mendongak ke atas, berusaha mengingat-ngingat mimpinya barusan.
“Ah,
aku ingat!” seru Carlos. “Mimpinya adalah…dua orang anak kecil yang kehilangan orang tuanya dalam suatu kebakaran yang disebabkan oleh virus komputer."
"Iya! Aku tahu! Itu adalah masa lalumu, Carl!" seru Nelson.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Kau kan, sudah pernah bercerita padaku tentang masa lalumu. Aku masih ingat, kok. Huh, itu memang masa lalu yang sangat menyakitkan. Bukankah begitu, Carl?"
"Memang menyakitkan."
"Oh, ya. Satu hal lagi. Kau harus tidur, besok kau harus berangkat kerja." ujar Nelson sambil menepuk paha Carlos.
"Baiklah." sahut Carlos. Kemudian, ia kembali berbaring di kasur.
***
Pagi itu, sepiring nasi berisi omelet hangat telah disajikan Nelson untuk Carlos di atas meja makan. Carlos memakannya dengan lahap, dan kemudian berangkat bekerja. Nelson mengantarnya, karena ia tahu Carlos tidak ingat dengan pos pemadam kebakaran tempatnya bekerja.
Mereka berjalan kaki. Carlos tidak ingat juga cara menyetir mobil. Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Carlos disambut oleh pelatihnya, Finn, yang juga menjadi temannya selama ini.
"Halo, Carl! Sudah seminggu kau tak masuk. Darimana saja kau? Apakah liburan serigala-mu di hutan menyenangkan? Hahaha... jangan dimasukkan ke hati, aku hanya bercanda!" Finn mendekati Carlos. "Kau darimana saja?"
"Kau siapa?" Carlos bertanya dengan wajah curiga. "Kau musuh, ya?!"
"Hei, aku ini Finn, pelatihmu yang selalu menghormatimu. Aku tahu kau tidak mudah bersosialisasi, tapi aku akrab denganmu." sahut Finn. "Masuklah ke dalam."
Nelson pun mendongak ke atas dan berbicara kepada Finn.
"Carlos terkena amnesia karena kepalanya dipukul. Bisakah kau panggil terapis untuk hypnotherapy?" tanya Nelson.
"Oh, boleh saja." sahut Finn.
***
Tak lama kemudian, terapis datang dan menghipnotis Carlos. Carlos ditanyai berbagai macam hal, namun anehnya dia tidak menjawab. Hanya kata "entahlah" yang terlontar dari mulutnya. Selang dua menit, alarm kebakaran berbunyi keras. Anehnya, Carlos tidak terbangun.
Seluruh petugas pemadam kebakaran melompat dan mengambil perlengkapannya, lalu pergi ke lokasi kebakaran.
"Nah, Carlos. Kau jangan kemana-mana dulu, ya." kata terapis itu. Carlos hanya mengernyitkan dahinya.
"Tidak. Ada sesuatu dalam kebakaran itu. Ada sesuatu... ada sesuatu... MEREKA TAKKAN SELAMAT JIKA AKU TAK BERBUAT SESUATU..." kata Carlos. Lalu, ia bangun dari kursinya. Ia buru-buru mengambil jaket pemadam kebakarannya dan menaiki mobil pemadam terganas di kota ini.
Demon.
"Carl! Kau mau kemana?! Carlos!" seru Nelson. Namun, Carlos sudah keburu pergi. Ia menyetir dengan mata tertutup.
***
Carlos masih menyetir dibawah pengaruh hypnotherapy. Ia tidak sadar apapun. Ia bermimpi tentang ingatannya yang terpendam. Yang ia ingat hanyalah...
Ia pernah bertemu seorang pria. Kemudian, pria itu membakarnya tubuhnya. Carlos mengira ia akan segera mati, namun, seseorang menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk perawatan medis. Sementara pria itu lari tanpa jejak.
Ia pernah bertemu seorang pria. Kemudian, pria itu membakarnya tubuhnya. Carlos mengira ia akan segera mati, namun, seseorang menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk perawatan medis. Sementara pria itu lari tanpa jejak.
***
Mata merah penuh amarah itu menatap tajam ke arah Demon yang dikendarai Carlos. Ia mengulurkan tangan keluar jendela mobil yang dikendarainya. Ia mengacungkan pistol. Dan...
DOR!
Tangki bensin Demon bocor dan bensinnya tumpah ke jalanan. Pria itu mengambil alat dari masa depan yang dimilikinya.
Pemancar gelombang elektromagnetik. Ia memancarkan gelombang itu, dan...
DUAARR!
Demon meledak seketika. Bersama Carlos di dalamnya. Pria itu tersenyum puas. Namun, sesuatu mengejutkan yang tidak terpikirkan olehnya terjadi.
Seekor serigala muncul dari dalam kobaran api.
"AUUU..."
Segera serigala itu berkata.
"Puluhan kali kau menyakitiku. Puluhan kali juga aku bebas. Puluhan kali kau membakarku. Puluhan kali juga aku utuh. Puluhan kali kau coba membunuhku. PULUHAN KALI JUGA AKU SELAMAT! GRAARRHH!"
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar