Warga
yang semula berkumpul dan merasa aman kini berlari tunggang langgang. Evolusi
Deino menjadi Chimerus benar-benar berbahaya. Chimerus jauh lebih berbahaya dan
lebih agresif.
“GRAARRHH…”
Suara
raungan singa itu dikeluarkannya. Dixa terdiam. Sebas menunjuk Firedactyl.
Reptil itu juga ikut berevolusi. Tubuhnya bertambah besar dan bertambah panas.
“Jika saja ada seekor Phoenix ataupun
naga yang cukup kuat, aku tantang dia. Dijamin kalah! Apalagi kalian, umat
manusia!” sombong Firedactyl. SSHH… suasana kembali memanas. Tubuh
Firedactyl semakin terang. BLAR! Ia menembakan api besarnya dan membakar apapun
yang ada di depan matanya. Kalau begini terus, Machine City akan bisa hancur
terpanggang.
Sementara
Dixa dan yang lainnya sudah mati kutu. Mereka sudah tak bisa berbuat apa-apa
lagi. Tiba-tiba, Carlos teringat akan tetangganya, Lena Splendid. Lena adalah
reinkarnasi dari seorang profesor bernama Match yang telah menciptakan
Robo-World, robot-robot, dan termasuk anti-virus terkuat sejagat.
“Aku…
aku akan berkonsultasi dengan Lena! Kau, Draganold, carilah Dogzer! Dia juga
bisa membantu kita!” kata Carlos. Ia berlalu pergi meninggalkan mereka.
Draganold yang asli segera pergi ke sebuah penjara. Ia ingin bertemu dengan
Dogzer dan memintanya untuk melawan virus-virus itu juga. Dogzer pernah menjadi
kepala sipir di D’ Prison dan pernah berlaku tidak adil kepada Kenny dalam
waktu lama.
Setidaknya
itu sebelum Dogzer lengser akibat Draganold. Kini, ia bekerja dalam penjara di
Machine City. Dan orang-orang awam pasti menduga Dogzer adalah pria biasa.
Namun, sebenarnya Dogzer adalah robot anjing German Shepherd ciptaan profesor
Match. Bertemu dengannya adalah hal berbahaya, karena Dogzer yang tidak punya
air liur itu dipercaya mengidap rabies.
Draganold
berjalan santai menuju kantor Dogzer. Ia menuju ruangan kepala sipir dan
menemukan Dogzer di sana. Ia tampak sedang menggigiti boneka tulang yang
berdecit.
“Hai,
Dogzer. Sepertinya aku butuh bantuanmu sekarang,” kata Draganold. Dogzer tampak
memakai seragam sipir khas Machine City, namun bentuknya seperti seragam anjing
pelacak. Ia memakai kain merah di lehernya. Dogzer menatap kosong Draganold,
saingannya dulu yang menyebabkan dirinya jadi pengangguran sementara.
“GUK!
GUK! GUK! GUK! Mau apa kau?! GUK! GUK! GUK! Apa yang kau lakukan di sini,
Draggie?!” bentak Dogzer. Ia kemudian berdiri diatas mejanya dan menggigiti
berkas-berkasnya. Dasar robot rabies.
“Aku
butuh bantuanmu untuk mengalahkan virus-virus diluar. Bersediakah kau
membantuku? Tentu saja itu ada imbalannya, Doggie. Setelah semua ini selesai,
aku akan membelikanmu boneka tulang berdecit yang baru,” bujuk Draganold.
“Aha,
imbalan yang menarik! GUK! GUK! Tapi, aku belum selesai menggigiti seisi
ruangan!” sahut Dogzer. Draganold mengikat lehernya dan menyeret Dogzer keluar.
“Aku belum selesai menggigit! GUK! GUK! Tunggu, ikatan ini terlalu kencang!
Uweehh… uhuk-uhuk!”
Draganold
membawanya keluar ruangan.
ooo0ooo
Carlos
menuju ke rumah Lena dan segera berkonsultasi dengannya.
“Aku
tahu anti-virus yang kau butuhkan, Carl. Ini dia, Emperor Anti-Virus. Jauh
lebih baik daripada anti-virus manapun. Masukan ini ke laptopmu, kemudian kau
bisa menyuruh para ahli komputer untuk memindahkan anti-virus itu ke tubuh
mereka dan itu akan membunuhnya,” kata Lena.
“Baiklah,
Lena,” sahut Carlos. Setelah mentransfer, Carlos pun pergi ke suatu tempat.
Ke
markas pemadam kebakaran tempatnya bekerja.
Ia
harus mengurus sesuatu. Tapi sebelum itu, Carlos ke rumahnya sementara untuk
mengambil perlengkapan. Ia datang ke markasnya sambil menyeret karung berat
berisi sesuatu. Sampai di sana, ia bertemu dengan montirnya.
“Hai,
bolehkah aku meminjam Demon?” tanya Carlos.
“Oh,
boleh saja. Untuk apa? Dan kenapa kau memakai sepatu khusus dan rompi anti
peluru, sih, Carl? Ada masalah?” sahut sang montir.
“Nyalakan
televisinya, dong. Ada peperangan di pusat kota. Sekarang, izinkanlah aku untuk
memasang perlengkapan ini pada Demon,” kata Carlos. Montir itu mengizinkannya.
Carlos mengambil isi karungnya. Ia mendekati sebuah mobil pemadam kebakaran
yang terparkir. Ia memasangkan isi karungnya di sekeliling bodi mobilnya.
Setelah itu, ia memasangkan sesuatu di knalpot.
Selesai
itu, Carlos menyambungkan kabel-kabelnya dengan mesin dalam mobil. Hanya
sebentar, kok. Lalu, selesailah sudah. Mobil pemadam kebakaran yang dipanggil
“Demon” oleh para petugas yang ada di sana itu kini telah tampil beda. Carlos
menaikinya.
“Santai
saja, Demon. Oke, selamat tinggal! Saatnya masuk ke kokpit!” seru Carlos.
“Kokpit?
Ah, terserah kau saja, Carl. Selamat tinggal!” lambai montir itu. Carlos
menjalankan Demon dan menyalakan sirine.
ooo0ooo
Baku
tembak dan baku hantam kembali terjadi antara warga, aparat, petugas medis,
petugas pemadam kebakaran, dan Dixa juga lainnya. Dixa dari khayalan
menunggangi Draganold khayalannya yang kembali menjadi naga dan menembaki
Chimerus juga Firedactyl. Draganold yang asli sudah datang bersama Dogzer.
Dogzer
menyumbangkan gonggongannya untuk menakut-nakuti virus-virus itu.
NGUAANNGG…
Raungan
sirine terdengar dari kejauhan. Cahaya merah-biru melesat di setiap sudut.
Lampu depan menerangi jalanan.
TOT-TOT!
Suara
klakson dibunyikan. Sebuah mobil pemadam kebakaran tiba di tempat. Seorang
pemuda mengendarainya dengan menggunakan gaya mobil rally. Mengepot dan mencoba
segala macam gaya rally. SRIT… mobil itu mengepot.
Carlos
keluar dari dalam. Ia membawa laptopnya kepada Sebas yang sekarang.
“Sebas,
bawa ini pada pekerja gedung komputer! Beritahu jika ada anti-virusnya!” suruh
Carlos. Sebas menurut dan membawa laptop itu kepada mereka, para pekerja.
“Hei,
Carl! Kenapa ada tali yang membelit Demon?” tanya Dixa.
“Kau
akan melihatnya sendiri. Ayo, masuk ke kokpit. Buka dulu rompi dan helm itu,”
suruh Carlos. Dixa menurut dan membuka rompi dan helmnya. Lalu, ia mengikuti
Carlos.
“Bawa
senapan ini. Oh, ya. Kau akan membutuhkan jet pack,” kata Carlos. Carlos
membuka tempat penyimpanan pada Demon. Isinya? Selang, tabung pemadam api, dan
sebagainya. Carlos mengambil sebuah tabung pemadam api dan mengambil tali. Ia mengikatkan
tabung itu di punggung Dixa.
“Hei,
ini bukan jet pack! Ini pemadam api! Ini berat sekali! Lepaskan aku!” Dixa
berontak. Carlos menenangkannya.
“Kubilang,
masuk ke kokpit, Ishi-Dix…” kata Carlos. Ia mengajak Dixa masuk. Carlos
mengendarai Demon secepat mungkin.
NGEENNGG…
Spidometer
menunjukan angka kecepatan yang menakutkan.
100
km/h!!!
“TIDAK!!!”
jerit Dixa. Semua orang yang ada di situ menyingkir. Carlos mengaktifkan wiper
jendela, tapi, saat wiper itu bergerak, mencuat juga sesuatu. Dari alat yang
dipasang Carlos tadi pada bodi Demon mencuatlah sepasang sayap. Dari knalpot
dan alat yang dipasangnya keluarlah api. Turbo. WUSH… mobil mulai melayang
perlahan.
“Oke,
Demon, bersiaplah untuk pertarungan yang sesungguhnya!!!” seru Carlos. Ia
mengeluarkan Wolf Blade dari belakangnya.
WUZZ…
Demon
berubah. Ia berubah menjadi kuda, seperti Ganymede. Tapi, Demon adalah kuda
putih. Dan yang lebih hebat, sayap itu juga menambahkannya keperluan tambahan.
Sayap sungguhan. Makhluk mitologi legendaris bersayap itu telah muncul.
Makhluk
yang terlahir dari darah Medusa.
Makhluk
yang sekian lama menjadi pelayan Dewa Zeus untuk membawakan petir.
Makhluk
yang menjadi tunggangan Bellerophon saat membunuh Chimera. Kini, Demon adalah
seekor…
Pegasus.
“Woo!!!
Dixa, tarik pemicunya! Lalu, semburkan busa seperti kau memadamkan api! Dan…
TERJUN BEBAS!” kata Carlos. Dixa menurut. Ia menggunakan pemadam api itu dan
terjun bebas. Ini seperti jet pack sungguhan. Carlos kini akan berhadapan
dengan Chimerus. Sementara Draganold dan Dixa khayalan berhadapan dengan
Firedactyl.
“Hei,
lihat itu! Ada Pegasus!” tunjuk seorang warga. Mereka bersorak girang melihat
seekor Pegasus tengah membubung tinggi di angkasa.
“Draganold!
Alihkan perhatian Firedactyl, oke?!” kata Carlos sambil mengacungkan jempolnya.
“Oke,
akan berusaha kualihkan!” sahut Draganold. Dixa menunggangi Draganold.
Sementara Dixa yang asli melanggar peraturan Carlos. Ia dan jet pack-nya
melayang ke langit.
“Diriku!
Genggam tanganku!” kata Dixa yang asli. Dixa khayalan itu menggenggam tangan
dirinya yang asli. Dixa pun membuang pemadam api itu dan menumpang pada
Draganold. HYUSH… Draganold melesat pada kecepatan 200 knot dan kedua Dixa itu
menembaki Firedactyl. Carlos menghadapi Chimerus dengan semangat berapi-api.
“Aku
tahu Bellerophon pernah membunuh Chimera sambil menunggangi Pegasus. Dan
sekarang, kejadian itu terulang kembali!” seru Carlos. Ia mengangkat Wolf
Blade-nya dan menghujamkan samurai itu ke tubuh Chimerus. Satu… dua… tiga…
Carlos telah sukses melukai Chimerus. Ia tak punya resistensi terhadap senjata
seperti dirinya dulu, Deino. Ia tak ingin membunuh Chimerus langsung. Ia ingin
menikmati pertarungan ini. Carlos berusaha melukai ekor ularnya, namun, kepala
kambingnya membela. Kepala singa itu berusaha menggigit Demon.
Demon
mengelak. SRING! Carlos menggores wajah singanya. Darah mengucur deras, namun
Chimerus tak mati.
“GRAARRHH…”
Chimerus meraung. “Sialan kau! Kemari
kau, Anak Jelek!” seru Chimerus. BLAR! Draganold menyemburkan apinya ke
tubuh Chimerus. Ia meraung kesakitan, namun sepertinya ia tak peduli dengan
semburan api nuklir itu. Pertarungan berlangsung selama setengah jam, namun
Sebas tak kunjung datang.
“Ayo,
Draganold! Tunjukan kemampuanmu!” seru Dixa khayalan. Draganold terdiam. Ia membubung
tinggi ke langit, lebih tinggi dari sini. “Tunggu, apa yang kau lakukan?!
Ingat, aku punya asma! Jangan!”
“Tenang
saja!” sahut Draganold. Ia membubung semakin tinggi. Oksigen semakin tipis
diatas sana. Draganold berhenti di lapisan mesosfer. Kedua Dixa itu tak bisa
bernafas.
“Akh…
Drag, kau berusaha… membunuh… kami… akh…” kata Dixa yang asli dengan nafas
tersengal-sengal. Draganold punya kemampuan istimewa, ia bisa bertahan di ruang
angkasa. Lalu, Draganold menukik cepat ke bawah. Lebih cepat dari elang
peregrine.
“Whoaaa…
TIDAK!!! DRAGANOLD, APA YANG KAU LAKUKAN?! INI MENGERIKAN!!!” jerit kedua Dixa
itu. Draganold menukik sangat cepat sampai moncongnya berapi karena bergesekan
dengan atmosfer. Ia sampai ke kota dan melihat Chimerus dan Firedactyl yang
berdempetan.
BLAR!
Energi
besar dikeluarkannya, membuat mereka berdua terpental jauh, namun tidak mati.
“Kau
belum melihat kekuatan sesungguhnya dari Draganold dan Carlos, huh? Rasakan
ini!!!” seru Draganold. BWOOSSHH… Draganold menyemburkan laser nuklirnya.
Chimerus dan Firedactyl berteriak kesakitan merasakan panasnya api dan radiasi
nuklir membakar kulit mereka.
“Woo!
Ini hebat, Drag!” seru kedua Dixa. Draganold berseru.
“Carlos!
Tunjukan kemampuanmu!” seru Draganold. Carlos mengangguk. Sesaat kemudian,
Chimerus mengerang kesakitan merasakan cakar besar tengah menyangkut di
tubuhnya. Seekor serigala kelabu sedang mencakar dirinya. “Kerja bagus, Carl!
Alihkan perhatian mereka! Akan kulihat keadaan para pekerja!”
“AUUU…”
Carlos melolong. Tunggu dulu, Carlos? Ya, serigala itu Carlos. Draganold
berbicara dengan para pekerja dan Sebas yang katanya akan menggunakan
anti-virus itu.
“Hei, para virus! Lihatlah ini!” terdengar
suara Sebas. Ia tengah mengendarai sebuah alat dengan moncong senjata yang
mencuat. “Perkenalkan senjata buatan Computer Office! Senjata ini sudah dibuat
sejak dua tahun lalu dan kami tinggal memasukkan anti virus ke dalamnya! Inilah
dia, Emperor AV-8472!” seru Sebas.
Carlos
menggenggam erat-erat Wolf Blade. Draganold sudah ancang-ancang mengeluarkan
semburan terkuatnya. Sebas mengarahkan senjata itu sampai tepat kepada mereka
berdua.
“Kalian!
Persiapkan senapan dan pistol kalian!” seru Sebas. Para aparat memasang
ancang-ancang untuk menembak Chimerus dan Firedactyl.
“Satu…
dua… tiga… FIRE!” seru Sebas lagi. BWOSH! Laser raksasa berwarna putih itu
langsung melesat cepat menuju kedua virus itu. Carlos menyambit samurainya.
Draganold meledakkan mereka berdua. Aparat menembaki mereka.
BLAARR!
Semuanya
telah meledak. Chimerus dan Firedactyl lenyap dari pandangan. Wolf Blade
kembali ke tangan Carlos. Mereka semua turun ke tanah. Semua warga bertepuk
tangan dan bersorak kegirangan. Draganold yang asli juga bersorak. Dogzer
menggonggong.
“GUK-GUK-GUK!
AUUU…” gonggongnya. Draganold khayalan berubah menjadi manusia. Rifle
mendekatinya. Ia menepuk pundaknya.
“Tidak
buruk, Nak. Kau lumayan hebat diatas sana. Aku sangat mengagumimu,” puji Rifle.
“Ya,
terima kasih, Pak. Maaf aku telah menembak kakimu. Lain kali aku akan
berhati-hati saat membela diri,” kata Draganold.
“Tidak
apa-apa. Kalau bela diri, lebih baik pakai seni bela diri saja. Kudengar, kau
itu jago krav maga dan karate,” kata Rifle. Mereka berjabat tangan. Draganold
yang asli tersenyum melihat dirinya yang khayalan itu. Dogzer terdiam.
“Oh,
ya. Sesuai janjiku, aku membelikanmu ini,” kata Draganold sambil melemparkan
boneka tulang berdecit kepada Dogzer. Dogzer langsung menggigitinya.
“Lihat
anak-anak itu! Ada yang menunggangi naga, ada yang menunggangi Pegasus!” kata
seorang warga. Demon meringkik dan memamerkan sayapnya yang indah. Warga
terkagum-kagum melihat pemandangan tak biasa itu. Seekor Pegasus tengah
meringkik dan berdiri dengan dua kaki dengan gagahnya. Setelah itu, Draganold,
Carlos, dan Sebas khayalan menjadi berbayang.
“Kami
akan menghilang lagi ke alam khayalan. Ini atas pilihan kami sendiri. Dixa, kau
ikut?” tanya Sebas. Dixa khayalan itu menggeleng.
“Aku
akan masuk dan menyatu dengan diriku yang asli,” sahutnya. “Dari dulu, aku
ingin sekali memiliki kepercayaan kepada orang lain. Dan sekarang, aku punya
satu orang yang bisa kupercayai,” kata Dixa. Ia mendekati Draganold dan
tersenyum kepadanya.
“Terima
kasih telah mempercayaiku. Maafkan aku, Dix,” kata Draganold.
“Aku
tak pernah dendam kepadamu,” sahut Dixa. Ia mendekati Draganold dan memeluknya
erat-erat. “Selamat tinggal, Drag,”
“Selamat
tinggal, Dixa,” kata Draganold. Kemudian, sosok-sosok khayalan itu lenyap. Dixa
khayalan menembus tubuh Dixa yang asli dan menyatu dengannya. Semua orang di
Machine City benar-benar bahagia hari itu. Carlos datang kepada Demon dan
menarik tali kekang di mulutnya.
“Ayo,
kita kembali ke markas dan mencopot seluruh perlengkapan terbangmu. Kau mobil,
bukan pesawat. Kau minum solar, bukan avtur,” kata Carlos. “By the way, aku
akan mentraktirmu solar setelah bahan bakarmu habis saat terbang,” kata Carlos
lagi. Ia pun menunggangi Demon dan kembali ke markasnya. Dixa tersenyum gembira
karena telah berhasil menyelamatkan orang-orang.
ooo0ooo
Di
sebuah tempat…
Sebuah
markas berisi robot-robot teroris. Bos mereka sedang duduk di ujung ruangan.
Pembantunya melangkah dan mendekati bosnya.
“Bos,
aku mengumpulkan data-data orang terkuat di Machine City. Mereka telah berhasil
mengalahkan virus. Takutnya mereka akan mengalahkan bos juga. Apa yang akan bos
lakukan?” tanya pembantunya.
“Aku
akan…” kata bosnya.
“Membunuh
mereka,”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar